Update: 00.30 Wib Sabtu,  13  Mei  2000

  Rakyat Aceh Larut dalam Doa Jutaan rakyat Aceh, mulai dari pelajar, santri, mahasiswa, pegawai negeri dan swasta, nelayan, petani, pedagang, Jumat kemarin, "larut" dalam doa bersama yang dikumandangkan di masjid-masjid, rumah sekolah, rumah sakit, serta berbagai tempat umum lainnya. Doa bersama itu disampaikan masyarakat Aceh sebagai rasa syukur yang mendalam atas terlaksananya penandatanganan kesepahaman antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berlangsung di Jenewa, Swiss, 12 Mei.

BERDOA BERSAMA - Masyarakat Aceh saat berdoa bersama di Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh

  MoU RI-GAM Sukses Nota kesepahaman (memorandum of understanding) bersama tentang jeda kemanusiaan di Aceh sukses ditandatangani wakil pemerintah RI dan wakil Gerakan Aceh Merdeka di Davos, Swiss, Jumat pagi (petang WIB)

  Gus Dur: Pertemuan Jenewa tidak untuk Saling Mengakui Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Jenewa, Swiss pada Jumat waktu setempat tidak mengakibatkan adanya saling pengakuan di antara dua pihak.

  AGAM Patuhi Instruksi Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) wilayah Meureuhom Daya dan Idi Rayeuk menyatakan mereka mematuhi instruksi Panglima Perang Teungku Abdullah Syafiie untuk menarik pasukan ke barak serta menggudangkan senjata sebagai wujud menghormati kesepakatan perdamaian di Jenewa, Swiss, kemarin

  Ini Kemenangan Rakyat Pendatanganan kesepahaman bersama jeda kemanusiaan antara pemerintah RI dan GAM di Swiss, merupakan kemenangan rakyat bagi rakyat Aceh. Sebab, dengan adanya kesepahaman itu maka tidak ada pihak lagi yang akan menindas dan memaksa kehendaknya kepada rakyat.

  Terminal Keudah Dibangun Tahun ini

  Pertumbuhan NT Industri Aceh Minus 13,76 %

  PAD Aceh Selatan tak Capai Target

  SMU 1 Kotafajar Digranat

  Gendrang Musda Pemuda Muhammadiyah Ditabuh

  Kapolres Aceh Selatan Mendadak Ditarik

  Bupati Machsalmina Ali Marah

  Aceh Selatan Sepi

  Doa untuk Jenewa dari Aceh Timur

  Kades Hilang, Dua Rumah Dibakar

  12 Mei di Lhokseumawe

  Ribuan Karyawan Arun Berdoa
 
To Indek:



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Rakyat Aceh "Larut" dalam Doa

Serambi-Banda Aceh
Jutaan rakyat Aceh, mulai dari pelajar, santri, mahasiswa, pegawai negeri dan swasta, nelayan, petani, pedagang, Jumat kemarin, "larut" dalam doa bersama yang dikumandangkan di masjid-masjid, rumah sekolah, rumah sakit, serta berbagai tempat umum lainnya.
Doa bersama itu disampaikan masyarakat Aceh sebagai rasa syukur yang mendalam atas terlaksananya penandatanganan kesepahaman antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berlangsung di Jenewa, Swiss, 12 Mei. Kondisi itu menyebabkan suasana kota-kota kabupaten di Aceh menjadi sepi, terutama di pusat-pusat pasarnya.
Bentuk doa bersama yang dilakukan masyarakat hampir beragam, misalnya membaca tasbih, tahlil, dan tahmid. Di samping itu juga dilakukan pembacaan Surat Yasin secara berulang-ulang dengan tingkat kekusyukan yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan beberapa warga yang berada di dalam masjid kawasan Kota Banda Aceh terlihat meneteskan air matanya.
Doa bersama ini ada yang dilakukan pada pagi harinya, terutama bagi kaum pelajar. Tetapi, ada juga yang melaksakannnya seusai shalat Jum,at. Khususnya bagi kaum pelajar, pada pagi harinya terlihat tidak melakukan kegiatan belajar mengajar untuk beberapa saat, sesuai dengan instruksi kepala sekolahnya masing-masing.
Rasa syukur lainnya diperlihatkan warga dengan cara menghentikan kegiatan usahanya. Pemandangan ini antara lain terlihat di Aceh Utara, sebagian Pidie, dan Kota Jantho, Aceh Besar. Namun, kegiatan ini tidak sampai berlangsung sehari penuh, kecuali hanya beberapa jam.
Di Banda Aceh misalnya, sejumlah lembaga pendidikan seperti SD SLTP, SLTP, SMU dan universitas "larut" dalam kegiatan baca doa tersebut. Di MAN 3 Rukoh, siswa dikumpulkan dalam dua kelas. Di sana mereka membaca Yasin yang dipimpin langsung Kepala Sekolah, Drs Dahlan Sandang. "Mudah-mudahan dengan usaha yang kita dilakukan ini, Allah mengabulkan permohonan kita, sehingga daerah Aceh kembali aman dan tenteram," kata Dahlan kepada para siswanya, sebelum pembacaan doa dimulai.
Begitu juga yang terlihat di MTsN Rukoh. Meskipun murid di sekolah tersebut tidak dikumpulkan di satu tempat, tetapi doa tersebut tetap berlangsung secara serentak yang dilaksanakan di kelasnya masing-masing. "Ini merupakan sumbangsih pelajar untuk mendoakan Aceh supaya cepat aman," kata Ruslan, guru setempat.
Susana yang serupa juga terjadi di SLTP dan SMU Darussalam. Di dua tempat tersebut siswa dan guru memanfaatkan waktu satu jam untuk berdoa dan membaca Surat Yasin. Sementara di Unsyiah prosesi pembacaan doa, dan membaca Yasin berlangsung di Kantor Pusat Administsai (KPA). Sedangkan di IAIN, acara serupa berlangsung di Masjid Fathul Qarib.
Di SLTP 4 Peunayong Banda Aceh, seluruh siswa dan juga guru menggelar doa bersama di halaman sekolah tersebut. Acara itu dimulai pukul 08.00 Wib dan berakhir pada pukul 09.00 Wib, dan setelah itu sekolah dibubarkan. Kondisi yang sama juga terlihat di SMU 4, MAN I, SLTP 3, SD 13, SD, 14, SD 41, SD 20, dan SD 21. Namun, acara doa bersama tersebut hanya digelar di dalam ruangan kelas masing-masing.
Kendatipun suasana pada pagi hari di Darussalam terasa agak sunyi, namun kondisi itu tidak sampai mengganggu aktivitas masyarakat. Labi-labi terlihat tetap beroperasi, meskipun dalam jumlah minim. Suasana ramai di Darussalam baru terlihat kembali setelah prosesi pembacaan doa selesai dilaksanakan.
Di RSU Zainoel Abidin Banda Aceh, Jum,at kemarin, tidak memperlihatkan suasana yang menyolok dibanding hari-hari lainnya. Sejumlah tenaga medis tetap bekerja seperti biasanya, baik yang bertugas jaga di Poliklinik, Unit Gawat Darurat, maupun di ruangan- ruangan lainnya.
Cuma, jumlah kunjugan pasien rawat jalan drastis turun. Biasanya tiap Jumat (khusus pelayanan pasien penyakit biasa) jumlah kunjungan pasien mencapai 220 orang. Tapi, sepanjang siang kemarin, hanya tercatat 157 pasien yang berobat jalan. "Suasana hari ini berbeda, masyarakat sedang menggelar doa bersama di kediamannya masing-masing," kata Muktazar, salah seorang pelayanan PT Askes di rumah sakit tersebut.
Begitupun, di ruangan-ruangan rawat pasien inap, panjatan doa bersama juga digelar. Tetapi tidak secara bersama-sama, melainkan hanya perorangan. "Kami hanya membaca Yasin. Doa ini bukan hanya untuk masyarakat Aceh, tapi juga untuk kesembuhan pasien," ujar Bahri, salah seorang keluarga pasien asal Indrapuri, Aceh Besar.
Sementara itu di pusat-pusat perbelanjaan Kota Banda Aceh, baik pasar tradisional maupun swalayan terlihat sempat vakum sejenak. Begitu juga "Nyak-nyak" yang biasa menapak di pinggiran pertokoan Pasar Aceh, tak terlihat pagi Jumat kemarin. Mereka baru kembali berjualan sekitar pukul 09.00 WIB. "Kami baru kekota setelah membaca Yasin dulu di kampung," kata Nyak Hawa, salah seorang pedagang sayur dari Tungkop, Aceh Besar.
Secara umum jumlah mobil angkutan (labi-labi), sepanjang siang kemarin, tampak lebih sedikit yang beroperasi dibandingkan hari- hari biasanya. Keadaan yang serupa juga terlihat di terminal bus Beurawe. Para penumpang untuk jurusan lintas timur (Banda Aceh - Sigli -Bireuen) nyaris tidak ada. Bahkan, sampai pukul 12.00 Wib hanya dua unit bus yang masuk ke terminal. Sedangkan yang meninggalkan terminal Beurawe, sampai batas waktu yang sama malah tak terlihat sama sekali.
Di Idi, Aceh Timur, tak kurang sekitar 700-an siswa SMU Negeri 1 juga melakukan doa bersama dan membaca surat Yasin. Kepala SMU tersebut, Drs Kamaruddin, ikut memimpin doa bersama dan membaca surat Yasin. "Bukan siswa saja, tapi seluruh guru juga terlibat aktif," katanya.
Masjid Darul Fallah Kota Langsa, Jumat kemarin, penuh disesaki masyarakat yang ikut menghadiri doa istiqhasah tersebut. Jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan jiwa, sehingga masjid raya Kota tak mampu menampung warga yang membludak itu.
Pembukaan doa dipimpin Tgk Tarmizi dari Pesantren Alue Lhok. Acara doa bersama itu ditutup oleh Tgk Husin Budiman dari Kandepag Aceh Timur yang juga tercatat sebagai Imam di Masjid Raya Darl Fallah. "Syukur doa bersama ini berjalan dengan sukses," kata Sekjen FPMIA Aceh Timur, Hamdani.
Sementara Kota Lhokseumawe, Jumat (12/5) kemarin, terlihat sepi sehubungan dengan rencana penandatanganan kesepahaman RI-GAM di Jenewa, Swiss. Kegiatan sekolah, perkantoran, dan ekonomi tidak berjalan maksimal karena transportasi nyaris lumpuh. Para pelajar dan karyawan sejumlah perkantoran menggelar doa bersama demi kedamaian Aceh.
Pantauan Serambi sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, hanya terlihat beberapa kendaraan pribadi yang melintasi jalan raya. Begitu juga becak mesin tidak banyak yang melakukan kegiatan. Pasar Inpres yang biasanya sejak pukul 06.00 WIB mulai berdenyut, kemarin tidak ada kegiatan sama sekali.
Sementara di Kabupaten Pidie, semua aktivitas nyaris lumpuh. Banyak toko tutup dan jalan raya tidak dilalui kendaraan. Masyarakat berkumpul di masjid dan meunasah-meunasah memanjatkan doa bersama. Aktivitas baru terlihat kembali setelah usai shalat Jumat, itu pun hanya beberapa kendaraan yang terlihat lalu-lalang. (y/i/n/awi/an/su/nun/tam/u//j/)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Ini Kemenangan Rakyat

