RIYADH -- Hani El-Sayegh, warga Arab, tersangka pemboman yang
menewaskan 19 tentara AS di Arab Saudi diekstradisi ke Saudi Senin.
''Terdakwa, Hani El-Sayegh, diserahkan kepada kami Senin dan kami
menghargai respons pemerintah AS terhadap permintaan kami,'' kata
Pangeran Nayef Abdel Aziz.
Pejabat tinggi Saudi yang tak mau disebutkan namanya mengatakan
Sayegh telah tiba di Arab Saudi Senin. ''Kami memiliki informasi
terperinci Sayegh terlibat dalam gerakan terorisme yang dilakukan di
Khobar tiga tahun lalu,'' kata Pangeran Nayef.
''Terdakwa sekarang berada di tangan pengadilan Saudi dan dia akan
diinterograsi seperti terdakwa lain sesuai dengan hukum Islam,'' kata
Nayef.
Nayef juga mencurigai beberapa warga Arab lainnya yang terlibat
serangan tersebut juga akan ke luar negeri. ''Kami berniat untuk meminta
ekstradisi para tersangka dari negara manapun di mana mereka hidup. Kami
berharap mereka akan memberikan respon baik,'' kata Nayef.
Pada Jumat (8/10), Nayef meminta pemerintah asing agar menyerahkan
tiga imigran Arab Saudi yang terlibat dalam masalah itu. Namun dia tak
menyebutkan negara mana yang terlibat. Dia menambahkan sejumlah orang
Arab Saudi ditahan berkaitan dengan kasus ini.
Pangeran Nayef mengatakan ekstradisi itu merupakan bukti kerjasama
yang bagus antara Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Hukum Islam yang dijalankan di Arab Saudi menetapkan hukuman maksimal
atas pembunuhan atau tindakan terorisme.
Sayegh dituduh terlibat dalam penghancuran komplek perumahan Khobar
tanggal 25 Juni 1996. Perumahan ini tempat tinggal para personel
angkatan udara AS yang terletak di markas udara Dhahran di bagian timur
Arab Saudi.
Pemerintah AS mencuriga Sayegh melakukan pengintaian terhadap
kompleks itu sebelum melakukan penyerangan. Sayegh, 30, juga dicurigai
mengendarai mobil yang ditengarai membawa bom.
Departemen Kehakiman AS pekan lalu menyiapkan extradisi Sayegh
lantaran tidak adanya bukti untuk mengadilinya di AS. Arab Saudi
mengatakan memiliki cukup bukti untuk memasukannya ke penjara. Dua
lembaga pengadilan AS menolak permintaan Sayegh agar tidak diekstradisi.
Dia gagal meminta suaka politik di AS. Sayegh mengatakan dia adalah
musuh politik rejim Saudi, dan kemungkinan akan disiksa bila kembali ke
Saudi.
Pengacara Sayegh, Ivan Yacub, telah meminta perintah pengusiran
Sayegh dibatalkan, dan AS tak bisa menyerang Sayegh tanpa adanya konvesi
PBB. Namun Jaksa Agung AS Janet Reno mengatakan ia telah menerima
jaminan dari Arab Saudi bahwa tersangka tak akan disiksa.
Juni 1997, Canada mengusir Sayegh karena dianggap melakukan kegiatan
teroris. Departemen Kehakiman AS mengizinkannya untuk menggelar proses
penuntutan terhadap Sayegh dengan perjanjian dia bersalah dalam serangan
Khobar. Namun menurut Departemen Kehakiman, AS al-Sayegh mengingkari
perjanjian itu.
Senin pagi keluarga El-Sayegh mengatakan mereka kesulitan untuk
menemukan pengacara di Arab Saudi. Tak wajar bagi para terdakwa diwakili
dalam kasus kriminal di Arab Saudi.
Menurut pengamat, para pengacara Saudi tak cukup berani untuk
terlibat dalam kasus-kasus sensitif seperti ini, jika tak diminta oleh
pihak berwenang. Di masa lalu, lawan-lawan politik pemerintah menghadapi
hukuman mati setelah memberikan kesaksian terhadap serangan di Arab
Saudi.