Thursday, May 18, 2000/10:52:56 AM
Ambon,18/5(ANTARA)- Kota Ambon dan sekitarnya, Kamis(18/5) masih tegang
sehubungan pertikaian bernuasa SARA dalam tiga hari terakhir ini dengan
korban meninggal, baik sipil maupun TNI/Polri 17 orang, sedangkan luka-luka
60-an orang, Gereja Petra dan Puskesmas Waihoka serta puluhan rumah
penduduk terbakar, aktivitas pengungsi meningkat ke daerah aman.
Ketegangan ini karena adanya pergerakan massa ke arah Kelurahan Ahuru yang
Rabu sore diserang kelompok massa dari arah Kebun Cengkih mengakibatkan
tiga warga meninggal, baik Muslim maupun Kristen dan delapan lainnya
luka-luka.
Di Kelurahan Ahusen, Jl. Sultan Khairun dan perbatasan Mardika- Batumerah
juga terlihat sekelompok massa berjaga-jaga karena khawatir adanya
penyerangan kembali sebagimana Selasa sore(16/5) hingga Kamis
dinihari(18/5).
Dengan dilengkapi berbagai jenis senjata, kelompok massa tersebut menolak
kehadiran empat unit panser di Jl. Sultan Khairun karena kecewa terhadap
penanganan aparat keamanan sehingga sejumlah rumah di Jl. Sedap malam
dibombardir.
"Kami dihantam dengan granat sehingga aparat keamanan dari kesatuan Yonif
405 dan 509 pun kesulitan menghalau para penyerang," tutur Wim, salah satu
warga di Kelurahan Ahusen.
Kondisi kota Ambon yang tegang seiring dengan Hari Raya Waisak ini pun
turut mempengaruhi aktivitas lalulintas dan pasar-pasar kaget karena
masyarakat trauma dengan "tragedi kemanusiaan" sejak 19 Januari 1999 lalu.
Situasi mencekam ini pun lebih diperburuk dengan pandangan masyarakat
terhadap kehadiran laskar jihad ke Ambon sejak 6 Mei lalu, di mana
jumlahnya saat ini sekitar 2.000-an orang. Apalagi dengan adanya sinyalemen
pengiriman senjata dalam sembilan unit kontainer dari Surabaya yang
diangkut KM. Tanto Permai II yang tiba di Ambon, 13 Mei lalu dan telah
berhasil dibobol kelompok massa tertentu.
Senyata ini berdasarkan data intel, baik Kodam XVI/Pattimura, Polda Maluku
dan Polres P. Ambon dan PP. Lease dikirim ekspedisi Aman dari Surabaya
dengan tujuan toko Surabaya Indah di Ambon.
Situasi ini mengakibatkan masyarakat mengharapkan adanya ketegasan dari
Pangdam XVI/Pattimura, Brigjen TNI. Max Tamaela dan Gubernur Maluku, Saleh
Latuconsina, di mana kebetulan tidak berada di tempat karena Rabu
siang(17/5) bersama Kapolda, Brigjen Pol. Dewa Astika bertemu Presiden Gus
Dur guna meminta petunjuk penanganan laskar jihad.
Sesalkan
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Maluku, John Mailoa, sangat menyesalkan
tindakan Gubernur Saleh Latuconsina yang kurang tegas dalam menentukan
otoritas terhadap situasi sehingga masyarakat, baik Muslim maupun Kristen
harus menanggung penderitaan berkepanjangan.
"Situasi ini menunjukkan seakan-akan Gubernur kurang wibawa, di mana hal
ini ditunjukkan dengan belum terpenuhinya permintaan Pimpinan DPRD Maluku
dan Ketua-Ketua Fraksi agar bertemu dengan Pimpinan laskar jihad. Gubernur
menjanjikan memberikan penjelasan soal tujuan kedatangan laskar jihad,
Selasa(16/5). Padahal, terkesan meminta dukungan dari DPRD,"tandasnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan Gubernur Latuconsina dan Pangdam Tamaela
perlu menyikapi permasalahan ini dengan memberikan batas waktu bagi para
perusuh. Sekiranya masih terus melakukan kerusuhan, maka dianggap
melakukan suversif terhadap negara agar mereka bisa ditindak tegas.
"Saya pun telah berkoordinasi dengan Aster Kodam XVI/Pattimura, Kolonel
Budiatmo untuk mengamankan kawasan Ahuru dan daerah lainnya yang dianggap
rawan, di mana berdasarkan pantauan lapangan telah ditempatkan pasukan
pengaman,"tutur Mailoa.
Ia mengakui, Gubernur, Pangdam dan DPRD telah terkecoh dengan alasan
kedatangan laskar jihad yang mengemukan maksudnya ke Ambon untuk kegiatan
relawan.
"Yang pasti pernyataan keras ini dikemukakan karena rakyat Maluku telah
menderita terlalu lama dengan tidak membedakan golongan maupun agama.
Dengan demikian, dalam kapasitas sebagai wakil rakyat perlu mengoreksi
Gubernur dan Pangdam dalam kinerjanya yang terkesan kurang tegas,"demikian
John Mailoa.
(U.ABN-02/ABN-03/PK04/ABN-01/ND06/18/05/:0 10:52
1805001050 NNNN
-----------------------------------------------------
RUMAH PENDUDUK TERBAKAR DI AHURU, KONTAK SENJATA KEMBALI TERJADI
Thursday, May 18, 2000/11:39:57 AM
Ambon, 18/5 (ANTARA) - Aksi penyerangan dan pembakaran terhadap puluhan
rumah penduduk yang telah ditinggalkan penghuninya di kawasan Ahuru Karang
Pangjang, Kecamatan Sirimau (Kodya Ambon) masih terus berlanjut
mengakibatkan kontak senjata secara terbuka kembali terjadi.
Wartawan ANTARA yang memantau di lokasi konflik, Kamis pagi, menyaksikan
puluhan rumah penduduk di kawasan RT 04, Kawasan Ahuru terbakar sekitar
pukul 09.00 WIT oleh sekelompok massa berseragam hitam-hitam dan
putih-putih.
Para warga yang sedang berjaga-jaga di kawasan itu menjelaskan bahwa ribuan
massa yang berpakaian seragam jihad itu sejak Rabu petang (17/5) berhasil
menyerang dan membumihanguskan Gedung Gereja Petra, satu Puskesmas dan
belasan rumah penduduk.
"Namun sejak pagi tadi, mereka kembali melakukan pembakaran secara bebas
terhadap puluhan rumah penduduk di kawasan Ahuru, sementara oknum-oknum
aparat yang membekengi mereka melepaskan tembakan gencar ke arah kami,"
ujar warga kesal.
Akibat kepulan asap tebal yang membumbung tinggi ke angkasa disertai
rentetan tembakan aparat keamanan dan ledakan bunyi granat serta bom
rakitan turut mengundang perhatian massa dan begerak ke lokasi kejadian.
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui jelas apakah ada korban jiwa
maupun luka-luka atau tidak, karena lokasi konflik berlembah dan berbukit
sementara peluru berhamburan mencari sasaran-sasaran warga sipil yang
sedang berupaya mengungsi melewati jalan raya.
(U. ABN-03/ABN-02/PK-02/ABN-01/ND06/18/05/:0 11:27
NNNN
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
(DI-10/05/00)