AMBON MULAI ' MENGGELIAT ' KEMBALI
Ass. wr.wb.
1. Alhamdulillah, sampai hari ini kami, seluruh jajaran Pos Keadilan DPW PK Maluku masih dalam keadaan sehat wal afiat.
2. Bersama ini kami sampaikan bahwa Perkembangan Kondisi Ambon dan Tual pasca Pemilu (Bulan Juni - Juli 1999)
Kondisi daerah-daerah Propinsi Maluku secara umum dalam keadaan aman. Secara khusus keadaan kota Ambon dan sekitarnya sedang menuju ke arah normal. Demikian pula dengan keadaan di Kota Tual dan sekitarnya. Namun kondisi tersebut belum sepenuhnya dapat diharapkan kembali normal seperti semula. Hal ini terbukti dari kerusuhan-kerusuhan yang terjadi secara marathon dalam skala yang kecil. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kerusuhan di Tual
Pada tanggal 21 Juni 1999 di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara terjadi kerusuhan yang merupakan kerusuhan lanjutan pertama pasca Pemilu.
b. Kerusuhan di Siri Sori Islam dan di Kota Saparua (tanggal 9 - 16 Juli 1999)
Saparua dicekam dengan tragedi berdarah pada tanggal 9 s.d. 15 Juli 1999, hari Kamis pukul 06.00 WIT sampai pukul 19.00 WIT. Peristiwa ini melibatkan beberapa gabungan penduduk Kristen di Kecamatan Saparua berhadapan dengan warga muslim Desa Sirisori Islam.
Peristiwa ini bermula dari terjadinya penebangan (perusakan) pohon-pohon (kebun) cengkeh milik warga Desa Sirisori Islam oleh warga Desa Sirisori Sarani (Kristen) dan warga Desa Ulath (Kristen). Sementara data yang ditemukan dari warga dan tokoh masyarakat Desa Sirisori Islam, jumlah pohon cengkeh yang ditebang kurang lebih 5.360 pohon. Menurut saksi mata yang memberikan data kepada Babinsa Ulath pada tanggal 7 Juli 1999 bernama Punggul Mael, pelaku penebangan pohon cengkeh tersebut diantaranya adalah : Yosoa Sapulete, Welem Toisuta dan kawan-kawan. Pada hari itu juga masyarakat Desa Sirisori Islam menuntut dan menuding warga tetangga kristen Desa Sirisori Sarani dan Desa Ulath sebagai sebagai pelaku, hingga kedua desa ini menyerang warga Sirisori Islam pada tanggal 9 Juli 1999 dan jatuh korban di pihak warga Desa Sirisori Islam 2 orang luka panah dan luka tembak senjata api laras panjang.
Peristiwa ini terus berlanjut sampai pada puncaknya yaitu tanggal 15 Juli 1999 hari Kamis, warga desa-desa kristen di Kecamatan Saparua melakukan penyerangan gabungan. Penyerangan tersebut dimulai pada jam 06.00 WIT pagi hari, dimana yang pertama kali mereka hadapi adalah aparat keamanan (BRIMOB Ambon) sebanyak 5 orang. Kemudian pihak aparat keamanan (Brimob) mendapat bantuan pertahanan dari warga Desa Sirisori Islam (pihak yang diserang) hingga peperangan tersebut berakhir pada pukul 19.00 WIT.
Menurut data di lapangan pertikaian antar warga tersebut menelan korban cukup banyak, diantaranya adalah :
- Warga Desa Sirisori Islam : 2 orang meninggal dan 2 orang luka-luka. Kini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Adapun korban yang meninggal pada peristiwa tanggal 15 Juli 1999 adalah :
=Sarfudin umur 18 tahun
=Guru Ubet Kaplale umur 50 tahun.
Dalam peristiwa ini tidak ada korban harta berupa rumah, yang mengalami kerusakan adalah Puskesmas yang ada di perbatasan Desa Sirisori Islam dan Desa Sirisori Sarani, itupun sebagian kecil di daerah batas Desa Sirisori Sarani.
- Warga Desa Sirisori Sarani : 8 orang meninggal dan 18 luka-luka (hasil konfirmasi lewat udara dengan pendeta Desa Haria).
- Warga Desa Ulath : ditemui data di lapangan 4 orang meninggal dan 49 orang luka-luka.
Dari data korban (pihak Kristen) tersebut diatas ditemukan beberapa korban yang berasal dari beberapa desa lain seperti : Desa Waai dari Salahutu, Desa Aboru dan Desa Kariu dari Haruku, dan beberapa desa lainnya di Saparua.
Menurut saksi mata warga Desa Sirisori Islam (Gani Kaplale, Talip Patti, Daniati Sopamena, Ajid Pattisahusiwa dan Ismail Pattisahusiwa), pelaku penembakan dari warga Kristen yang membawa senjata berat adalah : Abo Toisuta, Yakob Pattipeilohi, Piter Siwabesi. Ketiga pelaku ini menggunakan senjata Gerem buatan lama.
Menurut saksi yang lain saat dikonfirmasi, saksi ini adalah Sertu Iskandar Umaternate, ada masyarakat Ulath yang menggunakan senjata asli laras panjang yang menempuh ratusan meter daya peluru. Kemudian ada selongsong peluru yang ditemukan oleh aparat Korem 733, yang menurut mereka peluru ini dari jenis AK dan M-16.
Pada data lain yang ditemukan di lapangan pada saat evakuasi korban dari aparat kepolisian yaitu Kapolsek (luka bacok di bagian kepala - dalam perawatan di RS. Valentine) dan salah seorang anak buahnya meninggal akibat luka tembak di bagian dada. Serta seorang anggota Brimob luka dibagian tangan kanan, pistol dan radio komunikasinya di rampas massa Kristen, sampai saat ini kedua alat milik anggota Brimob tersebut belum ditemukan.
Pada hari yang sama (15 Juli 1999) Kamis pukul 16.00 WIT di Kota Kecamatan Saparua, semua kios, rumah dan toko milik warga muslim dibakar dan dibongkar hingga warga muslim di kota kecamatan tersebut menyelamatkan diri ke Kantor Polsek setempat. Pembakaran dan penembakan itu berlangsung hingga tanggal 16 Juli 1999, hari Jum'at sore hari. Dalam kejadian ini, satu-satunya masjid di kota kecamatan tersebut ikut dibongkar (kubah masjid dibongkar, dindaing masjid dijebol). Sampai hari ini belum diketahui ada atau tidaknya korban jiwa pada peristiwa ini. Saksi mata (pemilik toko yang dibongkar massa Kristen) adalah Bapak Bakis Saimima dan Ibu Hj. Patima. Jumlah kios yang dibongkar ± 30 kios, 7 toko dan rumah warga (muslim) belum sempat terdata.
c. Kerusuhan/kejadian kecil di Diponegoro dan depan Citra hari Ahad malam
Kota Ambon yang selama dua sampai tiga bulan ini sedang diupayakan agar kembali normal dan aman setelah mengalami kerusuhan selama hampir setengah tahun sejak Hari Raya Idul Fitri. Situasi Kodya Ambon pada tanggal 18 Juli (tengah malam) di daerah Diponegoro Atas, antara warga Muslim dengan Kristen terjadi pelemparan batu yang mengakibatkan beberapa rumah rusak (milik kedua belah pihak).
Pada tanggal 19 Juli 1999 Pukul 16.30 sore hari terjadi pelemparan antara pemuda Islam dengan Kristen disekitar Pasar Lama, Kelurahan Waihaong, Keluruhan Talake, dan Keluruhan Batu Merah yang berakibat rusaknya beberapa mobil dalam dan luar kota. Korban luka-luka diantara dua belah pihak kurang lebih 21 orang yang saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Ambon. Hal ini juga berdampak kepada pemberlakuan kembali jalur lalu lintas darurat (jalur lalu lintas di wilayah Muslim dan jalur tertentu di wilayah Kristen). Kondisi beberapa hari berikutnya sampai dengan hari ini, keadaan Kota Ambon 'agak' lebih sunyi pada jam 17.00 WIT dari pada sebelum adanya kejadian ini. Sampai laporan ini dibuat, warga Kota Ambon masih diliputi kecemasan dan ketakutan akan lanjutan kerusuhan yang baru satu dua bulan usai.
Pada tanggal 20 s.d 24 Juli 1999 siang menjelang sore selalu ada keributan dengan berbagai issu. Diantaranya pelemparan batu, atau pemukulan terhadap warga salah satu pihak. Termasuk pada tanggal 23 Juli 1999 malam, di Perumnas Poka, Ambon, terjadi kericuhan warga kristen dengan warga muslim. Akibat kejadian itu sebuah rumah (?) rusak, Dan mulai tampak pengungsi di Masjid Al-Muhajirin (Perumnas Poka). Ustadz Ali Fauzi (Ketua DPW Partai Bulan Bintang Maluku), sebagai tokoh di daerah tersebut telah menemui pimpinan gereja setempat dan mengingatkan akan ulah warga kristen yang melakukan aksi yang memancing kemarahan warga muslim. Pimpinan gereja setempat minta maaf dan berjanji akan menjaga warganya. Dan pada malam ini, jam 23:43 WIT, tanggal 24 Juli 1999, disekitar Ambon dan desa-desa di Kodya Ambon tampak lebih sepi dari hari biasanya dan mencekam, warga saling berjaga-jaga untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan, termasuk juga di dekat POS KEADILAN DPW MALUKU, desa Wayame.
Apakah ini tanda babak III kerusuhan Ambon...... dimulai ...... wallahu a'lamu wa naudzubillahi min dzalik..... Kasihan warga muslim kalau harus selalu menderita...
Wassalamu alaikum Wr.wB.
Pos Keadilan Peduli Ummat
DPW Partai Keadilan Maluku
|