Serambi-Banda Aceh
Pendatanganan kesepahaman bersama jeda kemanusiaan antara pemerintah RI dan GAM di Swiss, merupakan kemenangan rakyat bagi rakyat Aceh. Sebab, dengan adanya kesepahaman itu maka tidak ada pihak lagi yang akan menindas dan memaksa kehendaknya kepada rakyat.
Penilaian itu disampaikan seorang aktivis GAM di Malaysia, Teuku Don Zulfahri. "Saya gembira karena pihak pihak yang selama ini membawa kesengsaraan kepada rakyat sudah berdamai dan sudah bersetuju untuk tidak melakukan kekerasan di bumi Aceh. Semoga setelah ini tidak akan ada lagi rakyat dibunuh oleh orang-orang tak dikenal. Semoga tak ada lagi harta rakyat di bakar oleh kelompok tak dikenal," kata Don dalam pernyataannya yang dikirim ke redaksi Serambi, tadi malam.
Menurutnya, kesepakatan Bersama RI-GAM akan membuka ruang kepada rakyat untuk maju menuntut haknya kepada RI dan GAM supaya hak bangsa Aceh menentukan nasibnya sendiri segera dikembalikan. "Saya serukan kepada rakyat untuk kembali kepada hakikat sebagai ummat Islam di sebuah negara Islam yang termasyhur sejak tahun 916 H semasa Sultan Ali Muhayatsyah berkuasa. Semasa itu kita bangsa menggunakan Kanun Meukuta Alam Al-Asyi sebagai kitab undang-undang negara Aceh. Itulah hakikat siapa kita sebenarnya, ummat Islam dalam sebuah negara Islam. Marilah kita bangun kembali bumi Aceh yang sudah rusak ini dengan asas-asas Islam yang kuat dan tegas seperti zaman silam, Insya Allah kita akan mencapai kemenangan."
Don --yang kali ini menyebut dirinya pejuang kemerdekaan Aceh -- menyampaikan terimakasihnya kepada Indonesia, masyarakat dunia, dan juga pimpinan GAM. Terima kasih kepada Indonesia disampaikannya karena ada perubahan sikap penanganan masalah tidak lagi mengedepankan kekerasan yang ternyata tidak menyelesaikan masalah itu.
"Kepada masyarakat dunia, saya menyatakan bahwa bangsa Aceh sesungguhnya bukan teroris dan bukan bangsa yang kasar. Kami cuckup toleransi sepanjang hak hak kami dihormati. Kami mau bersahabat dengan semua pihak dari berbagai bangsa walaupun berlainan latar belakang dan agama. Kepada pimpinan GAM yang terlibat dengan Kesepakatan Jenewa, saya ucapkan selamat tinggal, semoga Anda semua dirahmati Allal SWT," katanya

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

MoU RI-GAM Sukses

* Dibentuk Dua Komite Bersama

Serambi-Jakarta
Nota kesepahaman (memorandum of understanding) bersama tentang jeda kemanusiaan di Aceh sukses ditandatangani wakil pemerintah RI dan wakil Gerakan Aceh Merdeka di Davos, Swiss, Jumat pagi (petang WIB).
Penandatanganan dilakukan antara Hasan Wirayuda, Dubes/Kepala Perwakilan Tetap RI di Jenewa, Swiss, --mewakili pemerintah RI-- dengan dr Zaini Abdullah, Menteri Kesehatan GAM --mewakili GAM--. Dengan ditandatanganinya kesepakatan itu diharapkan dapat mendukung penyelesaian damai antara kedua belah pihak. Kesepakatan itu diberi nama Joint Understanding on Humanitarian Pause for Aceh (Kesepahaman bersama jeda kemanusiaan untuk Aceh).
Menteri Negera Urusan HAM Hasballah M Saad dalam jumpa pers kepada wartawan di Jakarta, Jumat, menyatakan bahwa kesepakatan itu baru saja ditandatangani di Davos, Swiss. Dengan ditandatanganinya kesepakatan itu diharapakan dapat mendukung penyelesaian damai antara kedua belah pihak.
Kesepakatan itu, kata Hasballah, mengutamakan penyelesaian secara dialog serta menghentikan berbagai pelanggaran HAM dan pertikaian yang terjadi di Aceh.
Menindaklanjuti MoU jeda kemanusiaan itu, pihak pemerintah RI dan pihak GAM segera membentuk dua Komite Bersama. "Para wakil dari kedua pihak dan beberapa tokoh masyarakat lain yang memiliki integritas tinggi akan menjadi anggota dari dua komite bersama yang akan dibentuk di Aceh," kata Hasballah.
Menurut Hasballah, dua komite yang dimaksud itu adalah Komite Gabungan Aksi Kemanusiaan (KGAK) dan Komite Bersama Modalitas Keamanan (KBMK). KGAK akan menjamin penyaluran efektif bantuan kemanusiaan. Satu tim pemantau independen akan mengawasi pelaksanaan aksi kemanusiaan dan melaporkannya kepada "Forum Bersama".
Sedangkan KBMK bertugas menjamin tidak adanya aksi-aksi ofensif militer serta menjamin pengurangan ketegangan dan penghentian kekerasan. Komite ini juga akan menjamin berlangsungnya secara normal kegiatan kepolisian dalam penegakan hukum dan pemeliharaan ketertiban umum.
Satu tim pemantau independen akan mengawasi pelaksanaan modalitas keamanan Jeda kemanusiaan, menyelidiki pelanggaran-pelanggaran, dan melaporkan temuan-temuannya kepada "Forum Bersama".
Hasballah menambahkan, suatu "Forum Bersama" yang terdiri dari para wakil kedua pihak penandatangan kesepahaman tersebut, juga akan mengawasi dan mengkaji ulang proses itu secara berkala di Swiss. "Telah disepakati bahwa komite gabungan ini akan melibatkan kedua belah pihak, dan aparat keamanan tentunya akan diwakili oleh orang-orang yang ditunjuk pemerintah. Pihak GAM sendiri akan menunjuk wakil-wakilnya yang memiliki komitmen dan kredibilitas tinggi," ujarnya.
Dikatakannya, untuk menghindari terjadinya ketegangan, kedua belah pihak juga harus mengurangi penggunaan senjata hingga ke titik nol. "Masalah ini akan dibicarakan secara teknis oleh komite-komite itu," katanya.
Setelah mencermati nuansa pertemuan yang dijalin selama ini, lanjut Hasballah, keinginan menciptakan suasana damai di Aceh sebenarnya cukup tinggi. "Di Aceh pun, animo masyarakat Aceh juga cukup tinggi yang ditandai dengan liburnya sekolah-sekolah disana. Mereka berkumpul dan berdoa bersama guna menyongsong langkah awal perdamaian ini," katanya.
Tidak lentur
Menyusul pendatanganan nota kesepahaman itu, Acheh/Sumatra National Liberation Front yang bermarkas di Norsborg, Swedia, mengeluarkan press release yang juga dikirimkan ke redaksi Serambi. Dinyatakan, persetujuan untuk menghentikan konflik itu merupakan hasil kunjungan Tgk Hasan Muhammad di Tiro ke AS, Inggris, Swiss, dan beberapa negara Eropa lainnya.
ASNLF berpendapat, pertemuan di Jenewa berikut dengan persetujuan menghentikan kekerasan di Aceh bukan berarti GAM melenturkan tuntutan kemerdekaan. "Apa yang terjadi adalah semata-mata suatu kesepakatan kedua belah pihak, RI-GAM, untuk mencari jalan bagaimana keadaan kekerasan yang selama ini melanda Aceh dapat dihentikan. Hal ini dipandang perlu sebab bangsa Aceh yang telah lama menderita dapat hidup kembali dalam keadaan yang tenang," demikian press release ASNLF itu.
Tertutup
Proses penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dinyatakan tertutup untuk liputan pers, sekalipun setelah itu ada pernyataan resminya. "Sampai malam ini ada permintaan dari salah satu pihak, agar proses penandatanganan nantinya tertutup bagi pers. Namun, keduanya sepakat untuk memberikan keterangan resmi," demikian keterangan dari sumber ANTARA di Jenewa, Kamis malam.
Sumber di negeri Belanda itu mengatakan MoU tersebut pada intinya mencantumkan keinginan kedua belah pihak untuk lebih mengembangkan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menuntaskan permasalahan di Aceh. "Tidak ada istilah cease fire atau gencatan senjata. Namun, kedua pihak sepaham untuk mengembangkan perlindungan HAM. Ini maknanya lebih luas, tidak hanya atas dasar fisik," ujarnya.
Penandatanganan MoU itu merupakan hasil dari serangkaian pertemuan di antara pihak Pemerintah RI dengan GAM Eropa yang selama ini berkedudukan di Stockholm (Swedia). Kontak informal pertama berlangsung pada 27 Januari 2000, kemudian pertemuan langsung tanggal 24 Maret, dan dilanjutkan 14-17 April.
Dalam pertemuan terakhir yang secara tidak langsung melibatkan Henry Dunant Center sebagai fasilitator, kedua pihak sepaham untuk menandatangani MoU meningkatkan perlindungan HAM di Aceh.
Henry Dunant Center yang berpusat di Bavois, Swiss, adalah yayasan kemanusiaan yang bertujuan melanjutkan perjuangan "Bapak Palang Merah Sedunia" dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pertama, Henry Dunant.
Lembaga itu pula pula yang disepakati pihak Pemerintah RI dan GAM sebagai tuan rumah bagi proses penandatanganan MoU.þ

