Update: 01.10 Wib Minggu, 17 Oktober 1999
Anggota Koramil Kluet Utara Tewas Ditembak
*9 Orang Hilang di A Selatan
Serambi-Tapaktuan
Serka Ilhamuddin (42), anggota Koramil Kluet Utara, Aceh Selatan, tewas ditembak orang tak dikenal, Sabtu (16/10) siang. Dengan peristiwa itu tercatat 17 warga sipil dan TNI/Polri di Aceh Selatan tewas oleh penembakan.
Menyusul peristiwa tersebut, sejumlah aparat koramil setempat segera melakukan pengejaran tersangka pelaku dengan menyisiran beberapa kawasan. Namun sampai tadi malam belum diketahui jejaknya.
Dandim 0107 Aceh Selatan, Letkol Inf Drs Sunarto yang dihubungi Serambi tadi malam menjelaskan, peristiwa penembakan salah seorang anggotanya itu terjadi sekitar pukul 14.00 WIB di lintasan jalan Desa Pulo Kambing, atau lintasan Kotafajar-Menggamat. Serka TNI Ilhamuddin saat kejadian mengendarai sepeda motor dalam perjalanan menuju Kantor Koramil di Kotafajar. Lokasi penembakan sekitar 3 Km sebelum mencapai Makoramil.
Meskipun tersangka pelaku belum berhasil ditangkap, menurut Sunarto, penembakan itu diduga dilakukan kelompok yang sudah menunggu di sekitar lokasi kejadian. Untuk itu pihaknya telah memerintahkan anggota Koramil setempat untuk mengejar tersangka pelaku dengan melakukan penyisiran beberapa tempat.
Prajurit TNI itu meninggal di tempat setelah dua butir peluru menembus tubuhnya, masing-masing bagian punggung tembus ke bahu dan bagian tengkuk belakang. Jezanah korban, menurut Dandim, tadi malam dikebumikan di kampung asalnya Desa Lawe Sawah, Kecamatan Kluet Selatan atau sekitar 20 km dari Kotafajar, Kecamatan Kluet Utara. Korban meninggalkan seorang istri, Rusdalifah (35) dan dua orang putra yang berdomisili di Kotafajar.
Atas peristiwa penembakan yang merengut nyawa salah seorang anggota TNI itu, Dandim 0107, Letkol Inf Drs Sunarto menyatakan sangat prihatin. Berkait dengan peristiwa itu, pihaknya mengintruksikan seluruh anggota TNI di jajaran Kodim 0107 untuk semakin meningkatkan kewaspadaan.
Hilang
Sementara itu, Jhon Kenedy (26), anggota Kamra di Polsek Bakongan, Aceh Selatan yang menjadi korban penculikan orang tak dikenal, Kamis (1/10) lalu sampai Sabtu kemarin belum diketahui nasibnya. Dengan demikian jumlah warga hilang, baik sipil dan TNI yang belum ditemukan menjadi sembilan orang sejak 11 September lalu (lihat daftar-red).
Pelaksana Harian Kapolres Aceh Selatan, Letkol Pol T Daurman dan Kasat Serse, Kapten Pol Teddy JS yang dihubungi, Sabtu (16/10) menjelaskan, pencarian salah seorang anggota Kamra di Polsek Bakongan yang dilaporkan hilang belum menemukan titik terang.
Jhon Kenedy, yang berdomisili di Desa Keude Bakongan diketahui hilang setelah tidak masuk kantor pada hari Kamis, pekan lalu. Kemudian, pada hari Sabtu (9/10) polisi menerima telepon gelap yang mengabarkan bahwa Jhon Kenedy, asal Aceh Tenggara itu telah diculik, tapi sang penelpon tak menyebutkan motif penculikan itu, demikian juga menyangkut nasib korban.
Polisi terus melakukan pencarian, namun sejauh ini jejak korban tak diketahui. Untuk itu Kapolres Aceh Selatan, Letkol T Daurman sangat mengharapkan bantuan masyarakat dengan memberikan informasi yang dapat dijadikan petujuk pencarian sehingga korban dapat ditemukan.
Menyusul tersebar informasi bahwa salah orang anggota Kamra Polsek Bakongan menjadi korban penculikan, menurut sebuah sumber sejumlah anggota Kamra, baik yang bertugas di Polsek-Polsek dan Mapolres Aceh Selatan menjadi cemas, malahan ada yang telah minta berhenti dari anggota Kamra.
Tersengat Listrik
Sementara itu, Sofiawati (27), warga Desa Cot Ba'U tewas setelah tersengat arus listrik saat mengosok baju dengan strika listrik di rumahnya, Jumat (15/10) pagi. Korban merupakan istri Kopka Zarkani, anggota Koramil Manggeng, dimana saat kejadian sedang berdinas.
