NABLUS, Tepi Barat -- Merespon merebaknya frustrasi masyarakat
atas kekerasan yang terjadi, pemimpin Palestina Yasser Arafat mencoba
melakukan pendekatan baru untuk mengembalikan keamanan melalui
pengawasan senjata.
Arafat juga mengirimkan pasukan ke Nablus dan memerintahkan belasan
dealer senjata agar ditangkap. ''Nablus adalah test case, dan
kampanye senjata ilegal --masalah yang dimandatkan dalam perjanjian
damai dengan Israel-- akan diperluas ke kota-kota Palestina yang lain,''
kata Arafat.
Namun kebijakan Arafat ini tak lepas dari kritik. Para kritikusnya
mengatakan kampanye pelarangan kepemilikan senjata dilakukan setengah
hati dan tidak efektif.
Muncul juga kritikan bahwa para penyuplai senjata terbesar tak
ditangkap, karena mereka memiliki hubungan dekat dengan Pemerintahan
Arafat. Walid Shakah, putra dari Walikota Nablus, Ghassan Shakah,
dicurigai melakukan penjualan senjata pekan lalu. Walikota mengatakan
anaknya tak bersalah.
Khawatir akan mengakibatkan pertumpahan darah, polisi menjaga dua
wilayah penting kamp pengungsi Balata dekat Nablus dan pasar Nablus. Di
dua wilayah ini banyak terjadi penjualan senjata, namun senjata yanag
didapatkan dari kawasan ini hanya sedikit.
Para pemilik senjata mengatakan mereka menjadi target dari balas
dendam. Aktivis kampanye pengawasan senjata, Loay Abdo, menemukan pintu
besi rumahnya yang terletak di area pasar Nablus penuh bekas berondongan
peluru.
Di Balata, kota berpenduduk 20 ribu orang para dealer senjata
memiliki jaringan yang bagus. Mereka tetap bisa menjalankan operasi
penjualan senjata. Hanya beberapa bulan lalu, Balata adalah pasar
swalayan bagi pistol, senjata semi otomatis, dan amunisi. Para penjual
dengan bersemangat menunjukkan senjata mereka kepada pengunjung.
Pengaturan itu berawal dari peristiwa yang terjadi pada tanggal 15
September, saat dua aktivis Fatah dari Balata menghadiri pernikahan di
Nablus. Tuan rumah keluarga Abu Salhiyeh menuduh mereka menganggu tamu
wanita. Pertengkaran meningkat menjadi perkelahian.
Tiga hari kemudian tiga laki-laki dari Balata, menggunakan topeng dan
kostum Ninja, menerjang masuk di toko milik keluarga Abu Salhiyeh.
Mereka memberondongkan senjata.
Bashar Abu Salhiyeh, yang dituduh melakukan serangan sehari
sebelumnya terluka di kaki. Karena marah, belasan kerabat Bashar, juga
aktivis Fatah, bergerak ke pusat perkotaan, dan memberondongkan senjata
ke udara memaksa toko-toko di sekitarnya tutup selama beberapa jam.
Arafat merasa pameran senjata tersebut bergerak terlalu jauh dan
perlu dihentikan. Dia memerintahkan pasukan lain untuk bersiap siaga di
Nablus dan memerintahkan 17 tersangka lainnya untuk ditangkap.
Gubernur Nablus Mahmud Alul mengatakan anggota petugas keamanan dan
Fatah tak diizinkan membawa senjata ke rumah mereka. Namun dia mengakui
kampanye itu belum memenuhi keinginan penduduk Nablus. Dia mengatakan
bahwa polisi tak menyerang tempat-tempat penjual senjata untuk
menghindari pertumpahan darah. afp/roh