: 00.30 Wib Rabu, 7 Juni
2000
TERTIB - Ratusan ibu-ibu kawasan Muara Dua yang mendatangi
Mapolres Aceh Utara, Senin (5/6) lalu, tampak tertib berdiri luar pagar. Mereka
ke Mapolres menuntut penglepasan seorang warga desa, Syarifuddin (27), yang
ditangkap aparat pada saat melakukan pengejaran pelaku 'penyanggongan' TNI,
Minggu (4/6) malam.
Bendera
GAM Berkibar di Mana-mana Bendera
Aceh Merdeka kembali berkibar di beberapa tempat di Aceh Utara dan Bireuen,
Selasa (6/6). Sebanyak 31 helai bendera yang sempat berkibar di 16 lokasi di
Aceh Utara kemudian disita aparat secara marathon. Bahkan di salah satu lokasi
ditemukan bom molotov yang dipasang pada tiang bendera.
AS
Bantu Rakyat Aceh Rp 24,6 M Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memberikan bantuan kemanusiaan
kepada rakyat Aceh sebesar 3 juta dolar AS atau sekitar Rp 24,6 milyar untuk
peningkatan kualitas kesehatan wanita dan anak- anak.
Dua
Bersaudara Ditangkap, Satu Tewas Dua bersaudara kandung yang diduga terlibat penembakan anggota Koramil
Samalanga, Sertu Saifuddin, tiga bulan lalu, hari Senin (5/6), ditangkap
gabungan aparat keamanan di Desa Tambue, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen.
Satu di antaranya yang tertembak dalam proses penangkapan, Selasa (6/6)
dinihari, meninggal di RS Kesrem Lhokseumawe.
Polisi
Malaysia: Kasus Teuku Don Bermotif Politik
Sudah
9 Hari Diculik Serda M Yusuf Belum Dilepas
Dari
Seminar PMI-ICRC; Bantuan Kemanusiaan Harus Transparan
Jangan
Eksploitasi Aceh untuk Pribadi
Ilyas
dan Zulkifli Masih Misterius
300-an
Pengungsi Aceh Telantar di Langkat
Keterlibatan
Aparat Teknis Makin Kuat
Pemukiman
Eksklusif Timbulkan Kecemburuan
YATA
Minta Harga Gabah Ditingkatkan
Tender
KA Diikuti 13 Kontraktor
14
HPH Tutup, Ribuan Pekerja Menganggur
To Indek:
Bendera GAM Berkibar di Mana-mana
Serambi-Lhokseumawe
Bendera Aceh Merdeka kembali berkibar di
beberapa tempat di Aceh Utara dan Bireuen, Selasa (6/6). Sebanyak 31 helai
bendera yang sempat berkibar di 16 lokasi di Aceh Utara kemudian disita aparat
secara marathon. Bahkan di salah satu lokasi ditemukan bom molotov yang dipasang
pada tiang bendera.
Menurut laporan masyarakat, bendera dengan latar merah bergambar bulan
bintang itu terlihat di sebatan pohon di kawasan Geureugok Kecamatan Gandapura,
Bireuen. "Bendera itu diikat di atas sebatang pohon dengan ketinggian 30 meter,"
ungkap seorang warga kepada Serambi, kemarin pagi.
"Kami jadi serba salah. Kami khawatir aparat
mengira bendera itu kami yang kibarkan. Kalau diturunkan, nanti ada pihak lain
yang marah," kata seorang warga.
Bendera bulan bintang juga terlihat di
Simpang Malikussaleh, Bungkah Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Di kawasan itu,
Senin (5/6) juga pernah dikibarkan dan sudah diturunkan pasukan Brimob yang
diikat di tiang tower listrik. Sedangkan Selasa kemarin, bendera dipasang pada
tiang listrik di pinggir Jalan Medan - Banda Aceh. Namun sejauh ini belum
diketahui apakah bendera tersebut sudah diturunkan.
Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei
Aksal yang didampingi Perwira Penghubung Penerangan Kapten Pol Drs AM Kamal,
mengungkapkan sebuah bom molotov ditemukan di Desa Glung Kecamatan Syamtalira
Baru, ketika aparat menertibkan kibaran bendera GAM di tujuh kecamatan di Aceh
Utara.
Ke-31 bendera
GAM tersebut masing 10 lembar disita di Kecamatan Syamtalira Aron, empat lembar
di Kecamatan Samudera, empat lembar di Blang Mangat, delapan lembar di
Syamtalira Bayu, tiga di Tanah Jambo Aye, selembar di Muara Batu, dan selembar
di Banda Sakti.
Warga
juga melihat bendera bulan bintang di sejumlah lembaga pendidikan di pedalaman
kecamatan Tanah Luas dan Kecamatan Baktiya. "Para guru dan siswa tidak berani
menurunkan. Takut bermasalah dengan yang menaikkan," kata seorang tokoh
masyarakat di Baktiya.
Galon ditembak
Setelah sekian lama kawasan perkotaan steril dari letusan senjata, pukul
20.15 WIB tadi malam masyarakat Meunasah Masjid Cunda, Kecamatan Muara Dua, Aceh
Utara kembali dikejutkan dengan dua kali dentuman senjata api. Menurut Kapolres,
tembakan itu dilepaskan dua pemuda bersepeda motor ke arah galon pengisian bahan
bakar bensin milik TNI yang berlokasi sekitar 40 meter dari Mapolres setempat.
"Tapi tidak ada korban jiwa atau bangunan rusak. Kedua tembakan itu hanya
mengenai pagar tembok," sebut Kapolres Syafei Aksal.
Kandaraan Dinas Diambil
Sementara itu, aksi pengambilan
kendaraan dinas milik Pemda Aceh Besar baik roda empat maupun roda dua oleh
orang tak dikenal dalam beberapa pekan terakhir ini masih terus
berlangsung.
Bahkan
mobil dinas Sekdakab Aceh Besar jenis sedan Senin kemarin juga ikut diambil
dengan alasan untuk dipinjam beberapa hari. Peristiwa yang terjadi di tempat
kedaiman Sekda di Banda Aceh itu telah merebak ke luar menjadi pembicaraan,
walaupun Sekda Drs H Baswedan Yunus SH tak memberitahukan peristiwa itu. Sebab,
yang mengambil kendaraan tersebut berjanji akan mengembalikannya.
Kendaraan jenis sedan yang
pengadaannya baru sekitar setahun selama ini tiap hari digunakan Sekda untuk
melaksanakan tugas. Sedangkan sejumlah kendaran dinas yang dipinjamkan
sebelumnya juga belum dikembalikan. Para pejabat yang bertugas di kota Jantho
pada umumnya tidak menetap, mereka tiap hari dinas bolak balik Banda Aceh
Jantho.
Keterangan
yang dihimpun Serambi dari pejabat resmi menyebutkan kendaraan roda empat milik
Pemda Aceh Besar yang telah diambil sekitar tujuh unit. Sedangkan kendaran roda
dua mencapai ratusan unit. Kendaraan tersebut selama ini kebanyakan dipakai oleh
petugas lapangan seperti tenaga penyuluh. "Akibat tak punya kendaraan dinas para
petugas lapangan dalam melaksanakan tugas mulai menghadapi kendala untuk turun
ke desa, kata seorang pejabat. Sementara itu sejumlah cap stempel Kades
dibeberapa kecamatan juga telah diambil. (j/u/ham/ib/gus)
To Indek:
AS Bantu Rakyat Aceh Rp 24,6
M
Serambi-Banda
Aceh
Pemerintah
Amerika Serikat (AS) akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Aceh
sebesar 3 juta dolar AS atau sekitar Rp 24,6 milyar untuk peningkatan kualitas
kesehatan wanita dan anak- anak.
Kedubes AS di Jakarta dalam suatu press
release yang diterima Serambi di Banda Aceh, kemarin menyebutkan, bantuan yang
akan dicairkan selama tiga tahun itu disalurkan melalui US Agency for
International Development (USAID), Save the Children dan LSM-LSM
Indonesia.
Sementara
itu Deplu AS dalam pengumuman publiknya, Senin, menyatakan, pemerintah AS
meminta kepada warganya yang bekerja dan menetap di Aceh agar meninggalkan
propinsi yang tak kunjung reda didera konflik ini.
"Ini karena perusahaan-perusahaan AS makin
sering menjadi sasaran kekerasan di Aceh," tulis Deplu AS dalam pengumuman
publik seperti dikutip Antara, Selasa.