Menurut keterangan, sekitar pukul 6.30 WIB korban menyetrika baju. Setelah tali strika dihubungkan dengan arus listrik korban melihat cok tali yang menghubung pada strika agak longgar, lalu dikencangkan, dan saat itulah tangan korban tersengat arus. Korban sempat dilarikan ke Puskesmas setempat, namun jiwanya tak tertolong.(tim)
DAFTAR WARGA SIPIL DAN TNI YANG HILANG DI ACEH SELATAN
1 : Budiawan Prasetyo (35), Peneliti dari CIFOR : 11-9-99
2 : M. Atim Gumular (26), Peneliti dari CIFOR : 11-9-99
3 : Hardian (26), peneliti dari CIFOR : 11-9-99
4 : Idrusman (43), pegawai UML di Kluet Utara : 11-9-99
5 : Maisarah (24), Jl Kenari Perumnas Mandala Medan : 11-9-99
6 : Ulan (26), Jl Mayar Komplek SD/Mandala Medan : 11-9-99
7 : Sariani (26), Jl Sariti III Perumnas
Mandala Medan : 11-9-99
8 : Serda TNI Ridwan, anggota Koramil Labuhan Haji : 21-9-99
9 : Jhon Keunedy (26), Kamra Polsek Bakongan : 7-10-99
____________________________________________________________
Diduga Provokator
Seorang Pemuda Tewas Dihajar Massa
Serambi-Banda Aceh
Agustiar (30), pemuda asal Desa Krueng Dho Sanggeu, Kecamatan Pidie, Jumat (15/10) sore, "diramai-ramaikan" massa di Darussalam, Banda Aceh, karena berprilaku aneh dan diduga sebagai seorang provokator. Setelah beberapa jam dirawat di ruang syaraf RSU Zainoel Abidin, korban menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 02.15 WIB Sabtu dinihari.
Menurut sejumlah saksi mata, kehadiran Agustiar di komplek Kopelma Darussalam membuat heboh masyarakat, karena dia membentak siapa saja yang dijumpainya. Bahkan, dengan sepeda motornya, jenis GL Pro, berkeliling-keliling komplek PTN itu dengan mengeluarkan kata- kata yang memperanjatkan siapa saja. Mahasiswa yang sedang bermain sepakbola di lapangan Unsyiah, juga ikut kena didampratnya. "Bubar, bubar untuk apa main bola ini sudah magrib," teriak korban seperti ditirukan sumber Serambi.
Selesai di situ, Agustiar kemudian menuju deretan pertokoan di Simpang Galon. Pemuda itupun memerintahkan agar warung-warung dan toko segera tutup. Bahkan korban dengan menggeber kendaraan dan menabrak sejumlah kursi yang telah diatur di depan warung. Masih belum puas, berikut Agustiar mendendang sebuah rak nasi di depan sebuah warung hingga hancur berantakan.
Melihat gelagat yang tidak lazim itu, warga di sekitar bukan takut, malah semakin ingin tahu siapa sebenarnya pemuda tersebut. Bahkan beberapa kendaraan yang melaju di jalan juga berhenti dan memperhatikan tingkah pemuda yang rada-rada aneh itu. Emosi warga tidak bisa dibendung lagi manakala pemuda itu menendang salah seorang wanita yang sedang mengendarai sepeda motor.
Salah seorang dari warga berteriak; "Tangkap! tangkap !! Itu provokator". Tak ayal, serentak warga "menghakimi" pria tersebut hingga roboh dengan kondisi babak belur berat. Beberapa saksi mata menyebutkan, selain dari mulut, dan hidung, darah segar juga keluar dari lubang telinga. Dan di sekujur tubuh pria itu lembam-lembam karena dihajar massa.
Beberapa saat kemudian, Satpam Unsyiah dengan mobil patrolinya tiba di lokasi. Berikut petugas tersebut melerainya dan melarikan pemuda itu ke RSU-ZA. Korban tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) pukul 19.00 WIB. Menurut petugas medis, ketika tiba di UGD, kondisi korban dalam keadaan koma. Setelah mendapat perawatan, pukul 02.15 WIB korban meninggal dunia.
Menurut keterangan Nasrul Sufi --salah seorang sanak famili korban- - jenazah korban telah dibawa pulang ke kampungnya, Desa Krueng Dho Sanggeu, Pidie, Sabtu. Menurutnya, selama ini Agustiar biasa-biasa saja dan tidak nampak adanya gejala kelainan. Di Banda Aceh, korban tinggal bersama kakaknya di kawasan Prada. Nasrul juga menyatakan, sangat menyesalkan sikap warga yang main hakim sendiri terhadap familinya itu.