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Gus Dur: Pertemuan Jenewa tidak untuk Saling Mengakui

Serambi-Jakarta
Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Jenewa, Swiss pada Jumat waktu setempat tidak mengakibatkan adanya saling pengakuan di antara dua pihak.
"Tidak ada masalah tentang pengakuan kepada siapapun juga oleh siapapun juga," kata presiden yang didampingi Sekretaris Presiden
Djoko Muljono dalam jumpa pers mendadak di Istana Merdeka, Jumat pagi. Kesepahaman bersama jeda kemanusiaan untuk Aceh (joint understanding on humanitarian pause for Aceh) ditandatangani Jumat (12/5) pukul 11.40 waktu Davos, Swiss, masing-masing oleh Dubes RI untu Swiss Hasan Wirayudha dan Dr Zaini Abdullah, mewakili GAM.
Ketika dimintai komentarnya tentang pernyataan Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, kenapa penandatanganan itu dilakukan di luar negeri, dan bukannya di Indonesia, Gus Dur mengatakan, "penandatanganan itu merupakan hak prerogatif eksekutif".
Gus Dur mengatakan pula, penandatanganan itu berlangsung di Swiss, karena LSM Henry Dunand Centre-lah yang memprakarsasi pertemuan itu. "Penyelesaian masalah Aceh akan dilaksanakan di dalam negeri dan diharapkan puncaknya akan berlangsung pada Kongres Rakyat Aceh," kata Presiden.
Presiden mengatakan penandatanganan MoU itu merupakan terobosasn dari berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian seperti yang dijelaskan Panglima TNI Laksamana Widodo AS di Jakarta pada Kamis (11/05).
Jumat siang, Gus Dur menegaskan agar lembaga lain tidak mencampuri lembaga eksekutif dalam soal persetujuan dengan GAM. "Nanti eksekutif akan mempertanggung-jawabkan kepada MPR," kata Gus Dur seusai shalat Jumat di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Dikatakan, pemerintah tidak pernah berkompromi kalau hal tersebut sudah menyangkut kedaulatan negara. Untuk itu Gus Dur mengingatkan bahwa dalam persetujuan dengan pihak GAM, pemerintah RI sebagai pemegang kekuasaan dan kedaulatan.
Gus Dur menyebutkan, perjanjian RI-GAM di Jenewa merupakan perjanjian antara pemerintah RI dengan orang-orang yang menghendaki dialog. "Yang ditandatangani sebetulnya persetujuan untuk masalah kemanusiaan. Jadi, bukan pengakuan. Dan tujuannya adalah untuk menghentikan pertentangan yang terjadi di Aceh," papar Gus Dur.
Karena itulah, sambung Gus Dur, nama perjanjian di Jenewa itu bukan perdamaian tetapi persetujuan untuk mengakhiri kekerasan. Diharapkan, dari persetujuan tersebut bisa mendukung upaya penyelesaian masalah Aceh secara menyeluruh.
Dikatakan, dalam persetujuan itu pihak RI merumuskan hal-hal yang sifatnya mencari jalan penyelesaian damai. Dan itu, menurut Gus Dur, sudah dipersiapkan. Caranya, antara lain para pemimpin GAM nantinya bisa bertani di luar Aceh. Pemerintah bahkan sudah menyiapkan 17 areal tanah yang cukup luas untuk pimpinan GAM.
"Panglima TNI juga sudah setuju menerima laskar GAM lewat seleksi fisik untuk masuk TNI atau Polri," ujarnya.
Gus Dur menyatakan penyelesaian dengan cara ini pernah ditempuh Soekarno pada saat menghadapi Daud Beureuh. "Jadi kalau ada kekhawatiran masyarakat tentang perjanjian ini karena mereka tidak mengetahui persoalan," kata Gus Dur.
Sementara itu Panglima TNI, Laksamana Widodo AS mengharapkan semua pihak, termasuk GAM, TNI dan Polri untuk segera menghentikan kekerasan, menyusul penandatanganan MoU antara pemerintah Indonesia dengan GAM di Jenewa, Swiss, Jumat (12/5).
Menurutnya, karena substansi perjanjian tersebut menyangkut penghentian tindak kekerasan, maka semua pihak diharapkan mempunyai semangat yang sama untuk menghentikan kekerasan.
"Mari kita melihat sisi positif dari kesepahaman itu. Ini harus kita lihat sebagai salah satu upaya dari berbagai macam upaya yang dapat kita lakukan dalam rangka upaya penyelesaian masalah Aceh," papar Widodo kepada wartawan, seusai menghadiri penandatanganan kesepakatan bersama penanggulangan penyalahgunaan narkoba di sekolah, perguruan tinggi dan tempat-tempat hiburan di Istana Negara, Jumat (12/5).
Gus Dur mengatakan ia telah memerintahkan Menlu Alwi Shihab yang sekarang berada di Beijing untuk membatalkan kehadirannya pada acara penandatanganan itu karena adanya desakan berbagai pihak. Alwi Shihab dari China akan ke Amsterdam kemudian menuju Washington DC untuk menemui Menlu AS Madeleine Albright. Di Washington, Menlu Alwi Shihab baru akan memberikan keterangan kepada wartawan tentang perjanjian tersebut.
"Terus terang memang ada perubahan. Tadinya, Pak Alwi akan menyaksikan (penandatanganan perjanjian RI-GAM). Tetapi karena ada desakan dari beberapa pihak di dalam negeri, sehingga saya minta Pak Alwi yang sudah berada dalam perjalanan dari Beijing ke Shanghai untuk menunda atau menggagalkan kepergiannya ke Jenewa," ungkapnya.(as/ymn)

To Indek:



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Terminal Keudah Dibangun Tahun Ini