Paket bantuan pemerintah AS buat rakyat Aceh
menyusul komitmen Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright saat bertemu Menlu
Alwi Shihab di Washington 15 Mei lalu. Albright berjanji untuk memberikan
bantuan sehubungan tercapai kesepakatan Jeda Kemanusiaan di Aceh antara
pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kesepakatan itu ditandatangani wakil tetap
Indonesia di PBB Jenewa yang juga Dubes Indonesia untuk Swiss, Hassan Wirajuda
dan Zaini Abdullah dari GAM, pada 12 Mei.
Jeda Kemanusiaan selama tiga bulan yang mulai
efektif 2 Juni lalu bertujuan mengurangi ketegangan dan menghentikan kekerasan
di Aceh.
Disebutkan
Save the Children, yang telah sukses di Indonesia dan penjuru dunia lainnya
terhadap pemberdayaan anak-anak, memfokuskan kerja mereka pada masalah kebutuhan
kesehatan wanita dan anak-anak yang kembali ke masyarakat akibat kekerasan di
Aceh. "Proyek ini adalah suatu bentuk komitmen jangka panjang (dari AS) untuk
merespon kebutuhan masyarakat (Aceh) akibat tindak kekerasan" yang terjadi
karena konflik bersenjata, demikian pernyataan tersebut.
Tujuan utama program bantuan antara lain
adalah merevitalisasi infrastruktur kesehatan masyarakat dan mendukung
kepedulian kesehatan primer, membantu memulihkan psikologi, kebutuhan sosial dan
pendidikan anak-anak serta remaja. "Juga akan dibantu wanita- wanita yang
mengalami trauma mendalam, para janda atau mereka yang menjadi korban tindak
kekerasan dan pelecehan," tambah pernyataan itu.
Perjanjian bantuan AS untuk Aceh akan segera
ditandatangani di Jakarta antara pemerintah AS dan Indonesia. Aktivitas untuk
menjalankan program melibat LSM Indonesia melalui konsultasi dengan Kementerian
Kesehatan. Disebutkan bahwa baik USAID maupun Save the Children sudah sejak lama
menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia, pihak berwenang di Aceh dan LSM
lokal.
Aspirasi
kemerdekaan
Pengumuman Deplu AS menyebutkan bahwa perubahan politik telah mendorong
munculnya aspirasi kemerdekaan di Aceh dan Papua. "Insiden kekerasan terus
terjadi di Aceh dan warga AS diminta dengan sangat untuk tidak mengunjungi
provinsi itu. Bagi warga AS yang menetap di Aceh harus mempertimbangkan diri
untuk meninggalkan daerah itu," tulis pengumuman publik itu.
Di Papua, diakui bahwa kekerasan
lebih jarang terjadi. Pemerintah Indonesia telah membatasi kunjungan pejabat
pemerintah AS dan negara lainnya ke propinsi Aceh, Papua dan Maluku. "Masalah
keamanan menjadi alasan larangan berkunjung ini. Warga AS harus mempertimbangkan
hal ini kalau merencanakan untuk datang ke wilayah itu," tulis pernyataan itu
lagi.
Pemerintah AS
juga meminta warganya untuk berhati-hati jika ingin bepergian ke Timor Timur dan
Timor Barat yang dianggap cukup berbahaya. "Meski stabilitas umumnya telah pulih
kembali di wilayah itu, kejahatan dan kekacauan masih menjadi masalah utama.
Warga AS diminta sangat waspada di Timtim dan menghindari wilayah perbatasan
Timor Timur dan Timor Barat," demikian Washington mengingatkan
warganya.
Serambi
yang melakukan pemantauan di Lhokseumawe, kemarin, tidak melihat adanya
keresahan di wajah sekitar 30 tenaga ahli berkebangsaan AS di Mobil Oil
Indonesia (MOI) Inc dan PT Arun NGL Co.
Menurut keterangan, saat ini ada 30 warga
negara asing yang menetap dan bekerja sebagai tenaga ahli di Lhokseumawe.
Sekitar 20 orang di antaranya di MOI dan sisanya di PT Arun. Sumber-sumber
Serambi di kedua perusahaan itu mengakui pihak manajemen dan karyawan asing
telah mendengar informasi tersebut.
Namun, sejauh ini tidak ada pemberitahuan
resmi dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. "Kita sudah mendapat informasi
tersebut. Tapi, secara resmi dari pihak AS belum," jelas sumber Serambi di
MOI.
Seluruh warga AS
yang bekerja sebagai tenaga ahli di MOI dan PT Arun sampai kemarin masih bekerja
sebagaimana biasa.(nuh/ham)
To Indek:
Dua Bersaudara Ditangkap, Satu
Tewas
Serambi-Lhokseumawe
Dua bersaudara kandung yang diduga
terlibat penembakan anggota Koramil Samalanga, Sertu Saifuddin, tiga bulan lalu,
hari Senin (5/6), ditangkap gabungan aparat keamanan di Desa Tambue, Kecamatan
Samalanga, Kabupaten Bireuen. Satu di antaranya yang tertembak dalam proses
penangkapan, Selasa (6/6) dinihari, meninggal di RS Kesrem
Lhokseumawe.
Menurut
keterangan, abang beradik itu, MA (30) dan SA (35), tertangkap setelah Sertu
Saifuddin sebagai korban melihat orang yang menembaknya saat bersama-sama
pasukan aparat keamanan mengantar logistik kebutuhan pasukan ke
Makoramil-makoramil, hari Senin.
Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei
Aksal yang didampingi Perwira Penghubung Penerangan, Kapten Pol Drs AM Kamal,
ketika dikonfirmasi Serambi kemarin menjelaskan, saat bersama-sama rombongan
pasukan, Sertu Saifuddin melihat MA sedang duduk di sebuah rental VCD di Desa
Tambo. "Ia spontan memberitahukan teman- temannya, 'dia yang menembak saya
dulu'. Sehingga aparat menangkap MA untuk dimintai keterangan,"
katanya.
Ditambahkan
Kapolres, dalam perjalanan pulang ke Lhokseumawe sehabis mengantar beras ke
Koramil-koramil, Sertu Saifuddin kembali melihat seseorang yang sedang berusaha
keras melihat ke dalam truk pasukan. Kembali ia menjerit memberitahukan
koleganya, "Ia juga pelaku penembakan saya."
Mendapat informasi itu, truk pasukan langsung
berhenti. Sementara orang yang kemudian diketahui adalah abang kandung MA,
langsung lari sehingga dikejar aparat. "Karena tidak mengindahkan perintah
menyerahkan diri akhirnya dilumpuhkan dan dia dievakuasi ke RS Kesrem
Lhokseumawe. Selasa dinihari sekitar pukul 01.30 WIB, SA meninggal dunia.
Jenazah korban, pagi kemarin diambil keluarganya," sebut kapolres.
Sementara MA, sampai petang kemarin
masih diamankan di Makodim Aceh Utara untuk dimintai keterangan. "Insya Allah,
hari ini MA akan diserahkan ke Mapolres untuk proses hukum lebih lanjut," jelas
kapolres.
Menurut
Kapolres Syafei, selain diduga terlibat penembakan anggota Koramil Samalanga, SA
dan MA terlibat serangkaian tindak kriminal lainnya. Di antaranya, kapolres
menyebutkan, penyanggongan pasukan aparat keamanan di lintasan Batee Geulungku
dan penembakan dua anggota Makodim Aceh Timur, Serma Safwan dan Zulkifli
Hasballah, di kawasan sama.
Disebutkan, sebelum tertangkap MA aktif sebagai intel GBPK. Sementara
abangnya, SA, dituding terlibat serangkaian pemerasan di wilayah barat kabupaten
Bireuen. Belum ada penjelasan pihak lain atas klaim aparat keamanan itu.
(tim)
To Indek:
Polisi Malaysia: Kasus Teuku Don Bermotif
Politik
Serambi-Kuala
Lumpur
Polisi
Diraja Malaysia yakin bahwa motif politik merupakan penyebab utama pembunuhan
Sekretaris Jenderal Majelis Pemerintahan Gerakan Aceh Merdeka (Sekjen MP-GAM)
Teuku Don Zulfahri, kata seorang pejabat senior polisi negeri jiran itu,
kemarin.
