Republika Online edisi:
14 Oct 1999

Arafat Perintahkan Pengumpulan Senjata di Tepi Barat

NABLUS, Tepi Barat -- Merespon merebaknya frustrasi masyarakat atas kekerasan yang terjadi, pemimpin Palestina Yasser Arafat mencoba melakukan pendekatan baru untuk mengembalikan keamanan melalui pengawasan senjata.

Arafat juga mengirimkan pasukan ke Nablus dan memerintahkan belasan dealer senjata agar ditangkap. ''Nablus adalah test case, dan kampanye senjata ilegal --masalah yang dimandatkan dalam perjanjian damai dengan Israel-- akan diperluas ke kota-kota Palestina yang lain,'' kata Arafat.

Namun kebijakan Arafat ini tak lepas dari kritik. Para kritikusnya mengatakan kampanye pelarangan kepemilikan senjata dilakukan setengah hati dan tidak efektif.

Muncul juga kritikan bahwa para penyuplai senjata terbesar tak ditangkap, karena mereka memiliki hubungan dekat dengan Pemerintahan Arafat. Walid Shakah, putra dari Walikota Nablus, Ghassan Shakah, dicurigai melakukan penjualan senjata pekan lalu. Walikota mengatakan anaknya tak bersalah.

Khawatir akan mengakibatkan pertumpahan darah, polisi menjaga dua wilayah penting kamp pengungsi Balata dekat Nablus dan pasar Nablus. Di dua wilayah ini banyak terjadi penjualan senjata, namun senjata yanag didapatkan dari kawasan ini hanya sedikit.

Para pemilik senjata mengatakan mereka menjadi target dari balas dendam. Aktivis kampanye pengawasan senjata, Loay Abdo, menemukan pintu besi rumahnya yang terletak di area pasar Nablus penuh bekas berondongan peluru.

Di Balata, kota berpenduduk 20 ribu orang para dealer senjata memiliki jaringan yang bagus. Mereka tetap bisa menjalankan operasi penjualan senjata. Hanya beberapa bulan lalu, Balata adalah pasar swalayan bagi pistol, senjata semi otomatis, dan amunisi. Para penjual dengan bersemangat menunjukkan senjata mereka kepada pengunjung.

Pengaturan itu berawal dari peristiwa yang terjadi pada tanggal 15 September, saat dua aktivis Fatah dari Balata menghadiri pernikahan di Nablus. Tuan rumah keluarga Abu Salhiyeh menuduh mereka menganggu tamu wanita. Pertengkaran meningkat menjadi perkelahian.

Tiga hari kemudian tiga laki-laki dari Balata, menggunakan topeng dan kostum Ninja, menerjang masuk di toko milik keluarga Abu Salhiyeh. Mereka memberondongkan senjata.

Bashar Abu Salhiyeh, yang dituduh melakukan serangan sehari sebelumnya terluka di kaki. Karena marah, belasan kerabat Bashar, juga aktivis Fatah, bergerak ke pusat perkotaan, dan memberondongkan senjata ke udara memaksa toko-toko di sekitarnya tutup selama beberapa jam.

Arafat merasa pameran senjata tersebut bergerak terlalu jauh dan perlu dihentikan. Dia memerintahkan pasukan lain untuk bersiap siaga di Nablus dan memerintahkan 17 tersangka lainnya untuk ditangkap.

Gubernur Nablus Mahmud Alul mengatakan anggota petugas keamanan dan Fatah tak diizinkan membawa senjata ke rumah mereka. Namun dia mengakui kampanye itu belum memenuhi keinginan penduduk Nablus. Dia mengatakan bahwa polisi tak menyerang tempat-tempat penjual senjata untuk menghindari pertumpahan darah. afp/roh

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999