Serambi-Banda Aceh
Terminal angkutan kota (labi-labi) di kawasan Keudah direncanakan pembangunannya oleh Pemda Banda Aceh tahun ini. Beberapa pihak mengharapkan agar rencana itu tidak hanya sebatas "angin surga" mengingat kesemrautan di kota ini semakin sulit diatasi.
Walikota Banda Aceh, Drs Zulkarnain kepada Serambi dua hari lalu mengatakan, terkait dengan rencana itu pihaknya segera melakukan pembebasan tanah di lokasi Asrama TNI Keudah.
Menurut walikota, pembangunan terminal labi-labi menjadi salah satu prioritas guna mengatasi kesemrautan di kota Banda Aceh. Dalam pelaksanaan nantinya, akan dibagi porsi 70 persen pemerintah daerah dan 30 persen swasta.
Pemda Banda Aceh akan mengelola bangunan induk terminal dan sistem perparkiran. Sedangkan pihak swasta akan menangani bangunan pendu- kung lainnya seperti kios di seputar terminal.
Menurut Walikota Banda Aceh, anggaran pembangunan terminal Keudah telah diusulkan melalui APBD 2000. Namun belum bisa dipastikan berapa biaya yang dibutuhkan karena pembangunannya dilakukan secara bertahap.
Sejauh ini Serambi belum mendapatkan penjelasan siapa pihak swasta yang akan menjadi mitra Pemda Banda Aceh dalam pelaksanaan/pengelo- laan terminal labi-labi Keudah. Namun sebuah sumber menyebutkan, pihak swasta yang dilibatkan adalah PT Darul Khairi.
Perlu banyak
Meski pembangunan terminal angkutan kota di kawasan Keudah masih sebatas rencana, tetapi Ketua DPRD Kota Banda Aceh, M Amin Said SH mengusulkan terminal labi-labi di kota ini perlu banyak. Menurut Amin, selain di Keudah perlu juga dibangun terminal angkutan kota di Peunayong, Ateuk Pahlawan, dan Peuniti.
Terminal di Pasar Ateuk Pahlawan dan di Peuniti, menurut Amin bisa dimanfaatkan untuk terminal angkutan kota urusan Lambaro-Montasik. Sedangkan di Peunayong, dipoolkan labi-labi jurusan Krueng Raya.
Khusus terminal Keudah, lanjut Amin, digunakan labi-labi jurusan Mata Ie, Ulee Lheue, dan Darussalam. "Kalau semua jurusan sudah terkonsentrasi, tingkat kesemrautan akan berkurang," ujar Amin.(rid)
 
To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pertumbuhan NT Industri Aceh Minus 13,76 Persen

Serambi-Banda Aceh
Kepala Dinas Perindustrian Aceh, Ir Arsyiah mengatakan, laju pertumbuhan rata-rata nilai tambah (NT) industri di Aceh selama tahun 1995 - 1999 negatif 13,76 persen.
"Keadaan itu terjadi karena laju rata-rata nilai produksi (NP) industri di daerah ini pada periode yang sama mengalami defisit sebesar 14,29 persen," ungkapnya kepada Serambi Jumat.
Minusnya NT dan NP industri di Aceh itu, menurutnya, erat kaitannya dengan gangguan keamanan dalam dua tahun terakhir. Selain itu, akibat krismon tahun 1997 yang masih berdampak hingga akhir tahun 1999 lalu.
Bila dilihat dari sisi unit usaha, kata Arsyiah, selama lima tahun laju pertumbuhan industri (PI) di daerah sebesar 5,12 persen. Industri dasar, tumbuh sebesar 5,66 persen, dari 27 unit usaha menjadi 33 unit usaha, aneka industri tumbuh sebesar 3,14 persen, dari 167 unit usaha menjadi 188 unit usaha, dan industri kecil tumbuh sebesar 5,13 persen, dari 29.416 unit usaha menjadi 36.167 unit usaha.
Pertambahan unit usaha, menurutnya, belum menjamin nilai produksi (NP) dan nilai tambah (NT) satu industri tumbuh positif, jika iklimnya tidak kondusif. Bagi Aceh, krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 lalu, tidak begitu membuat industri kecil, aneka dan dasar terganggu. Tapi yang membuat NP dan NT industri menjadi minus, adalah gangguan keamanan yang terjadi dalam dua tahun terakhir ini.
Akibat gangguan keamanan, katanya, sejumlah rekanan dan mitra usaha industri kecil dan menengah memutuskan hubungan kerjasama dengan alasan ancaman keamanan.
Gangguan keamanan, katanya, membuat aktivitas berbagai usaha industri dan kerajinan terhenti sementara. Penghentian kegiatan produksi dan pengiriman hasil ke luar, mengakibatkan pertumbuhan nilai produksi dan nilai tambah industri jadi minus.
Industri dasar pada tahun 1995 lalu NP-nya masih sebesar Rp 756,442 milyar, tahun 1999 turun menjadi Rp 398,946 milyar. Ini berarti pertumbuhannya defisit 15,05 persen.
Aneka industri juga mengalami yang serupa, NP nya minus 14,87 persen, dari Rp 241,679 milyar menjadi Rp 124,686 milyar. Industri kecil minus 13,11 persen, dari Rp 591,572 milyar menjadi Rp 331,230 milyar.
Penurunan NP, katanya, telah membuat pertumbuhan NT ikut menurun. NT industri dasar defisit 15,97 persen, dari Rp 376,179 milyar turun menjadi Rp 192,168 milyar.
Aneka Industri defisit 11,68 persen, dari Rp 82,637 milyar turun menjadi Rp 52,368 milyar, dan industri kecil defisit sebesar 11,15 persen, dari Rp 226,868 milyar turun menjadi Rp 138,023 milyar
Lebih jauh, Arsyiah mengatakan, untuk mengangkat NT dan NP perlu diambil langkah pemulihan iklim investasi dan kegiatan ekonomi di Aceh dari kondisi mencekam menjadi kondisi aman dan damai.
Setelah dua faktor tadi terwujud, katanya, kegiatan industri secara berangsur akan kembali pulih dan tumbuh menurut kemampuan perkembangannya.(her)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

PAD Aceh Selatan tak Capai Target

Serambi-Tapaktuan
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh Selatan tahun 1999/2000 tidak mencapai target. Hingga berakhir Maret lalu, hanya terhimpun Rp 1,56 milyar (77,96 persen) dari target Rp 2,009 milyar.
Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Aceh Selatan, Rusman MY SH yang dihubungi Serambi, Jumat, menjelaskan, total PAD sebanyak Rp 1,56 milyar (77,96 persen) terdiri dari pajak daerah Rp 398,1 juta lebih, retribusi daerah Rp 367 juta lebih, bagi laba penghasilan daerah Rp 30 juta, pendapatan lain-lain Rp 769 juta lebih (lihat daftar).
Pendapatan yang menonjol yaitu pajak penerangan jalan Rp 295,6 juta (103,75 persen) dari target Rp 285 juta. Kemudian pajak pengambilan dan pengelolaan galian C Rp 93 juta lebih (62,05 peren) dari target Rp 150 juta. Faktor yang menjadi penyebab pajak galian C tidak mencapai target, karena sampai 31 Maret 2000, masih proyek yang belum rampung dikerjakan.
Retribusi yang menonjol, seperti retribusi pasar Rp 114, juta (91,80 persen) dari target Rp 125 juta, retribusi pelayanan kesehatan Rp 83,9 juta (88,37 persen) dari target Rp 95 juta, retribusi terminal Rp 34,3 juta (59,9 persen) dari target Rp 130 juta, dan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Rp 42,8 juta (67,9 persen) dari target Rp 63 juta.
Sedangkan penerimaan lain-lain, meskipun tidak mencapai target, sumbangan pihak ketiga (SP-III) masih memberikan kontribusi besar terhadap PAD Aceh Selatan. Tahun anggaran 1999/2000 SP-III ditargetkan Rp 914 juta, terealiasasi Rp 755,3 juta lebih (82,65 persen). Kemudian dari BUMD Fajar Selatan diperoleh pendapatan Rp 30 juta dari target Rp 25 juta. Tapi penerimaan dari PDAM Tirta Naga Tapaktuan hanya nol persen dari target Rp 5 juta.
Penerimaan sektor SP-III dikutip dari kayu olahan produksi Aceh Selatan yang diangkut ke luar daerah (Medan). Anggaran tahun lalu, SP-III masih dikutip di Lae Ikan daerah perbatasan Kecamatan Simpang Kiri, Aceh Singkil dengan Dairi, Sumut.
Tapi untuk anggaran 2000 ini, Pemda Aceh Singkil memungut PAD sendiri. Dengan demikian Pos PAD Aceh Selatan yang sebelumnya berada di Lae Ikan dipindah ke Desa Kapai Seusak, kawasan pertasan Kecamatan Trumon dengan Kecamatan Simpang Kiri, Aceh Singkil. Besar SP-III yang dipungut menurut Kadipenda, Rusman MY SH, untuk kayu olahan Rp 170 ribu/truk Fuso, Rp 125 ribu/truk Colt Diesel.
Rusman menambahkan tidak tercapai target penerimaan PAD tahun 1999/2000 terkait masalah keamanan kurang kondusif, sehingga upaya mengenjot penerimaan kurang maksimal. Disamping itu, beberapa sumber pendapatan yang sangat potensial, tapi dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997, retribusi tidak dapat dipungut lagi.
Anggaran 2000 yang sedang berjalan, sumber penerimaan yang menjadi andalan, menurut Rusman, disamping sumbangan pihak ketiga, juga retribusi galian C, pajak penerangan lampu jalan, dan retribusi IMB. Khusus yang terakhir ini sangat diharapkan peran serta Dinas PU Aceh Selatan untuk mengarahkan pihak yang mendirikan bangunan untuk mengurus IMB.
Selain itu, Pemda Aceh Selatan sangat setuju Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 ditinjau kembali sehingga memungkinkan daerah memungut kembali retribusi dari beberapa sumber potensial. Di Aceh Selatan, misalnya retribusi hasil laut, dan retribusi pengelolaan sarang burung walet, yang sebelumnya menyumbang lumayan besar terhadap pendapatan daerah.(nun)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