Sejauh
penyelidikan yang dilakukan (pihak kepolisian), kita percaya bahwa kasus itu
sangat besar kemungkinannya bermuatan politik," ujar Inspektur Jenderal Polisi
Norian Mai, seperti dikutip kantor berita resmi Malaysia, Bernama.
Sebelumnya, polisi menyebutkan
pihaknya menangani pembunuhan yang terjadi saat Teuku Don sedang makan bersama
tiga temannya di sebuah restoran kawasan Ampang, Kuala Lumpur pada Kamis lalu
sebagai kasus kriminal biasa. Norian mengelak untuk berkomentar lebih jauh
tentang motif politik sambil menyatakan, polisi belum menangkap seorang pun
dalam kasus itu.
Dikatakannya, polisi masih terus melakukan penyelidikan sehubungan
dengan kasus pembunuhan Teuku Don dan bila diperlukan akan meminta bantuan dari
polisi Indonesia. Ditanya kalau Teuku Don terlibat penyeludupan senjata ke Aceh
melalui Malaysia, Norian mengatakan, "polisi sedang
menyelidikinya."
Tahun lalu, Menteri Dalam Negeri Surjadi Soedirdja menuding Malaysia
sebagai basis GAM menyuplai senjata ke Aceh sehubungan ada penemuan sejumlah
senjata di Batu Caves oleh polisi setempat. Tapi, pemerintah Kuala Lumpur
membantah tuduhan itu. Wakil Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi
menegaskan Malaysia tak berhasrat mencampuri urusan dalam negeri
Indonesia.
Untuk
mengungkap 'misteri' pembunuhan Sekjen MP-GAM yang berusia 40 tahun itu, polisi
Malaysia telah menawarkan hadiah 5.000 ringgit (lebih Rp 15 juta) kepada mereka
yang memiliki informasi menyangkut kasus itu. Polisi juga meminta ketiga pria
yang makan bersama Teuku Don agar segera melapor.
Pejabat Polisi Selangor SAC II Mangsor Ismail
menyatakan, siapa saja yang melihat kejadian dan mereka kenal yang dengan ketiga
lelaki yang duduk dengan Teuku Don saat korban ditembak agar bisa membantu
polisi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
"Tiga lelaki yang duduk semeja dengan korban
melarikan diri selepas kejadian. Identitas dan apakah mereka warga Malaysia
ataupun Indonesia belum dapat dipastikan," katanya kepada para wartawan, seperti
dikutip kantor berita Bernama, Senin (5/6).
"Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang
melihat kejadian, penembak menggunakan senjata jenis revolver dan berbadan
tegap. Lelaki itu segera melarikan diri melalui pintu belakang (restoran) dan
menaiki sebuah mobil jenis Honda Civic berwarna biru setelah mengeksekusi Teuku
Don," jelas Ismail.
Polisi Malaysia sudah meminta keterangan dari istri Teuku Don, Putri Mei
Abdullah, yang merupakan warga negara Malaysia. "Kita telah meminta keterangan
istri korban dan polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk membongkar
kasus ini," katanya.
PM Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan prihatin terhadap kasus
penembakan Teuku Don dan berjanji untuk menyelidiki keberadaan pembunuh bayaran
di negaranya. "Kita mengutuk penggunaan pembunuh bayaran untuk mengeksekusi
lawan-lawan politiknya terjadi di Malaysia," ujar Mahathir.
Sedangkan, Badawi yang juga
menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan membawahi kepolisian di Malaysia
menyatakan pihaknya terus menyelidiki kasus itu guna membongkar kasus pembunuhan
Teuku Don. Menurutnya, kasus itu terus diselidiki tanpa melihat siapa korban.
"Ini kasus serius dan terjadi di negara kita. Kita tak dapat membiarkan begitu
saja," tegasnya.
Menurut saksi mata, Teuku Don --yang di Malaysia dikenal dengan nama
Habib Adam-- ditembak oleh seorang pria yang memakai helm. Setelah mengeksekusi
korban dengan dua kali tembakan di kepala dan tangan kiri, penembak langsung
kabur melalui pintu belakang Restoran Al-Hayath di Jalan 6/6 Pandan Perdana,
Kuala Lumpur. (afp/bernama/nuh)
To Indek:
Sudah 9 Hari Diculik Serda M Yusuf Belum
Dilepas
Serambi-Langsa
Serda M Yusuf (35), anggota Koramil
Karang Baru, Aceh Timur, yang diculik kelompok bersenjata tak dikenal, sembilan
hari lalu, hingga Selasa (6/6) kemarin tak kunjung dilepas, bahkan jejak korban
belum berhasil dilacak.
M Yusuf diculik saat mengantar undangan kenduri sunat rasul (khitan)
anaknya ke Alur Nonang, Telaga Muku, Kecamatan Bendahara, Senin lalu. Kini,
kenduri sunat rasul itu batal, dan istri serta ketiga anaknya menunggu kabar M
Yusuf dengan hati gelisah.
Dandim 0104 Aceh Timur melalui Danramil Karang Baru, Kapten Inf Urip
Arifin, menjawab Serambi, Selasa (6/6), mengatakan pihaknya terus berupaya
melakukan pencarian jejak M Yusuf. Termasuk mengerahkan pasukan dari Kodim.
"Saudara M Yusuf yang bisa masuk-masuk kampung juga pernah diajak ikut mencari,
tapi belum berhasil," ujar Urip.
Diceritakan, pada hari kejadian, Senin
(29/5), siangnya M Yusuf sibuk mengantar undangan sunat rasul ke Kuala Simpang
dan sekitarnya. Rencananya, kenduri akan diadakan Sabtu (3/6). Ia juga
mengundang rekan-rekannya di Koramil Karang Baru, tak terkecuali Danramil Urip
Arifin. "Dia (M Yusuf -Red) bilang, saya harus datang. Berkali-kali dia
meyakinkan saya. Karena itu kenduri sunat rasul anak laki satu-satunya dia,"
kenang Urip.
Kepada
rekan-rekannya di Koramil, M Yusuf melontarkan rencananya hendak mengantar
undangan untuk beberapa saudaranya di Telaga Muku, kecamatan Bendahara. Waktu
itu, anggota-anggota Koramil tersebut sempat mengingatkan, supaya Ia tidak ke
sana. Karena kawasan Telaga Muku itu dianggap rawan.
Namun, M Yusuf ngotot ingin pergi. Ia tidak
takut karena merasa tidak berbuat salah. "Saya nggak takut. Di sana itu
saudara-saudara saya semua," ujar laki-laki asal Pidie, yang beristrikan
perempuan Aceh yang tinggal di Opak. Saudara-saudara istrinya banyak yang
tinggal di Karang Baru, Bendahara, dan sekitarnya. Selain itu, alasannya, ia
merasa tidak enak menitip-nitip undangan pada orang lain.
Sore hari, sekitar pukul 17.00 Wib,
M Yusuf berangkat mengendarai sepeda motor ditemani A Rahman (65), juga warga
Opak. Menurut keterangan A Rahman, dalam perjalanan ke Telaga Muku, sekitar tiga
kilometer dari Koramil Bendahara, Sungai Yu, mereka berpapasan dengan seseorang
bersepeda motor. M Yusuf yang mengenakan baju biasa (tidak pakai seragam, dan
tidak bersenjata) sempat mengangkat tangan serta menyapa dalam bahasa
Aceh.
Tak lama
kemudian, tiba-tiba mereka dibuntuti oleh dua sepeda motor yang dikendarai empat
orang. Tiba di kawasan yang agak sepi, jauh dari pemukiman penduduk, kawanan itu
menyuruh M Yusuf berhenti. Ia menghentikan sepeda motornya. Ternyata di tempat
itu telah menunggu dua orang lainnya yang diduga anggota kelompok tersebut.
Salah seorang membuka jaket, seolah memperlihatkan senjata laras
panjangnya.
Melihat
gelagat mencurigakan, M Yusuf sempat mencoba lari masuk ke arah hutan belukar.
Dikejar oleh beberapa orang, korban terjatuh. Kemudian ia dipukuli kawanan
bersenjata tersebut. M Yusuf tak mampu melawan mereka dengan tangan kosong. "Bek
neupoh lon. Lon ureung hino syit," kata M Yusuf (seperti dikutip A Rahman),
ketika meminta agar korban jangan dipukuli. Menurut A Rahman, pembicaraan
kelompok itu dengan korban berlangsung dalam bahasa Aceh.