Sementara sumber di Mapolres Aceh Besar menyebutkan, meskipun sampai Sabtu kemarin belum ada seorangpun dari keluarga korban yang membuat laporan, namun, kasus penganiayaan berat itu kini telah dilakukan penyelidikan. "Kita sedang melakukan penyelidikan menyangkut dengan kasus penganiayaan itu," ujar perwira polisi tersebut.(tim)
____________________________________________________________
GAM: Jangan Memeras Rakyat
Serambi-Banda Aceh
Kalangan GAM Aceh Darussalam (Aceh Besar) menyerukan dihentikannya pemerasan terhadap rakyat. Bersamaan dengan itu, GAM Aceh Darussalam menyatakan tak pernah melakukan tindakan yang membawa beban kepada masyarakat itu.
"Kami dari Front Aceh Sumatera Merdeka tidak pernah melakukan pemerasan. Kami minta siapa pun yang berbuat hal itu, agar menghentikannya," kata T Hamzah, yang mengaku pimpinan GAM di Aceh Besar, kemarin.
Menurut Hamzah, selama ini dia mendengar keluhan dari masyarakat ada pihak yang mendatangi rumah-rumah penduduk, dan meminta sejumlah uang, bahkan dengan paksaan. "Nama kami sering dijual saat memeras. Saya katakan, itu tidak benar," katanya.
Aceh Sumatera Merdeka, kata Hamzah, memang butuh uang. Tapi, untuk mendapatkannya bukan dengan cara memeras. "Kalau ada yang ikhlas membantu, kami terima. Kami mencium ada pihak yang ingin menyudutkan posisi kami. Ini tindakan provokator. Kalau ada orang yang mengaku anggota GAM tapi memeras rakyat, perjuangannya sudah tidak betul lagi," katanya seraya berharap agar masyarakat mengenali orang-orang yang melakukan pemerasan.
Selain meminta dihentikannya tindakan pemerasan, Hamzah juga menyatakan agar kegiatan "eksploitasi" sumber daya alam untuk tujuan dijual ke luar daerah, dihentikan. "Seperti penebangan kayu, pasir hitam, pupuk. Jangan lagi diekspor. Ini harus menjadi perhatian," katanya tanpa menyebutkan alasan larangan. "Pokoknya hentikan saja," tambahnya.(*)
____________________________________________________________
WARKAH
Poli-tikus - Buat Wakil Rakyat Aceh
Yang terhormat wakil rakyat di Jakarta. Semoga Anda semuanya jujur dan adil dalam memilih presiden. Semoga Anda menjadi politikus sejati penyambung lidah rakyat, bukan "poli-tikus" yang ambisius melihat fulus. Sebab politikus dengan poli-tikus sangat jauh bedanya. Politikus akan memperjuangkan nasib rakyat yang diwakilinya. Berani berkata benar, menolak segala kemunafikan dan pembodohan. Katakanlah yang benar walaupun pahit.
Sebaliknya poli-tikus adalah menjadi wakil rakyat karena menjilat kepada penguasa, membeli kursi legislatif dengan uang. Jika sudah mejadi wakil rakyat tidak mau tahu lagi tentang nasib rakyat yang memilihnya, tetapi berpikir bagaimana supaya kursinya selamat sampai tua. Sekali ke Senayan selamanya di Senayan.
Orang-orang seperti itu profesinya mirip seperti tikus busuk. Mereka tak pernah menanam padi, tetapi makanannya padi, mereka tak pernah menanam sayur tetapi mereka makan sayur. Mereka tak pernah bekerja tetapi kenyang dalam gedung. Mereka hanya menjual ide untuk menipu rakyat. Kongkalikong dengan penguasa, KKN dengan konglomerat, bahkan turut menghalalkan segala cara.
Kerja poli-tikus memang sangat mirip dengan tikus-tikus di lumbung padi. Mereka memakan sekenyang-kenyangnya, sisanya (sekam) baru dilimpahkan untuk rakyat. Ada uang bantuan (utang) dari luar negeri, sebagian mereka kerat untuk pribadinya. Sangat licik dalam profesi mencuri harta rakyat, berkhianat kepada rakyat, tidak mau memperjuangkan rakyat yang telah memilihnya tetapi mereka menyelamatkan diri sendiri saja.
Jika tikus benaran sangat gemuk bila tiba musim panen, maka poli- tikus akan gemuk dan kenyang musim pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan presiden. Jika ada yang menyogoknya, langsung uang- uang itu mereka letakkan atas pintu hati nurani sehingga tertutup hati nuraninya. Dengan lembaran-lembaran uang itu boleh jadi poli- tikus yang dulu sangat anti status quo tetapi sekarang justru menjadi pendukung fanatik status quo.
Bila sudah menjadi poli-tikus mereka tak mau ke luar lagi dari lumbung padi itu. Mereka beranak pinak di sana. Sungguh sangat berbeda dengan politikus sejati. Mereka tidak melupakan aspirasi rakyat yang diwakilinya. Mereka tidak hanya pandai berkata, tetapi juga terjun langsung untuk membela rakyat yang melarat.
Banda Aceh, 17101999
Ameer Hamzah
|