SMU 1 Kotafajar Digranat

* Dua SD Dibakar, Dua Selamat

Serambi-Tapaktuan
Aksi penggranatan bangunan sekolah mulai terjadi lagi di Aceh Selatan. Dua ruang kelas SMU 1 Kotafajar, Kecamatan Kluet Utara dilaporkan mengalami kerusakan setelah digranat pelaku tidak dikenal, Senin (11/5) malam, sekitar pukul 20.30 WIB. Beberapa malam sebelumnya empat gedung SD dibakar, dua diantaranya berhasil diselamatkan.
Keterangan sumber-sumber menyebutkan, masyarakat Kotafajar, lokasi pusat kecamatan dikejutkan suara ledakan keras sehabis shalat insya. Mereka tidak berani keluar rumah, berapa saat kemudian terbetik kabar bahwa sumber ledakan di lokasi SMU 1 Kotafajar yang terletak sekitar 200 meter dari Mapolsek dan Rumah Dinas Camat Kluet Utara.
Menyusul penggranatan, suasana Kotafajar sontak sepi, sedangkan sejumlah aparat BKO Brimob di Mapolsek segera mengamankan lokasi dengan siaga penuh. Motif peledakan bangunan sekolah itu belum diketahui, karena Pelaksana Sementara Kapolres Aceh Selatan, Mayor Pol Drs Supriadi Djalal, belum berhasil dihubungi. Menurut keterangan Mayor Pol Supriadi Djalal masih dalam perjalanan pulang dari Subulussalam menuju Tapaktuan.
Berdasarkan surat telek Camat Kluet Utara, Syamsul Bahri Jalal BA kepada Bupati Aceh Selatan, dan ditembuskan kepada Kakandepdiknas setempat, kemarin menjelaskan, peledakan oleh pelaku tidak dikenal itu mengakibatkan dua ruang belajar SMU 1 Kotafajar mengalami kerusakan. Tapi camat tidak melaporkan dampak yang ditimbulkan terhadap kelangsungan proses belajar mengajar.
Tiga malam sebelumnya, Senin (8/5) malam, dilaporkan, empat bangunan SD di Kecamatan Kluet Utara menjadi sasaran aksi pembakaran dalam waktu serentak dinihari. Dua diantaranya dapat diselamatkan berkat bantuan masyarakat, masing-masing SD Krueng Batee, dan SD Ujong Padang.
Sedangkan dua sekolah yang mengalami kebakaran, SD Kampung Tinggi sebanyak dua lokal hangus, dan SD Pantee Asahan tiga ruang musnah menjadi abu. Seperti biasa dampak aksi tersebut ratusan murid sangat menderita setelah kehilangan tempat belajar, sedangkan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.(tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Gendrang Musda Pemuda Muhammadiyah Ditabuh

* Pimpinan Harus Mampu Menguasai Mimbar

Serambi-Blangpidie
Gendrang Musyawarah Daerah (Musda) ke-XI Pimpinan Daerah (PD) Pemuda Muhammadiyah Aceh Selatan menurut rencana pagi ini, Sabtu (13/5) ditabuh Bupati Ir T Machsalmina Ali di Hotel Arena, Blangpidie. Kegiatan musda diikuti 70 peserta berlangsung dua hari, 13-14 Mei, selain menyusun program kerja periode mendatang, pemilihan pucuk pimpinan organisasi itu merupakan agenda yang paling menarik.
Sejumlah tokoh Pemuda Muhammadiyah yang ditemui Serambi di sekretariat penaitia pelaksana di Jalan Pendidikan Blangpidie, Kamis (11/5) mengharapkan peserta musda sangat diharapkan memilih figur pimpinan yang tepat dari sederet nama yang telah menyatakan bersedia dan siap untuk dipilih.
Pimpinan yang diharapkan muncul harus memiliki misi dan visi yang jelas serta mampu menguasai mimbar dakwah. Masalah ini perlu mendapat perhatian, karena tokoh pemuda Muhammadiyah berberan aktif meningkatkan dakwah di tengah masyarakat.
Kriteria mampu menguasai mimbar, menurut mereka perlu mendapat perhatian utama, di samping kemampuan sumber daya manusia. Sebab, peran Muhammaddiyah mengedepankan peningkatan dakwah di tengah masyarakat. "Alangkah lucunya seorang pimpinan organisasi pemuda Muhammadiyah tak mampu berdakwah. Nanti kita ditertawakan orang," kata salah seorang kader.
Organisasi pemuda Muhammadiyah, menurut mereka merupakan wadah pencetak kader masa depan yang dapat diandalkan. Karena itu pula, kriteria lain yang perlu adalah pimpinan yang dipilih punya pengalaman berorganisasi. Dalam hal ini, figur yang mampu mengerakkan roda organisi, biasa bekerjasama dengan semua pengurus, dan dapat menerima pendapat orang lain, termasuk kritikan.
Satu hari menjelang digelar musda, pembicaraan seputar calon ketua semakin menghangat. Dari sederet nama yang mencuat ke permukaan, empat nama semakin mengkristal, masing-masing Drs Mardin M Nur (Kepala MTsN Susoh), Drs Marzuzak (Kepala SMU 1 Kuala Batee), Suryadi Razali SE AK dan Drs Mohd Zain (keduanya dari wiraswasta).
Nama-nama lain yang membayangi, Tgk Abrar Zim SA.g (Kepala KUA Meukek), Ir Mismaruddin Mahdi (Ketua DPRD), Drs Hanafiah AK (KTU Kantor Pembantu Bupati Wilayah Blangpidie), M Najib Aziz SA.g, Fakri Rahim SH, Elizar Lizam SE AK, Asmara Hadi SH, Jakfaruddin Ali Akbar, Hasbi Hasan S.Sos, dan Jefri Delly.
Pertarungan memperebutkan tampuk pimpinan PD Pemuda Muhammadiyah Aceh Selatan menggantikan, Anhar H Nasruddin, menurut sejumlah pengamat akan berlangsung seru. Karena Ketua penaitia pelaksana, H Syamsiddik Ibrahim, salah seorang tokoh Muhammadiyah secara terbuka telah menyatakan tidak bersedia dipilih sebagai ketua.
Alasannya, yang bersangkutan telah duduk di jajaran pengurus PD Muhammadiyah Aceh Selatan periode berjalan. Dengan tidak majunya, H Syamsidik Ibrahim dalam bursa calon ketua, menurut keterangan sejumlah kader, terutama yang muda-muda tidak ragu-ragu untuk maju. Lagi, pula sesuai harapan banyak pihak bahwa, pimpinan ke depan harus dikendalikan tokoh muda Muhammadiyah yang punya perhatian besar terhadap kemajuan organisasi.(nun)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kapolres Aceh Selatan Mendadak Ditarik

Serambi-Tapaktuan
Tanpa gembar-gembor Kapolda Aceh dilaporkan telah menarik Letkol Pol Teuku Kemala dari jabatan Kapolres Aceh Selatan terhitung sejak hari Sabtu (6/5) lalu. Penarikan pejabat polisi itu sangat mengejutkan karena yang bersangkutan baru memangku jabatan tersebut sekitar enam bulan.
Penarikan Letkol Teuku Kemala dari jabatan kepolres juga dinilai sangat mendadak. Jangankan unsur Muspida, aparat polisi di Mapolres Tapaktuan sendiri sebagian besar tidak mengetahuinya. "Kami saja baru mengetahui Bapak Keumala sudah ditarik ke Polda pada hari Minggu," kata salah seorang perwira setempat ketika dikonfirmasi masalah itu, Kamis (11/5).
Lantaran mendadak bengitu, katanya, aparat polisi di Mapolres tidak sempat menggelar acara perpisahan seperti biasa dilakukan terhadap pimpinan yang pindah tugas ke tempat lain. Letkol Teuku Kemala, menurut sumber itu ditarik dengan sprin Kapolda pada hari Sabtu (6/5), kemudian besoknya (Minggu) telah meninggalkan Tapaktuan.
Sumber tersebut tidak mengetahui jabatan yang diemban Letkol Teuku Kemala, setelah selesai melaksanakan tugas sebagai Kapolres Aceh Selatan yang dijabat sejak akhir November 1999. Tapi sebagai gantinya, menurut keterangan Kapolda telah menunjuk Mayor Pol Drs Supriadi Djalal sebagai pelaksana sementara (PJS) jabatan Kapolres Aceh Selatan.
Mayor Pol Drs Supriadi Djalal, asal Singkil itu selama ini menjabat Wakapolres Aceh Selatan, jabatan tersebut dipangkunya sejak awak Desember 1999.
Menurut sumber-sumber, Letkol Teuku Kemala selama menjabat Kapolres Aceh Selatan dinilai telah berbuat banyak dalam upaya mengembalikan kondisi keamanan masyarakat yang kondusif di Aceh Selatan dan Aceh Singkil.
Baik dalam kapasitas sebagai kapolres, maupun sebagai Wakasub Sektor ORS III, Letkol Pol Teuku Kemala aktif memberikan penyuluhan dan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat, termasuk wilayah Aceh Singkil. "Tapi dengan penarikan bengitu mendadak menimbulkan tanda tanya dari beberapa pihak," kata sebuah sumber.(tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Soal Dana Operasional Puskesmas Mengendap
Bupati Machsalmina Ali "Marah"