Korban diikat tangannya, lalu
dinaikkan ke atas sepeda motor, selanjutnya dibawa ke arah Telaga Muku. Setelah
kawanan itu pergi, A Rahman yang ditinggal sendirian, langsung pulang dan
menceritakan kejadian tersebut ke Koramil Karang Baru. Sayangnya, tak satu pun
anggota kelompok penculik tersebut yang dikenalnya.(non)
To Indek:
Dari Seminar PMI-ICRC; Bantuan Kemanusiaan
Harus Transparan
Serambi-Banda Aceh
Mekanisme penyaluran bantuan
kemanusiaan harus transparan. Masyarakat yang membutuhkan harus terdata sehingga
bantuan terfokus dan tepat sasaran. LSM yang dilibatkan dalam penyaluran harus
diyakini keberadaannya.
Penegasan itu disampaikan Asisten II Setwilda Aceh, Ir Abdullah Yahya
MS, pada pembukaan seminar Bantuan Kemanusiaan yang diselenggarakan Palang Merah
Indonesia (PMI) Aceh bekerjasama dengan Internasional Committe Of The Red Cross
(ICRC) di Hotel Cakra Donya, Selasa kemarin.
Acara pembukaan seminra turut dihadiri
pengurus PMI Aceh Drs H Sanusi Maha, Pengurus PMI Pusat Ian D Sukandar, Kepala
Komite Internasional Palang Merah Aceh Armen Gruber, dan Pembantu Rektor II
Unsyiah Drs Fakhrurrazi MBA.
Di hadapan unsur pengurus PMI Aceh dan ICRC, lebih lanjut Abdullah Yahya
mengatakan, seminar ini merupakan ajang paling strategis untuk memikirkan atau
mencari jalan sekaligus mekanisme penyaluran bantuan kemanusiaan untuk
masyarakat. "Semua pihak sangat berharap agar bantuan dari berbagai sumber itu
tepat sasaran. Selain itu mekanisme penyaluran perlu dikaji agar tidak terjadi
penyimpangan- penyimpangan," kata Asisten II Setwilda Aceh.
Abdullah mengingatkan, kalaupun
dalam setiap penyaluran bantuan melibatkan LSM maka terlebih dahulu harus juga
dilakukan pengkajian dan diyakini LSM bersangkutan sangat kredibel dan
terpercaya untuk mendistribusikan bantuan.
Kepala ICRC Aceh, Armen Gruber menyambut baik
pelaksanaan seminar kemanusiaan ini. Saat ditanya wartawan mengenai peran ICRC
dalam penyaluran bantuan kemanusiaan, Armen mengatakan pihaknya bekerjasama
dengan PMI telah melakukan berbagai upaya untuk masyarakat yang terkena imbas
kekerasan.
Ditanya
mengenai bantuan apa saja yang telah disalurkan ICRC, Armen menjelaskan,
pihaknya bekersama dengan PMI telah melakukan berbagai upaya untuk pengungsi
terutama bantuan sanitasi, air, obat-obatan, dan makanan.
Menyangkut peran ICRC menyikapi
bantuan kemanusiaan sebagaimana kesepakatan JoU, Armen menyebutkan, perlu
dilakukan analisa dan koordinasi terlebih dahulu. Sebab, dalam Jeda Kemanusiaan
ini bantuan kemanusiaan kemungkinan banyak datangnya dari organisasi- organisasi
luar negeri. Koordinasi ini penting supaya tidak tumpang tindih di lapangan.
"Informasi tentang bantuan apa yang paling dibutuhkan masyarakat sangat
diharapkan," kata Armen.
Sedangkan ketua panitia pelaksana seminar, Drs H Sanusi Maha
menjelaskan, seminar berlangsung dua hari. Input yang ingin dicari dalam seminar
ini adalah bagaimana mekanisme penyaluran bantuan kemanusiaan sampai pada
sasaran. Peserta seminar mencapai 70 orang dari unsur PMI Banda Aceh, daerah,
Bapedalda, Satkorlak, dan LSM- LSM lokal.(y)
"Jangan Eksploitasi Aceh untuk
Pribadi"
* Mulai Ada Manusia
Serigala
Serambi-Lhokseumawe
Kalangan lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan mahasiswa mengimbau berbagai pihak agar tidak menjadikan masalah
sebagai komoditi untuk mencari keuntungan pribadi. Eksploitasi penderitaan Aceh
dianggap bisa memicu masalah baru. Karena itu, setiap penyaluran bantuan
kemanusiaan agar diberikan secara transparan untuk menghilangkan kecurigaan
berbagai pihak.
Sinyalemen adanya penjualan isu Aceh oleh beberapa pihak, termasuk LSM
dan mahasiswa, sebenarnya sudah lama berkembang di tengah masyarakat. Namun,
dalam beberapa pekan terakhir, isu itu kian mencuat menyusul terkuaknya dana
hibah Raja Brunei kepada rakyat Aceh (Serambi, 6/6).
Koordinator Presidium Majelis Aceh Pase
(MAP), Yusuf Ismail Pase SH, menyatakan ada indikasi penggelapan dalam
penyaluran bantuan tersebut karena sejak semula tidak diumumkan secara terbuka
kepada publik. "Kalau memang mereka mempunyai itikad baik, sejak semula sudah
diumumkan kepada masyarakat. Jangan setelah diberitakan koran, baru memberi
klarifikasi," ujar Yusuf kepada Serambi, Selasa (7/6).
Ia mensinyalir banyak calo-calo persoalan
Aceh yang hanya menjual Aceh untuk keuntungan pribadi dan kelompok. "Mereka
hanya mengeksploitasi kasus Aceh untuk mencari simpati pihak lain dan kemudian
dipercayakan mengelola bantuan," kata Yusuf. Menurutnya, anggota DPRD Aceh juga
ikut terlibat dalam penyaluran bantuan dari Brunei untuk Aceh.
Yusuf mengaku sudah menghubungi
beberapa ulama yang pernah diajak ke Jakarta oleh beberapa tokoh di Banda Aceh.
Salah seorang ulama dayah di Aceh Utara, katanya, pernah menanyakan langsung
sumber dana perjalanan mereka ke Jakarta. "Anggota dewan itu bilang dari
Presiden Gus Dur," kata Yusuf tanpa menyebutkan nama anggota DPRD
tersebut.
Sementara
Direktur Eksekutif LSM Birata Lhokseumawe TS Sani yang ditemui di tempat
terpisah, sangat menyesalkan sikap tertutup Afdal Yasin dalam masalah bantuan
Raja Brunei. "Kita harapkan mereka yang terkait dengan penyaluran bantuan itu
segera memberikan keterangan yang jujur agar tidak menimbulkan kecurigaan
masyarakat," katanya.
Dalam mekanisme penyaluran sebuah bantuan kemanusiaan, menurut TS Sani,
harus dibuat secara transparan mulai dari bentuk bantuan, jumlah, waktu
penyaluran dan pelaksananya, jenis program, serta lokasi penyerahan bantuan.
"Tindakan penggelapan bantuan tidak saja mencemarkan nama baik pelakunya, tapi
juga LSM di Aceh dan masyarakat Aceh secara keseluruhan. Seharusnya mereka ingat
dosa sebelum melakukan itu," katanya.
Begitupun, TS Sani sangat memaklumi bila ada
sebagian kecil dari bantuan diperuntukkan bagi relawan di lapangan dan para
pengelola. "Tapi jangan sampai jumlah uang jasa yang diambil pengelola lebih
banyak dibanding bantuan yang disalurkan kepada yang berhak menerima,"
ingatnya.
Tokoh
mahasiswa Aceh Utara, M Rizwan Ali, mempertanyakan nurani dan motivasi para
pengelola bantuan kemanusiaan di Aceh. "Kita patut prihatin dengan kondisi ini.
Pasalnya teori homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya,
yang dikenal di abad pertengahan, kini terjadi di alam yang diklaim penuh
peradaban," paparnya.
"Jeda kemanusiaan yang disepakati pihak yang bertikai akan disusul oleh
bantuan kemanusiaan besar-besaran dari luar negeri untuk rakyat Aceh. Berita ini
tentu saja melahirkan semangat baru bagi rakyat Aceh untuk keluar dari belenggu
konflik yang tak mengubah kehidupan mereka," tambah Rizwan.
Karena itu, ia mengharapkan semua
pihak bekerja dengan nurani untuk membantu rakyat terlepas dari semua
penderitaan. "Sebab, ketika kita berbicara tentang kemanusiaan maka kita
berbicara tentang kesukarelaan kita untuk sungguh-sungguh bekerja untuk
kemanusiaan tanpa pamrih. Karena itu berita penjualan isu Aceh sungguh membuat
kita sedih," katanya.
Soal bantuan kemanusiaan bagi rakyat juga mengundang komentar GAM. Staf
Biro Penerangan Wilayah Pase, Abu Sabar, mengingatkan agar bantuan tersebut
segera disalurkan kepada rakyat yang sedang menderita. "Kalau tidak, GAM akan
mengambil tindakan dengan cara sendiri," katanya. (j)
To Indek:
Ilyas dan Zulkifli Masih
Misterius
*Nasib Abubakar belum
Jelas
Serambi-Lhokseumawe
Nasib Ilyas Hasbi (27) penduduk
Ujong Blang Kecamatan Banda Sakti, Kotif Lhokseumawe dan Zulkifli Syamsyah (50)
penduduk Ulee Jalan kecamatan sama, sampai siang kemarin masih misterius. Mereka
menghilang bersama satu unit sepeda motor milik Ilyas, Rabu malam (31/5),
sekitar pukul 21.00 WIB ketika melihat lembu yang akan dipotong di Ujong Blang.
Sementara mantan narapidana Abubakar juga belum diketahui
jejaknya.
Mahiddin
yang mengaku adik kandung Ilyas, kepada Serambi kemarin mengharapkan, semua
pihak untuk memberitahukan kepada keluarga nasib kedua orang itu. "Kami sangat
mendambakan mereka selamat dan pulang untuk bergabung dalam keluarganya
masing-masing seperti biasa," ujar Mahiddin.
Kalaupun korban sudah meninggal, pihak
keluarga memohon diberitahukan, sehingga dapat dipardhukifayahkan sebagaimana
orang muslim lainnya.
Ilyas yang berkereja hari-hari sebagai nelayan, ketika meninggalkan
rumah malam itu, tidak meninggalkan pesan apa-apa pada isteri dan
anak-anaknya.
Sebelumnya, menurut putra Zulkifli, Rabu malam itu, sekitar pukul 22.00
WIB, ayahnya sedang menonton TV di sebuah warung kopi. Tiba- tiba datang Ilyas
dengan sepeda motor dan mengajak Zulkifli pergi. "Katanya mau diajak melihat
lembu untuk dipotong di Ujong Blang," kata putra sulung Zulkifli, Fakri (25).
Menurut Fakri, ayahnya sehari-hari bekerja sebagai tukang potong
hewan.
Namun setelah
pergi dengan Ilyas ke Desa Ujong Blang yang masih termasuk desa tetangga Ulee
Jalan. pada malam itu Zulkifli tidak kembali lagi ke rumahnya. "Saya sudah
mendatangi rumah Ilyas di Ujong Blang. Tapi keluarganya bilang Ilyas juga
menghilang bersama sepeda motor yang digunakan untuk menjemput Bapak," kata
Fakri.
Fakri yang
mempunyai tiga adik lelaki dan satu adik perempuan, mengharapkan informasi dari
semua pihak yang mengetahui keberadaan ayahnya. Disebutkan, Zulkifli mempunyai
badan kekar dengan postur 165 cm. Korban berkulit sawo matang dan rambut lurus
pendek. "Saya memohon Bapak tidak diapa-apakan. Beliau tidak mempunyai kesalahan
apapun. Keberadaan Bapak bagi saya dan adik-adik yang masih dalam masa sekolah,
sangat berarti," katanya dengan nada sedih.
Nasip Abubakar
Abubakar bin Arifin (34), warga Desa Paya
Beurandang, Kecamatan Lhoksukon Aceh Utara, mantan narapidana yang medio
Desember 1999 lalu memperoleh amnesti Presiden RI dinyatakan hilang 24 April
lalu. Keluarga korban telah mencari ke berbagai pos aparat keamanan, namun
sampai sekarang belum diketahui di mana korban ditahan.
Keterangan diperoleh Serambi mengungkapkan,
Abubakar adalah satu di antara beberapa pelaku tindak kriminalitas perampokan
BCA beberapa tahun lalu dan dihukum hakim PN Lhokseumawe. Namun, pada 10
Desember 1999 lalu mendapat amnesti dari Presiden RI bersama 15 narapidana lain
di penjara Siborong-borong, Tapanuli Utara, Medan.
Melalui surat Keputusan Presiden Nomor 157
tahun 1999 yang ditandatangani Abdurrahman Wahid, dinyatakan Abubakar bin Arifin
dibebaskan dari kurungan. Korban mendapat amnesti bersama seorang tokoh GAM
Ishak Daud dan 13 orang lainnya dari dan luar Aceh.
Ayah kandung korban Tgk Arifin (65), kepada
Serambi Selasa (6/6) kemarin menjelaskan, putranya hilang 24 April lalu saat
menjenguk keluarganya di Lhoksukon.
Menurut Tgk Arifin dan isterinya Ny Nukisah
Insya (50) ketika bertemu dengan Serambi menjelaskan, korban baru sekitar empat
bulan menjalani masa bebas di Lhoksukon. Sementara ibu kandung korban Ny
Nukisah, mengaku sejak anaknya menghilang tak dapat tenang jiwanya, malah sering
tidak makan, sehingga membuat tubuhnya semakin kurus kering. Ia berharap aparat
keamanan atau siapa saja yang menahan anaknya itu dapat membebaskan dan kalau ia
memang bersalah mohon dipertemukan.(tim)
To Indek:
300-an Pengungsi Aceh Telantar di
Langkat
Serambi-Langsa
Lebih 300 pengungsi dari kecamatan
Ranto Peureulak, Aceh Timur, kini telantar dan sekarat bahan pangan di Tanjung
Putus, Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pemda Aceh Timur
maupun Pemda Langkat nyaris tak peduli.
Dilaporkan, seorang pengungsi, Mukhtadi (60),
penduduk Desa Mata Ie, Ranto Peureulak, telah meninggal dunia beberapa hari lalu
di tempat pengungsian. Sementara, bekas keuchiek Mata Ie, Salam (71), kini dalam
keadaan sakit parah dan tanpa pengobatan.
Kondisi memprihatinkan itu dilaporkan tiga
warga pengungsi yang khusus datang dari Langkat, kepada Camat Ranto Peureulak,
Drs Burhanuddin Saleh, Senin (5/6) siang. Para pelapor masing-masing Jumaris,
Maridin, dan Herman bahkan sampai menangis menceritakan pahitnya hidup dalam
pengungsian.
Dikatakan, warga Ranto Peureulak yang mengungsi ke Langkat, tanggal 13
Pebruari 2000, berjumlah 279 jiwa (62 KK) warga Desa Mata Ie, ditambah sekitar
50-an penduduk Desa Punti Payung, Paya Palas, dan Krueng Tuan. Mereka yang
mayoritas warga asal Jawa yang telah lama menetap di kecamatan itu, dan sebagian
orang Aceh itu terpaksa mengungsi karena merasa tidak aman, serta akibat ancaman
beberapa provokator. Bahkan, sebagian pengungsi yang berniat pindah/eksodus juga
membawa serta ternak dan harta benda lainnya.
Di Padang Tualang, Langkat, mereka menumpang
di perumahan Karang Sari milik perkebunan tebu setempat. Perumahan yang
berjumlah 360 pintu itu sebagian kebetulan masih kosong, dan boleh ditempati
pengungsi sementara.
"Selama tiga bulan ini kami hidup dengan mencari sisa-sisa tebu untuk
dijual. Ada yang menjadi buruh upahan. Apa saja dilakukan, pokoknya bisa makan,"
ungkap Jumaris. Hasil kerja serabutan itu memang tak dapat mencukupi kebutuhan
pokok mereka. Tak heran, uang dan barang berharga milik mereka nyaris habis
terjual di tempat pengungsian. Para pengungsi ini tak pernah mendapat bantuan
apa-apa dari pihak mana pun. "Belakangan ini terasa sekali, kami kesulitan
makan. Kalau sakit, tidak bisa beli obat," tambah Maridin.
Karena itu, ketika Pak Salam yang
pernah selama 35 tahun menjadi keuchiek Desa Mata Ie, sakit parah, para
pengungsi tak mampu berbuat banyak untuk mengobatinya. Sebagian anak-anak
pengungsi juga terpaksa drop-out, tapi sebagian lain masih bisa bersekolah di SD
setempat yang terdekat.
Kepada camat, mereka berharap diberi bantuan bahan pangan. Namun, untuk
pulang ke Ranto Peureulak, menurut mereka, para pengungsi masih mengkhawatirkan
keamanan.
Tidak Ada
Alamat
Camat Ranto
Peureulak, Drs Burhanuddin Saleh, yang ditanya Serambi, membenarkan tidak pernah
menyalurkan bantuan kepada para pengungsi. Tapi, menyangkal anggapan pihaknya
atau Pemda Aceh Timur tidak peduli pada mereka. "Bukan tidak digubris. Tapi,
waktu mengungsi mereka tidak memberitahu kemana. Kita tidak tahu alamat mereka.
Baru hari ini (Senin kemarin -Red) mereka melapor," jelasnya.
Diakuinya, tentang kepergian
ratusan warganya itu berangkat ke Sumatera Utara itu telah dilaporkan oleh
Kepala Desa Mata Ie. Namun, Kades tersebut tidak memberitahu alamat mereka.
"Kades itu juga melaporkan bahwa warganya sudah mengangkut semua barang, ternak,
malah ada yang sudah merusak rumah, karena hendak pindah/eksodus dan bekerja di
Sumut, tinggal tempat famili dan sebagainya. Tidak jelas alamat mereka," papar
Burhanuddin.
Begitupun, pihaknya berjanji akan segera menanggapi keluhan dan
keprihatinan warganya di tempat pengungsian itu. "Besok (hari ini -Red), saya
akan menghadap bupati. Bantuan apa yang perlu segera dikirim. Kalau mereka ingin
pulang, kita juga akan siapkan ongkos dan Jadup," tambah
Burhanuddin.
Sementara itu, Ketua LSM Pilar Bangsa perwakilan Ranto Peureulak, Muslim
AG SmHk, yang mendampingi pengungsi, kepada Serambi, berharap Pemda Aceh Timur
segera menanggulangi keprihatinan warga Ranto Peureulak di tempat pengungsian
tersebut. "Ini menyangkut rasa kemanusiaan. Mana tanggung jawab Pemda, bila
warganya sampai terlantar begitu?" sebut Muslim.(non)
To Indek:
Keterlibatan Aparat Teknis Makin
Kuat
Serambi-Tapaktuan
Dugaan keterlibatan aparat teknis
(Dinas Kehutanan dan Perkebunan) dalam kasus kejahatan yang dilakukan HPH PT
Asdal Unit Babahrot, Kuala Batee, Aceh Selatan, semakin mengkristal. Karena SK
Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Aceh tentang pengesahan RKT (rencana karya
tahunan) 1999/2000 tanggal 30 Agustus 1999 dinilai cacat hukum.
Surat keputusan Nomor:
211/KPTS/KWL-3/1999 yang diteken Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Aceh, Ir
Brotohadi Sumadhiyo MM memberi izin kepada PT Asdal melaksanakan kegiatan
pengusahaan hutan di areal kerja seluas 720 hektar sesuai RKT tahun 1999/2000.
Keputusan tersebut mengubah amar kedua dan ketiga keputusan Kankanwil Kehutanan
sebelumnya Nomor: 05/KPTS/KWL-3/1999 tanggal 14 Januari 1999.
Ketua DPRD Aceh Selatan, Ir
Mismaruddin Mahdi ketika dihubungi Serambi, Selasa (6/6) secara tegas
mengatakan, SK pengesahan RKT oleh Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Aceh
tanggal 30 Agustus 1999 merupakan keputusan yang cacat hukum. Karena keputusan
itu dikeluarkan tanpa rekomendasi dari Bupati Aceh Selatan tentang perpanjangan
izin konsesi HPH PT Asdal yang telah habis masa berlaku 18 Juni
1999.
Izin
operasional HPH PT Asdal dengan SK Mentri Kehutanan Nomor: 374/Kpts/Um/6/1979
tanggal 18 Juni 1979 dengan luas areal 50 ribu hektar berlokasi di Desa Pantee
Rakyat, Kecamatan Pembantu Babahrot, menurut Ketua DPRD, Ir Mismaruddin Mahdi
telah berakhir 18 Juni 1999. Sedangkan RKT tahun 1998/1999 berakhir tanggal 31
Maret 1999.
Bupati
Aceh Selatan --termasuk Gubernur Aceh-- tidak pernah mengeluarkan rekomendasi
perpanjangan izin konsesi. "Kami telah cek, bahwa Bupati tidak pernah
mengeluarkan rekomendasi perpanjangan izin PT Asdal," tegas Ir Mismaruddin
Mahdi. Bupati Aceh Selatan, menurut pimpinan dewan itu memang telah mengambil
sikap tegas tidak akan mengeluarkan rekom karena desakan kuat dari masyarakat
sekitar areal HPH PT Asdal yang sarat masalah itu.
Tuntutan masyarakat Kuala Batee agar Pemda
Aceh Selatan tidak merekom perpanjangan izin HPH yang beroperasi sejak tahun
1979 itu disampaikan melalui serangkaian aksi demontrasi, baik ke Kantor Bupati,
maupun ke gedung DPRD di Tapaktuan. Serangkaian aksi demo waktu itu selain
melibatkan tokoh masyarakat, termasuk mahasiswa dan aktivis LSM dari Banda
Aceh.
Hasilnya
pimpinan DPRD Aceh Selatan berulang kali minta Bupati Aceh Selatan tidak
mengeluarkan rekom perpanjang izin konsesi HPH PT Asdal. "Kami pastikan Bupati
Aceh Selatan tak pernah merekom," tegasnya. Pertimbangan lain, rekom tidak
dikeluarkan setelah Tim Penilai Kinerja HPH yang dibentuk Gubernur Aceh membuat
keputusan dimana salah satu HPH di Aceh yang tidak dapat diperpanjangan izin
adalah PT Asdal.
Karena setelah dilakukan peninjauan lapangan ternyata kenerja perusahaan
itu sangat buruk, seperti telah terjadi kerusakan lingkungan yang sangat
menyesengsarakan masyarakat sekitar. PT Asdal juga terbukti tidak melaksanakan
kewajiban, yaitu melakukan pembinaan masyarakat sekitar, terutama di tiga desa
(Pantee Rakyat, Ie Mirah dan Gunung Samarinda).
Tapi yang membuat kita tidak habis pikir,
tambah Ketua DPRD, Ir Mismaruddin Mahdi, meskipun konsesi PT Asdal tidak
diperpanjang, Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Aceh, Ir Brotohadi Sumadhiyo MM
berani mengesahkan RKT tahun 1999/2000 dengan masa berlaku 31 Maret
2000.
Ditanya
pengesahan RKT tersebut berdasarkan surat dispensasi dari Direktur Jenderal
Pengusahaan Hutan Produksi (Dirjen PH) Nomor: 1710/VI-PHH/1999 tanggal 277 Juli
1999, Ketua DPRD Mismaruddin Mahdi mengatakan apa dasar hukum dirjen
mengeluarkan dispensasi, tanpa rekom dari Pemda.
"Kita tidak perlu tahu dispensasi dari hantu
manapun. Sebagai wakil rakyat, kita tetap mengacu pada fakta riil di lapangan,
bahwa konsesi HPH PT Asdal tak dapat diperpanjang. Bila dispensasi benar ada,
maka dirjen akan kita tuntut," tegas Ir Mismaruddin Mahdi dengan
berapi-api.
Pimpinan
dewan yang berasal dari F-PPP itu menambahkan SK pengesahan RKT oleh Kakanwil
Kehutanan dan Perkebunan Aceh merupakan bukti kuat keterlibatan aparat teknis
dalam kasus penebangan liar yang dilakukan secara besar-besaran oleh cukong kayu
PT Asdal. "Ini budaya lama yang masih terus berlanjut,"tambahnya.
Bukan hanya itu, katanya Kakanwil
Kehutanan Aceh telah mengangkangi keputusan Gubernur Aceh pada bulan Desember
1999 lalu yang membekukan RKT PT Asdal. Keputusan itu diambil sebagaimana
dijelaskan Humas Pemda Aceh, Drs T Pribadi berdasarkan rekomendasi Tim Penilai
Kinerja HPH yang dibentuk Pemda yang meneliti pekerjaan HPH, terutama PT Asdal
di lapangan, serta masukan tokoh masyarakat, mahasiswa, dan aktivis LSM (baca
Serambi-2/6).
Kendati
Gubernur telah membekukan RKT yang telah dikeluarkan Kakanwil Kehutanan dan
Perkebunan Aceh --turut direkom Dinas Kehutanan Aceh--ternyata aksi penebangan
terus berlangsung di lapangan. Sementara instansi teknis, dalam hal ini Dinas
Kehutanan Dati I, maupun Dati II pura-pura tidak tahu.
Malahan, sekitar bulan April 2000 lalu, Mr
Kim (warga negara Korea) sebagai kontraktor PT Asdal) menurut keterangan
berhasil meloloskan tidak kurang 9.100 M3 kayu hasil tebangan liar ke luar
negeri melalui pelabuhan loding Desa Pulau Kayu, Kecamatan Susoh.
Seteleh menerima laporan bahwa PT
Asdal terus melakukan kegiatan penebangan, Gubernur Aceh kembali melayangkan
surat bertanggal 7 Maret 2000 kepada Dinas Kehutanan Aceh. Isinya memerintahkan
Dinas Kehutanan untuk membatalkan rekomendasi kegiatan RKT PT Asdal tahun
1999/2000.
Akan
tetapi perintah ini tetap merupakan angin lalu. Karena menurut imformasi yang
masuk ke lembaga DPRD Aceh Selatan, bahwa PT Asdal yang kini bermitra dengan PT
Mujur Timber dengan kontraktor Mr Kim masih melakukan kegiatan penebangan di
lokasi sampai akhir Mai 2000 lalu.
Bahkan Ketua DPRD Ir Mismaruddin Mahdi ketika
dihubungi, kemarin mengatakan, PT Asdal terus melakukan kegiatan penebangan kayu
baru. Pihaknya punya bukti kuat untuk itu. Sebuah tim yang terdiri dari beberapa
anggota dewan telah diutus ke lokasi, kemudian mendapati hamparan kayu bulat
yang masih baru yang jumlahnya lebih dari 30.000 M3.
Tim dewan yang diutus ke lokasi, juga telah
membawa pulang contoh kayu bulat yang masih bergetah. "Contoh kayu bergetah itu,
termasuk foto sudah ada sama kita," kata Mismaruddin. Diduga masih ada sejumlah
tumpukan kayu bulat di lokasi, tapi sulit dijangkau.
Dalam hal ini, pimpinan dewan kembali
mendesak Pemda dan aparat berwajib segera menyegel kayu bulat hasil kejahatan
yang dilakukan PT Asdal. Bukan hanya itu, aparat berwajib diminta segera menyita
alat berat milik PT Asdal sebagai barang bukti pengusutan. "Kayu bulat yang
mencapai puluhan ribu kubik merupakan milik negara yang harus diamankan,"
tegasnya.
Meskipun
pimpinan dewan telah berulang kali minta aparat berwajib segera melakukan
penyitaan kayu bulat yang kini masih menumpuk di lokasi, tapi aparat berwajib
sampai, Selasa (6/6) kemarin belum mengambil tindakan. Padahal Gubernur Aceh
melalui Humas Pemda, Drs T Pribadi telah minta penegak hukum, serta Muspida Aceh
Selatan segera mengusut dugaan kejahatan yang dilakukan oleh PT Asdal, termasuk
aparat yang munkin terlibat di dalamnya.
Bahkan yang cukup unik, setelah kasus
terbongkar melalui pemberitaan harian ini, sejumlah aparat kehutanan bersama Mr
Kim (cukong PT Asdal) sibuk melakukan lobi-lobi untuk mencari jalar keluar
sehingga puluhan ribu kubik kayu bermasalah yang masih menumpuk di hutan dapat
dikeluarkan.(nun)
To Indek:
Pemukiman Eksklusif Timbulkan
Kecemburuan
Serambi-Banda Aceh
Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud
mengharapkan pembangunan permukiman baru tidak bersifat eksklusif, sehingga
membentuk enclave-enclave tersendiri yang menjauhkan penghuninya dengan
masyarakat setempat.
Hal itu dikatakannya dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten II
Setwilda Aceh Ir Abdullah Yahya MS pada pembukaan pelatihan dasar bagi konsultan
pembangunan bidang perumahan dan permukiman se-Aceh, di Hotel Kuala Tripa,
Selasa.
Menurut
gubernur, selama ini sering terlihat banyak permukiman baru di kota-kota besar
bersifat eksklusif dan akhirnya menimbulkan kecemburuan pada masyarakat
sekitarnya. "Akhirnya justru menimbulkan ekses-ekses negatif yang tidak
diharapkan," katanya.
Dikatakan pula, perkembangan penduduk terutama di perkotaan menyebabkan
meningkatnya permintaan akan perumahan dan lahan untuk perumahan. Besarnya minat
konsumen untuk memiliki rumah sendiri dapat dilihat dari tingginya permintaan
akan perumahan yang dibangun pengembang, baik Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah
Sangat Sederhana (RSS).
Peningkatan kebutuhan perumahan, katanya, harus diantisipasi,
direncanakan dan ditata sedemikian rupa agar tidak menimbulkan berbagai dampak
sosial.
Dalam
kaitannya itulah, gubernur menilai peran konsultan pembangunan perumahan dan
permukiman sangat menentukan. Diharapkan, dengan pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikinya, para konsultan perumahan dapat memberikan masukan tentang bagaimana
konsep perumahan dan permukiman yang baik. "Selain bentuknya modern, pembangunan
perumahan juga tak boleh melupakan nilai-nilai islami sesuai dengan
karakteristik masyarakat Aceh," ungkapnya.
Ketua Panitia Pelaksana Dra Asma AR
melaporkan, acara hasil kerjasama Direktorat Jenderal Pengembangan Permukiman,
Direktorat Permukiman Swadaya Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah
(Kimbangwil) serta Asosiasi Konsultan Pembangunan Permukiman Indonesia (AKPPI)
itu diikuti 52 peserta se-Aceh, dan berlangsung hingga 9 Juni
2000.
Menurutnya,
kegiatan pelatihan itu bertujuan mempersiapkan calon konsultan trampil untuk
menyahuti permintaan pembangunan perumahan dan permukiman di Aceh yang kini
terus meningkat.(hil)
To Indek:
YATA Minta Harga Gabah
Ditingkatkan
Serambi-Banda Aceh
Yasayan Anak Tani Aceh (Yata) minta
pemerintah segera menaikkan harga dasar gabah petani (HDG) untuk Gabah Kering
Giling (GKG) sebesar 35 persen dari Rp 1.400 per kg menjadi Rp 1.800 per kg.
Sedangkan harga Gabah Kering Panen (GKP) Rp 1.400 per kg, sehingga harga beras
bisa menjadi Rp 2.800 per kg di tingkat petani dan Rp 3.300 per kg di tingkat
pengecer.
Ketua YATA,
Mursyidi Muchtar Slg kepada Serambi, Selasa mengungkapkan, sudah saatnya
pemerintah memikirkan nasib petani yang selalu berada di pihak lemah dan
tertindas. "Padahal, keberadaan para petani sangat penting. Kalau tidak ada
petani, kita makan apa," katanya.
Dikatakan, dampak dari gejolak di Aceh sangat
menyulitkan para petani untuk terus bertahan. Musibah terus datang, terjadinya
tindak kekerasan, pengungsian, nilai rupiah turun hingga anjloknya harga gabah
baru-baru ini yang mencapai titik terendah Rp 500 per kg. Tetapi di sisi lain,
harga bahan kebutuhan pokok, sarana produksi lainnya naik cukup drastis. Hal itu
membuat kondisi petani semakin terpuruk.
"Upaya pemberdayaan petani mutlak diperlukan,
kesejahteraan mereka harus mendapat perhatian penuh. Pemerintah seolah tutup
mata terhadap hal itu," katanya.
Bahkan sayangnya, kondisi petani yang telah
miris itu terabaikan. Institusi yang diharapkan peduli kepada nasib masyarakat
baik itu dari pemerintahan, wakil rakyat dan lainnya semua kini disibukkan
dengan masalah politik, kenaikan gaji dan tunjangan dan lain-lain. Padahal, di
sisi lain, petani terus merintih, karena tidak ada yang memperhatikan nasib
mereka.
Ia
mengingatkan, seandainya semua petani di Aceh mogok kerja, mogok menanam padi
karena mahalnya sarana produksi, sementara harga jual gabah yang mereka hasilkan
tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka akan terjadi hal paling
menakutkan, rawan pangan. "Kita tidak mengharapkan hal itu terjadi, karena
itulah dari sekarang semua komponen sudah harus memperhatikan nasib mereka,"
tambahnya.
Ia
mencontohkan, wujud ketidakpedulian pemerintah dan institusi lainnya termasuk
perbankan yang tidak mencairkan kredit usaha taninya. Setelah masa panen tinggal
30 persen lagi, baru kredit bisa cair. Belum lagi kalau petani diiming-imingi
bakal dapat bantuan dari pusat, belum sampai ke tangan petani, sudah digerogoti
lebih dulu, hingga jumlah yang diterima tidak penuh.
Menyikapi masalah petani cukup pelik itu,
YATA sangat mengharapkan perhatian pemerintah. "Berilah kemudahan buat mereka,
baik dalam menanggulangi hasil panen maupun pasca panen,"
katanya.(ema)
To Indek:
Tender KA Diikuti 13
Kontraktor
Serambi-Banda Aceh
Sebanyak 13 kontraktor mengikuti
tender yang dilaksanakan Kanwil Perhubungan Aceh untuk proyek kereta api paket
pembangunan badan jalan Bireun-Peuntet sepanjang 15,6 km.
Kakanwil Perhubungan Aceh Ahmad
Usman Duni melalui pimpro kereta api Ir Yani kepada Serambi, Senin (5/6)
mengatakan, ke 13 kontraktor tersebut sudah menyerahkan berkas syarat yang telah
ditentukan. Dengan proses tender yang dilakukan beberapa hari lalu, ada beberapa
kontraktor yang telah memenuhi kualifikasi.
"Siapapun yang memenangkan tender ini, kita
harapkan dapat mempercepat neyelesaian pembangunan badan jalan kereta api
sepanjang 15,6 km itu. Minggu depan sudah ada nama pemenang,"
katanya.
Menurut
Yani, berbeda dengan tahun lalu, untuk kali ini paket proyek tersebut tidak
dikerjakan satu kontraktor, tetapi tiga kontraktor. Masing-masing mendapatkan
jatah pembangunan badan jalan sepanjang 5,2 km dengan total dana untuk proyek
tersebut sebesar Rp 4,8 milyar.
Dana proyek tersebut mencapai Rp 5,2 milyar.
Diantaranya sebesar Rp 2,2 milyar untuk dana administrasi, operasional dan
pengawasan. Tahun ini, paket kegiatan yang akan dilakukan selain pembangunan
badan jalan pada Km 226+950 tepatnya berlokasi di Desa Bungkah sampai ke Cunda
(jalur Bireun-Peuntet) juga pembuatan gorong-gorong 20 buah dan perpanjangan
gorong-gorong 10 buah.
Pembangunan kereta api dimulai tahun anggaran 1996/1997 dengan kegiatan
awal pembuatan studi master plan dengan biaya sebesar Rp 63 juta.
Dilanjutkan tahun anggaran
1997/1998 dengan kegiatan pembebasan tanah untukpembangunan jalan KA lintas
Wateslangkat-Langsa dengan dana Rp 25,9 juta, tahun anggaran 1998/1999 pembuatan
badan jalan kereta api di km 197+500 sampai 201+500 sepanjang 4 km ditambah
dengan rel dengan dana mencapai Rp 711,2 juta lebih. Tahun anggaran 1999/2000
pembangunan badan jalan kereta api di km 197+700 sampai 456+700 sepanjang 5 km
dengan menelan dana Rp 8,7 milyar.
Prioritas pembangunan jalan KA di Aceh
dilakukan dalam lima tahap yaitu prioritas pertama yaitu Besitang-Langsa (72
km), prioritas kedua yaitu Langsa-Lhokseumawe (162 km), prioritas ketiga
Lhokseumawe-Bireun (64 km), prioritas keempat dan kelima masing- masing
Bireun-Sigli (100 km) dan Sigli-Ulee-lheue (93 km). (ema)
To Indek:
14 HPH Tutup, Ribuan Pekerja
Menganggur
Serambi-Banda Aceh
Sedikitnya 5.026 pekerja dari 14
perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Aceh kini menganggur karena
operasional perusahaan tempatnya bekerja terhenti menyusul semakin tidak
menentunya kondisi keamanan daerah.
Ketua Majelis Perkayuan Indonesia (MPI) Aceh,
Said Eddy SH kepada Serambi, Senin mengatakan, operasional 14 perusahaan HPH
terhenti total karena kondisi keamanan daerah sudah tidak
mendukung.
"Kondisi
ini telah berlangsung dua tahun, namun tidak ada upaya pengamanan dan
perlindungan dari pemerintah terhadap kelangsungan produksi dan aktivitas HPH,"
katanya.
Bersamaan
terhentinya aktivitas perusahaan HPH, sekitar 5.026 orang pekerja yang selama
ini menggantungkan hidupnya di perusahaan tersebut kini menganggur. Selain itu,
sekitar 420 pekerja terpaksa dirumahkan dengan menerima separuh
gaji.
Pekerja yang
tersisa, katanya, merupakan petugas jaga, pekerja pembibitan, dan pemasaran.
"Bila perusahaan tetap tidak bisa menjalankan aktivitasnya, kemungkinan besar
mereka juga harus menerima nasib serupa seperti dialami ribuan rekannya," jelas
Said Eddy.
Eddy
menambahkan, meski sebagian besar karyawan telah di-PHK, hingga sejauh ini MPI
Aceh belum menerima laporan tentang adanya komplain dari pekerja. Sebab, menurut
penilaian MPI, selain menerima pesangon memadai, juga pemberhentian mereka
sesuai prosedur ketenagakerjaan.
Didampingi Wakil Ketua MPI Aceh Ir H Abubakar
Chekmat, Eddy menambahkan, 14 perusahaan HPH yang menghentikan aktivitas, antara
lain PT Alas Aceh Perkasa Timber, PT Lamuri Timber, PT Aceh Inti Timber, PT Raya
Garuda Mas Lestari, PT Cipta Rimba Jaya, PT Krueng Sakti, PT Gruti, PT Hargas,
PT Wira Lano, PT Aceh Playwood Industri (API), PT Alas Helau, PT Tri Jasa Mas,
PT Karya Inti, dan Kopentren Najmussalam.
Kinerja 14 HPH itu, katanya, cukup baik dalam
mengelola dan mengekploitasi hutan. Berbeda dengan perusahaan HPH yang dicabut
izinnya seperti PT Medan Remaja Timber, PT Wajar Corpora (keduanya di Aceh
Tenggara), dan PT Lembah Bakti karena terlibat perusakan dan perambahan hutan di
kawasan Tanaman Nasional Gunung Leuser (TNGL). "Dicabut izin operasinya atas
usulan Unit Manajemen Leuser (UML), tapi sayangnya setelah itu UML juga tak
mampu menghentikan aksi pengrusakan hutan," katanya.
Kecuali terhentinya aktivitas HPH, MPI Aceh
juga sangat menyayangkan sebagian besar kondisi lahan peninggalan HPH semakin
parah, seperti di Aceh Barat milik PT Aceh Perkasa. "Saat ini sejumlah alat
berat tak dikenal tiap hari terus membabat hutan secara membabi buta,"kata
Eddy.
Untuk
menghentikan aksi pengrusakan hutan itu, Abubakar Chekmat mengharapkan kepada PT
Inhutani IV dan Deperindag lebih selektif mengeluarkan surat izin angkutan kayu
bulat (SAK-B) dan surat izin angkutan kayu olahan (SAKO). "Kalau saja SAKO dan
SAK-B tidak beredar secara obral, aktivitas perambahan hutan dan pencurian kayu
bisa dikurangi," katanya.
MPI Aceh meminta PT Inhutani IV bertanggungjawab atas kerusakan hutan di
Aceh. "Inhutani IV harus bertanggungjawab sebagai penerbit IPK dan izin angkutan
kayu bulat," jelas Eddy.(awi).
To Indek: