Republika Online edisi:
05 Nov 1999

20 Tahun Setelah Putusnya Hubungan Iran-Paman Sam

Saat Iran memperingati 20 tahun pengambilalihan Kedubes AS dengan retorika anti-Amerika, banyak warga Iran yang perlahan-lahan menerima budaya negara yang mereka benci itu.

Ketika pemerintah menyerukan kata-kata revolusioner dengan menyebut negara Paman Sam sebagai ''Great Satan'' (Setan Besar) dan ''Kecongkakan Dunia'', generasi muda Iran tengah menikmati fried chiken (ayam goreng ala Amerika), hamburger, dan film-film Hollywood.

Pada malam menjelang peringatan ''Hari Melawan Keangkuhan Global'' Rabu (03/11), pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan tak akan ada perubahan sikap terhadap Washington. ''Tujuan imperialisme Amerika di dunia adalah dominasi, dan tak ada yang disembunyikan. Itu sangat jelas. Bahkan Eropa merasa tak senang dengan agresi kebudayaan Amerika,'' kata Khamenei.

Hambatan besar yang menghadang pengembalian hubungan dengan AS adalah Israel. ''Isunya adalah isu Zionis,'' katanya. ''Isu pendudukan Israel di jantung bangsa-bangsa Islam. Ini merupakan bencana besar bagi rakyat Islam. Ini seperti sebuah kanker.'' ''Kita harus tahu musuh seseorang. Dia bertindak sebagai teman,'' kata Khamenei di hadapan sekitar seribu mahasiswa di Masjid Teheran. Dia mengatakan Iran menolak seruan AS untuk membuka hubungan politik.

Pada tanggal tersebut Kedubes AS diduduki oleh kelompok garis Iran selama 444 hari. Mereka menyandera warga AS di dalamnya. Krisis sandra itu mengakibatkan retaknya hubungan kedua negara yang berakibat pemutusan hubungan diplomatik. Tiap tahun rakyat Iran memperingati hari itu dengan membakar bendera Amerika di depan bekas Kedubes AS.

Meski Khamenei mengecam AS, fakta penerimaan budaya negara adi daya itu muncul di kalangan muda Iran tak bisa diabaikan. Pada hari Rabu sehari sebelum peringatan, ratusan mahasiswa Iran turun ke jalan untuk mendukung program reformasi Presiden Muhammad Khatami dan menyerukan hubungan lebih baik dengan AS.

Dengan memasang potret Khatami ratusan mahasiswa berkumpul di masjid Universitas Tehran dalam ''semangat dialog'' sebagai counter atas perayaan yang digelar oleh kelompok konservatif memperingati pengambilalihan Kedubes AS pada tanggal 4 November 1979.

''Semua orang berarti bagi kami,'' kata Ibrahim Sheikh, dari kantor bagi Konsolidasi dan Persatuan (OCU), organisasi pro-reformasi yang mengorganisasi pawai. ''Tak ada ruang bagi penekanan. Kami menolak despotisme dan imperialisme.''

Sheikh berdiri di depan spanduk yang bertuliskan Kami bisa membedakan antara orang Amerika dengan pemerintahannya. Spanduk lain bertuliskan Kebijakan kami adalah diskusi antar peradaban, yang merupakan slogan dari Khatami.

Khatami adalah pahlawan bagi gerakan mahasiswa. Pemimpin bergaris moderat ini menyerukan reformasi bagi masyarakat Iran sejak naik tampuk kekuasaan dua tahun lalu. Tak mengherankan dia mendapatkan dukungan penuh dari kalangan muda dan perempuan.

''20 juta dari kami bersama anda Khatami,'' teriak para mahasiswa. Mereka juga menyerukan penentangan terhadap upaya politisi garis keras untuk menghadang program reformasi Presiden.

''Anda telah memonopoli kekuatan! Para musuh Khatami turunlah!'' teriak sejumlah mahasiswa ketika mereka bertemu dengan kelompok lain yang memasang slogan Amerika Turun! Tuhan akan menuntut orang yang memimpikan Amerika.

Sebagai seorang penggagas reformasi Khatami mendapat tantangan yang sangat berat dari kelompok garis keras yang menguasai parlemen. Termasuk dari pemimpin ulama tertinggi Iran, Khamenei. Bahkan salah satu rekan dekatnya, Abdulah Nouri, saat ini tengah menghadapi tuntutan peradilan atas dakwaan melakukan serangan terhadap Islam dan rejim. Para mahasiswa menyebarkan pamflet-pamflet dukungan terhadap Nouri.

Beberapa mahasiswa mengatakan mereka tak menyalahkan penyanderaan warga Amerika. Namun mereka mengatakan peristiwa itu adalah masa lalu. Dan sekarang saatnya untuk memikirkan kembali kebijakan Teheran atas Washington.

Khatami sendiri pada hari Jumat (29/10) saat melakukan kunjungan ke Paris --kunjungan pertama pemimpin pertama Iran ke Prancis-- mengatakan dialog antara ilmuwan dan intelektual Amerika dengan Iran terus berlangsung. Hubungan tersebut merupakan langkah bagus untuk memperkuat pertukaran tak resmi antara dua negara.

Namun dia mengatakan pendirian dialog politik antara dua negara adalah masalah lain. ''Perlu seseorang yang opresor untuk mengesampingkan sikap opresornya dan merubah kebijakannya,'' katanya yang ditujukan bagi AS.

Dalam pidato di depan badan PBB Unesco, Khatami mengatakan terdapat sedikit pilihan selain ''dialog antar kebudayaan ddan peradaban'' sebagai '' poros utama di abad mendatang.'' Keinginan Khatami untuk berbaik-baik dengan AS tersebut mendapat tantangan keras dari kelompok konservatif. Rabu pagi pemimpin konservatif parlemen juga menyatakan menentang AS.

Dan ini bisa menjadi hambatan terberat bagi Khatami dalam menjalankan reformasinya, sebab dia tak memiliki kekuatan veto di parlemen.

''Tak ada yang berubah, AS memiliki kecongkakan dan penindasannya seperti sebelumnya,'' kata Ali Akbar Nateq-Nuri kepada parlemen. Dia menambahkan AS tetap akan hidup di bawah payung Zionisme.

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999