Serambi-Tapaktuan
Kasus tidak cair dana proyek operasional dan pemeliharaan rehabilitasi puskesmas di Aceh Selatan tahun anggaran 1999/2000 membuat "marah" Bupati Ir T Machsalmina Ali. Bengitu mencuat informasi bahwa dana sebesar Rp 529 juta lebih itu mengendap, bupati segera memanggil Kadis Kesehatan untuk meminta pertanggungjawaban.
Seperti diberitakan, belasan dokter yang menjabat Kepala Puskesmas di Aceh Selatan berdelegasi ke DPRD di Tapaktuan, Rabu (10/5). Mereka menyampaikan keprihatinan tentang dana operasional tahun anggaran 1999/2000 tidak cair, meskipun tahun anggaran telah berakhir. Mereka minta bantuan dewan untuk menanyakan masalah itu kepada Pemda setempat.
Menurut keterangan, sebelum memanggil Kadis Kesehatan, dr H Asfuddin, Bupati telah menerima dua pimpinan DPRD masing-masing, Tgk M Nazir Ali dan H Abd Salam (wakil ketua) di pendopo bupati. Kedatangan pimpinan dewan itu untuk menanyakan duduk persoalan sehingga dana opersional puskesmas-puskesman tidak cair sehingga menimbulkan keresahan para dokter.
Di samping itu, pimpinan dewan juga menginformasikan bahwa honor dokter PTT (petugas tidak tetap) juga sering terlambat sampai tiga bulan, seperti dialami dr Ina Safritri, Kepala Puskesmas Blang Kejeren, Labuhan Haji. Kemudian, beberapa masalah lain yang dikeluhkan para dokter ketika berdelegasi ke DPRD, Rabu lalu.
Bupati Ir T Machsalmina Ali yang dihubungi Serambi, Kamis (11/5) sore menyatakan sangat kecewa lantaran dana operasional tidak dapat dicairkan sampai berakhir tahun anggaran 1999/2000. Menurut Bupati dana proyek operasional dan pemeliharaan rehabilitasi puskesmas merupakan bantuan luar negeri, dimana dananya langsung didroping dari Tk I kepada pimpro di Tk II.
Sedangkan Pemda sendiri hanya menentukan lokasi dan jumlah alokasi dana masing-masing puskesmas yang mendapat bantuan. Dalam hal ini, Bupati Ir T Machsalmina Ali telah mengeluarkan SK tanggal 30 Oktober 1999 yang mengatur tentang lokasi dan alokasi dana dimaksud. Dalam surat keputusan itu ditetapkan 29 puskesmas dari Kuala Batee sampai Trumon mendapat bantuan masing-masing Rp 19.771.000.
Tapi yang membuat bupati tidak habis pikir, karena menurut pengakuan Kadis Kesehatan, dr H Asfuddin, SK tanggal 30 Oktober 1999 itu baru diterima Pimpro, Abidin pada pertengahan Maret 2000. "Apa benar bengitu, akan kita usut," tegas T Machsalmina Ali yang tampaknya sangat geram. Karena secara logika, katanya tidak masuk akal bila SK tersebut mengembara selama lima bulan.
"Katakanlah benar diterima pertengahan bulan Maret, kenapa Pimpro tidak segera mencairkan dana itu ke KPKN Tapaktuan. Apa maksudnya sampai tidak mencairkan kita selediki lebih lanjut," tambah T Machsalmina Ali seraya menjelaskan tidak ada niat sedikitpun dari pemda untuk menutup-nutupi bantuan dana tersebut.
Kendati peristiwa itu sangat disesalkan, pihaknya telah memerintah Pimpro, Abidin melalui Kadis Kesehatan untuk menghubungi KPKN tentang kemungkinan dana tersebut dapat diluncurkan kembali anggaran tahun 2000. Informasi yang yang telah diperoleh, kemarin, bahwa dana yang mengendap itu dapat diluncurkan kembali.
Kasus tidak kunjung cair dana operasional sampai berakhir tahun 1999/2000 mengundang belasan dokter yang dipimpin Ketua IDI Aceh Selatan, dr Yetrizal (Kepala Puskesmas Labuhan Haji) berdelegasi ke DPRD Aceh Selatan, Rabu (10/5) lalu.
Para medis itu awalnya diterima Wakil Ketua DPRD, Tgk M Nazir Ali, kemudian melimpahkan kepada Komisi E yang membidangi kesejahteraan. Para dokter pada kesempatan itu menyampaikan keluhan tentang masalah dana operasional yang belum turun, sementara banyak kebutuhan sangat mendesak, seperti merehap kantor yang rusak, dan kebutuhan rutin, membayar rekening listrik dan telepon.
Akibatnya untuk menutupi rekening telepon dan listrik serta keperluan operasional lainnya, sebagian dokter terpaksa memanfaatkan bantuan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS), meskipun disadari bahwa dana tersebut bukan untuk itu. Ada pula yang memakai uang pribadi, seperti diakui dr Yetrizal.
Selain masalah dana operasional, ada pula keluhan dokter PTT, karena tidak menerima honor selama tiga bulan. Dan ada pula yang mengaku belum menerima dana JPS (jaring pengaman sosial) tahap kedua, seperti dilaporkan Kepala Puskesmas Bakongan.
Masalah lain, para dokter minta bantuan dewan untuk menyampaikan masukan kepada Pemda setempat bahwa pembelian obat dengan dana tanggap darurat (DTD) supaya dilibatkan kepala puskesmas, tidak seperti sekarang ini, tiba-tiba mereka menerima droping obat.
"Kalaupun kami tidak diperkenan membeli sendiri, tapi kami harus ditanya dulu tentang jenis obat apa yang sangat dibutuhkan. Kami yang lebih tahu tentang kebutuhan obat di daerah bersangkutan. Dengan demikian pengadaan obat dengan dana DTD benar-benar menyentuh masyarakat dalam keadaan darurat," kata salah seorang dokter kepada anggota Komisi E DPRD setempat.
Tentang saran ini mendapat tanggapan positif Wakil Ketua DPRD, Tgk M Nazir Ali dan seluruh anggota Komisi E. "Untuk ke depan pola selama ini kita sarankan kepada Pemda untuk diubah. Benar apa yang dikemukakan dokter, merekalah yang lebih tahu tentang obat yang sangat dibutuhkan. Jangan-jangan pengadaan obat oleh pihak lain menjadi mubazir," kata Tgk M Nazir Ali ketika dikonfirmasi ulang.(nun)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Aceh Selatan Sepi

* Doa Bersama Menyambut Perjanjian Damai

Serambi-Tapaktuan
Menyambut perjanjian kesepakatan damai antara pemerintah Republik Indonesia (TNI/Polri) dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Jenewa, Swiss, suasana sepi benar-benar menyelimuti Aceh Selatan, sejak Kamis malam hingga Jumat (12/5) kemarin. Masyarakat, tidak kecuali pejabat pemerintah berbondong-bondong menuju masjid dan meunasah melaksanakan doa bersama sebagai rasa syukur sangat mendalam ats penandanganan kesepakatan menghentikan tindakan kekerasan di bumi Aceh.
Tempat peribadatan, seperti masjid dan meunasah sejak dari pusat kabupaten, kecamatan dan desa-desa mulai dipadati warga, sejak Kamis malam, puncaknya, Jumat (12/5) kemarin. Para tokoh agama memimpin doa dan membaca surat Yasin untuk memohon keradhaan Allah SWT agar keamanan di Aceh segera pulih.
Masyarakat memohon petunjuk Allah SWT sehingga perjanjian damai (cease fire) antara pemerintah RI dengan GAM yang Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani di Jenewa, Swiss, Jumat (12/5) benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik kedua belah pihak.
Pengamatan, Serambi, kemarin aktifvitas kendaraan di jalan raya Tapaktuan-Blangpidie dan Tapaktuan-Subulussalam nyaris terhenti total. Kalaupun ada yang beroperasi terbatas kendaraan pribadi dan kendaraan roda dua, itu hanya berlangsung sampai pukul 11.00 WIB.
Meskipun kantor-kantor pemerintah di Tapaktuan tetap buka, tapi sebagian besar toko dan usaha lainnya tutup. Dilaporkan suasana serupa juga terjadi di Blangpidie, Kotafajar, Meukek, Manggeng serta pusat-pusat kecamatan lainnya. Malahan di Tapaktuan, ibukota kabupaten, aktivitas masyarakat mulai terhenti sejak pukul 17.00 WIB, Kamis malam.
Masyarakat berkumpul di masjid-masjid melakukan doa bersama. Hal serupa juga terlihat di sejumnlah pesantren-pesantren sampai pelosok-pelosok kecamatan. Sementara itu sebagian besar masyarakat di Aceh Selatan sampai sore kemarin, sibuk mencari tahu tentang perkembangan kesepakatan damai di Jenewa. Mereka mengaku menunggu dengan perasaan cemas, karena ada isu penandatanganan tersebut dibatalkan.
Gema pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an di rumah-rumah ibadah sampai pelosok desa mencapai puncaknya menjelang shalat Jumat, kemarin. Sedangkan siswa SLTP, SMU dan SMU melakukan doa bersama di sekolah masing-masing. Sedangkan, warga yang bertugas ronda malam tetap melakukan aktivitas di pos jaga dan sekali-kali melakukan patroli keliling kampung untuk mengantisipasi berbagai tindakan tidak diingini.
Sementara, Bupati Aceh Selatan, Ir T Machsalmina Ali, Sekdakab, Drs HT Meurah Hasan serta kepala dinas instansi, sejumlah pegawai dan masyarakat melakukan doa bersama di Masjid Istiqamah, Tapaktuan, mulai pukul 08.00 WIB hingga menjelang shalat Jumat. Doa bersama dipimpin, Drs Marnus dan Tgk H Ahmad Ibrahim BA.
Usai melakukan doa, Bupati T Machsalmina Ali dihadapan jamaah mengharapkan kesepakatan damai yang direncanakan ditandatangani di Jenewa, Swiss dapat terwujud. Karena masyarakat benar-benar mengalami penderitaan akibat konflik yang berkepanjangan.
Diharapkan masyarakat semakin proaktif menjaga keamanan kampung dengan meningkatkan jaga malam (pageu gampong), terutama setelah kesepakatan damai diteken. Upaya ini diharapkan kondisi Aceh Selatan semakin membaik dan segera pulih seperti biasa.(su/nun)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

AGAM Patuhi Instruksi Panglima

Serambi-Banda Aceh
Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) wilayah Meureuhom Daya dan Idi Rayeuk menyatakan mereka mematuhi instruksi Panglima Perang Teungku Abdullah Syafiie untuk menarik pasukan ke barak serta menggudangkan senjata sebagai wujud menghormati kesepakatan perdamaian di Jenewa, Swiss, kemarin.
Pernyataan AGAM wilayah Meureuhom Daya disampaikan oleh juru bicara panglima setempat, Abu Tausi, kepada Serambi, Kamis sore (11/5). Ia menegaskan bahwa semua jajaran pasukan AGAM dalam wilayahnya sudah ditarik ke markas sesuai perintah Panglima Abdullah Syafiie.
"Sesuai instruksi Panglima Komando Pusat Ditiro Teungku Abdullah Syafiie, maka Panglima AGAM wilayah Meureuhom Daya Abu Arafah sudah menarik seluruh pasukan ke markas. Dan, senjata juga sudah disimpan di gudang," kata Abu Tausi yang juga mengimbau masyarakat Aceh agar bersabar dan tetap waspada terhadap berbagai provokasi pihak-pihak yang tak ingin melihat Aceh aman.
Menurutnya, apabila masih tetap terjadi penyerangan terhadap aparat keamanan di wilayah Meureuhom Daya, "pihak AGAM tidak bertanggung jawab." "Sebab itu bukan dilakukan oleh pasukan kami. Kami tunduk kepada perintah Panglima Abdullah Syafiie. Jadi, jangan menuduh kami kalau masih ada tindak kekerasan," katanya melalui saluran telepon.
Abu Tausi menyayangkan tindakan aparat keamanan yang menurutnya masih mendirikan pos-pos di jalan Banda Aceh-Meulaboh. "Di Lamno dan Lhok Kruet, Kecamatan Sampoiniet, mereka mendirikan pos dan mengutip uang dari truk-truk yang lewat," tudingnya. "Kan kasihan masyarakat."
Untuk itu, ia mengimbau aparat keamanan untuk sama-sama menciptakan suasana mulai kondusif khususnya di wilayah Meureuhom Daya dan Aceh secara keseluruhan. "Jangan karena kami sudah menarik diri, mereka bisa seenaknya meminta uang kepada masyarakat," ujarnya lagi.
Sementara itu, AGAM Idi Rayeuk, Aceh Timur, menyatakan mereka juga mematuhi perintah Panglima Abdullah Syafiie dan sekarang berusaha menghindar dari gerakan-gerakan bersenjata. Hal ini dilakukan untuk ketenangan warga dalam menghadapi dan menyambut pertemuan pemerintah RI dan GAM di Jenewa, Swiss.
Hal itu disampaikan juru bicara AGAM Wilayah Sagoe Idi, yang mengaku bernama Abu Kuta Idi, via telepon Kamis (11/5). Namun sayangnya, kata Abu Kuta Idi, gerakan kekerasan dan bersenjata dari pihak TNI, terus berlanjut.
Hingga saat ini rumah penduduk terus dibakar dan warga desa "tidak pandang bulu" waras atau tidak dan tanpa melalui peradilan masih banyak terpaksa menerima siksaan berat. Di Desa Dama Pulo, Idi Rayeuk, misalnya, ada anak kurang waras bernama Zulkifli (24) terpaksa menerima azab siksaan yang cukup berat serta rumah Muhammad warga di desa yang sama dibakar aparat TNI yang di-BKO-kan di Idi Rayeuk.
Dikatakan, meski perlakuan buruk terhadap masyarakat masih terus berjalan, namum Abu Kuta Idi, mengaku tetap menghindar dan bersabar, demi ketenangan bangsa Aceh agar "Perundingan Jenewa" bisa sukses. (tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Doa untuk Jenewa dari Aceh Timur

Serambi-Langsa
Seruan dan ajakan Front Pemuda Mahasiswa Islam Aceh (FPMIA) Aceh Timur kepada masyarakat untuk menghadiri acara doa bersama mendapat respon positif. Doa untuk memohon kepada Khalig agar situasi di Aceh kembali sejuk dan damai setelah dilakukan penandatangann MoU Jenewa antara pemerintah Indonesia yang diwakili Hassan Wirayuda dengan dr Zaini Abdullah berlangsung di berbagai masjid, lembaga pendidikan, dan di rumah-rumah.
Semula doa bersama yang dilaksanakan Jumat (12/5) itu direncanakan berlangsung di lapangan Merdeka Langsa. Namun, karena pada pagi hari kota Langsa diguyur hujan lebat, akhirnya acara doa bersama itu dipindahkan ke Masjid Darul Falah Langsa.
Begitu masyarakat yang menghadiri doa istiqhasah mencapai jumlah ribuan jiwa, sehingga masjid raya Langsa itu Darul Fallah Langsa, pagi itu telah penuh dipadati jamaah dari berbagai lapisan masyarakat.
Pembukaan doa Masjid Raya itu dipimpin Tgk Tarmizi dari Pesantren Alue Lhok. Acara doa bersama itu ditutup oleh Tgk Husin Budiman dari Kandepag Aceh Timur yang juga selaku imam di masjid raya itu. "Syukur doa bersama ini sukses," kata Sekjen FPMIA Aceh Timur, Hamdani.
Doa bersama ini juga dilaksanakan pada masjid-masjid desa. Sedangkan para siswa di sekolah mereka masing-masing, juga ikut memanjatkan doa dan membaca surat yasin demi susksesnya pertemuan Jenewa, Swiss itu.
Sementara itu, Direktur Eksekutif LSM NGO Persia Aceh Timur, Ir Marhaban Johan mengharapkan kesepakatan Jenewa itu hendaknya dipatuhi oleh kedua pihak, baik Pemerintah RI maupun GAM. "Sehingga, suasana sejuk dan damai di Aceh seperti yang diharapkan masyarakat Aceh dapat terujud," ujarnya.
Siswa
Sementara itu sekitar 700-an siswa SMU Negeri 1 Idi, Jumat (12/5) dilaporkan sejak pukul 08.00 hingga pukul 10.00 pagi melakukan doa bersama dan membaca surat Yasin di sekolah masing-masing untuk penandatangan kesepakatan Jenewa, kata ketua OSIS sekolah setempat, Mahzaruddin, kepada Serambi Kamis (11/5).
Kepala SMU Negeri Idi Rayeuk, Drs Kamaruddin, secara terpisah membenarkan seluruh siswa dan siswi yang dipimpinnya melaksanakan doa bersama dan membaca surat Yasin. "Bukan siswa saja, tapi guru juga terlibat aktif. Bahkan guru yang memimpin doa," katanya.
Menurut Kamaruddin yang baru sebulan memimpin sekolah tersebut, doa bersama untuk kesuksesan perundingan di Jenewa, Swiss itu, merupakan perintah dari Kakanwil Depdiknas Aceh.
Dikatakan, sebenarnya setiap saat warga Aceh selalu berdoa untuk daerahnya, demi tercapainya keamanan yang diidamkan semua masyarakat di daerah "Serambi Mekkah".(tam/an)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kades Hilang, Dua Rumah Dibakar

Serambi-Pantonlabu
Dua rumah penduduk Desa Lhok Beringin Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, Kamis (11/5) sekitar pukul 20.10 WIB dibakar orang tak dikenal, ketika pemilik rumah sedang berdoa di meunasah dalam rangka menyambut perundingan RI-GAM di Jenewa. Salah satu di antaranya rumah Keuchik Lhok Beringin. Sedangkan Keuchik Nurdin sudah menghilang satu hari sebelumnya.
Menurut sumber, kedua dua rumah berkonstruksi kayu itu rata dengan tanah dimangsakan oleh si jago merah. Selain itu, juga satu mobil Carry pikap milik Keuchik Nurdin ikut musnah beserta seluruh isi kedua rumah. "Kami sangat sedih melihat nasib mereka, selain kehilangan tempat tinggalnya, seluruh isi rumahnya ludes," ujar seorang warga Pantonlbu kepada Serambi Jumat.
Menurut keterangan, ketika aksi pembakaran terjadi di desa tersebut, seluruh warga sedang berdoa di meunasah dalam rangka menyambut perundingan RI-GAM. Rumah Keuchik Nurdin dengan meunasah, tergolong jauh, sehingga tidak ada satu orang pun tahu adanya aksi pembakaran tersebut.
Kedua pemilik rumah, Idris dan Isteri Nurdin, hanya termangu ketika melihat tempat tinggal mereka sudah rata dengan tanah. Tidak ada kata yang bisa diucapkannya, kecuali memohon do'a kepada Allah agar kuat menerima cobaan ini.
Keterangan lain yang diperoleh Serambi di lokasi kebakaran, Keuchik Nurdin hilang sehari sebelum rumahnya dibakar. Warga desa tidak tahu apa yang terjadi dengan kepala desanya, sehingga belum kembali ke desa.
Empat pos jaga
Pada waktu yang hampir bersamaan di Desa Lhok Beringin Kecamatan Tanah Jambo Aye juga empat pos jaga dan unit bangunan Polindes, ikut dibakar. Pembakaran tersebut diduga oleh pelaku yang sama.
Namun, sejauh ini tidak ada korban jiwa akibat aksi pembakaran yang melanda Lhok Beringin. Tetapi suasana desa penghasil padi itu hingga sore kemarin jadi sepi dan mencekam. Warga takut akan terjadi pembakaran susulan atau diadakan sweeping.
Mayat ditemukan
Satu korban tindak kekerasan ditemukan tergeletak di pinggir jalan dalam kondisi menggenaskan, di kawasan Simpang Peureupok, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara, Jumat.
Mayat yang diperkirakan berumur 30-an, dievakusi PMI Aceh Utara ke RSU Cut Mutia Lhokseumawe sekitar pukul 11.45 WIB, di mulutnya keluar air dan buih. Kedua kelopak mata bengkak membiru. Sementara kulit di sekujur tubuhnya mulai memerah dan sebagian terkelupas.
Menurut keterangan warga, mereka melihat mayat tergeletak di semak- semak dalam posisi menyedihkan, masih memakai pakaian lengkap, dan tidak diperoleh identitas sama sekali. Sulit dikenali, karena kondisi mayat yang mulai mengembung, kecuali dari pakaian yang dikenakan korban.
Korban memakai celana kain warna biru dongker, baju kaos oblong dan celana dalam warga putih. Mayat itu yang mempunyai tinggi badan 170 cm, mempunyai wajah bulat, dan hidung sedikit pesek serta rambut lurus sekitar 4 cm. "Korban diperkirakan mengalami penyiksaan berat," ujar seorang paramedis. (tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

12 Mei di Lhokseumawe

Kota Sepi, Sekolah Libur, Warga Berdoa

Serambi-Lhokseumawe
Suasana Kota Lhokseumawe, Jumat (12/5) kemarin terlihat sepi sehubungan dengan rencana penandatanganan kesepahaman RI-GAM di Jenewa, Swiss. Kegiatan sekolah, perkantoran, dan ekonomi tidak berjalan maksimal karena transportasi nyaris lumpuh. Para pelajar dan karyawan sejumlah perkantoran menggelar doa bersama demi kedamaian Aceh.
Pantauan Serambi sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, hanya terlihat beberapa kendaraan pribadi yang melintasi jalan raya. Begitu juga becak mesin tidak banyak yang melakukan kegiatan. Pasar Inpres yang biasanya sejak pukul 06.00 WIB mulai berdenyut, kemarin tidak ada kegiatan sama sekali. Begitu juga warga kota, lebih banyak berdiam diri.
Namun, Berbeda dengan pemogokan yang pernah terjadi sebelumnya, sepinya aktivitas kemarin tidak terasa mencekam. Sebaliknya malah terasa damai dan menyejukkan. Terlebih cuaca di Lhokseumawe sepanjang hari kemarin terasa adem.
Pertokoan di sepanjang Jalan Perdagangan, Merdeka, kawasan Cunda hingga Keude Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara, tutup total. Pemilik toko lebih banyak duduk berkumpul bersama rekan-rekannya di depan tempat usaha.
Pedagang kali lima yang biasanya meramaikan semaraknya perdagangan di Lhokseumawe, juga menghentikan aktivitasnya. Hanya beberapa pedagang jeruk yang berjualan kendati konsumen tidak seramai biasanya. Sedangkan pasar sayur di Pusong, tidak ada pedagang sama sekali. Bahkan, beberapa ekor kambing leluasa menjelajah wilayah pasar untuk mencari sisa sayuran.
Keadaan sama juga terlihat di terminal kota dan terminal antarkota antar propinsi di Lhokseumawe. Di terminal bus jarak jauh, sedikitnya sembilan bus terparkir. "Usai Jumat baru bergerak, sementara ini standby dulu melihat perkembangan. Apa salahnya istirahat beberapa jam, apalagi dikaitkan dengan perundingan Jenewa," ujar seorang sopir Pusaka.
Beberapa calon penumpang yang sudah duluan memesan tiket untuk berangkat pagi hari, terpaksa pulang setelah mendapat penjelasan dari agen bus.
Pegawai negeri yang setiap hari merupakan salah satu unsur semaraknya kota dan perkantoran juga tidak terlihat. Hanya satu dua pegawai yang datang, itupun cepat pulang. "Bukan libur, pegawai mungkin istirahat di rumah. Sedangkan yang bertempat tinggal di luar kota tidak mendapatkan angkutan ke Lhokseumawe," kata seorang kepala kantor.
Hal yang sama juga dialami lembaga pendidikan, mulai dari SD sampai SMU, tidak ada kegiatan belajar mengajar. Para murid berkumpul empat-lima orang, kemudian bubar dan pulang ke rumah masing-masing. "Bus sekolah yang biasanya melayani siswa, juga tidak terlihat sama sekali. Para sopir bus itu, mungkin istirahat berkaitan dengan pertemuan dan rapat di luar negeri," ungkap Khairullah seorang siswa MTsN Lhokseumawe. (j/u)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Ribuan Karyawan Arun Berdoa

Serambi-Lhokseumawe
Ribuan karyawan PT Arun dan keluarganya, kemarin pagi, melakukan doa bersama di Masjid Istiqamah yang berada di komplek perumahan. Kegiatan doa bersama bagi kedamaian Aceh di Masjid Istiqamah, juga dihadiri Pj General Manajer PT Arun, H Hasan Saad serta sejumlah pejabat teras lainnya, demikian staf Humas PT Arun, Adnan.
Kendati sebagian besar karyawan menggelar doa bersama, tapi kegiatan produksi tetap berjalan seperti biasanya sebab para karyawan yang bekerja di bagian pabrik tetap melakukan tugas.
Sementara sejumlah anggota masyarakat mengharapkan kejadian- kejadian menakutkan dan menimbulkan korban jiwa dan harta hendaknya tidak terulang lagi setelah adanya kesepakatan yang ditandatangani di Jenewa Swiss. "Dengan adanya kesepahan itu, kita harapkan kekerasan tidak terjadi lagi. Makanya saya sangat kecewa bila rencana itu ditunda atau dibatalkan," kata warga Krueng Geukueh, M Djamil.
Harapan senada juga disampaikan tukang becak yang biasa berwara- wiri di Lhokseumawe, Munazar. "Kalau keamanan aman, kami jadi bisa mencari nafkah dengan tenang. Tak ada lagi suara dentuman senjata," katanya.
Sementara Syafaruddin, salah seorang PNS di Lhokseumawe menyebutkan, "Hari ini (kemarin-red) saya sengaja tidak masuk kantor karena melakukan doa bersama warga desa di meunasah. Kami berharap setelah perjanjian ini penderitaan rakyat Aceh bisa berakhir," katanya.(u/j)

To Indek: