Artileri Rusia Serang Pengungsi Chechnya, 20 Tewas

GROZNY -- Serangan artileri Rusia dilaporkan telah menewaskan lebih dari 20 pengungsi Chechnya yang pada Sabtu malam lalu tengah melakukan perjalanan dari Gronzy ke kawasan utara yang dikuasai tentara federal.

Menurut kepala pemerintahan Presiden Chechnya Aslan Maskhadov, Apti Batalov, lima kendaraan diserang pada Sabtu malam lalu. Peristitwa ini terjadi di timur laut kota Petropavlovskaya, sekitar sepuluh kilometer dari Gronzy.

Batalov menyebutkan rombongan ini tengah menuju kawasan selatan Sungai Terek -- yang telah dikuasai Rusia sepenuhnya. Rusia memang tengah berupaya mendesak warga Chechnya untuk mengisi kembali tempat-tempat yang dikuasai Rusia dengan menjanjikan untuk mengembalikan aliran gas dan listrik ke zona tersebut.

''Mereka menyulut genocide terhadap rakyat kami, dengan menggunakan senjata yang telah dilarang masyarakat dunia,'' kata Batalov.

Sebelumnya, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) melaporkan Sabtu lalu serangan Rusia telah menewaskan sekurangnya 25 orang -- termasuk dua orang pekerja Palang Merah setempat -- dan mencederai 70 orang lainnya. Serangan roket Rusia ini terjadi pada Jumat lalu dan mengenai iring-iringan para pengungsi di Chechnya.

Sumber di Chechnya sendiri menyatakan Jumat lalu sekurangnya 50 orang pengungsi telah tewas. ICRC sendiri menyebutkan serombongan pengungsi yang berada di sebelah barat ibukota Cechnya, Gronzy, telah diserang Rusia, termasuk lima kendaraan bertanda Palang Merah.

''Lima kendaraan -- jelas-jelas ditandai dengan tanda Palang Merah,'' demikian bunyi pernyataan ICRC.

Komunike ICRC ini menambahkan Palang Merah ''amat terkejut atas serangan terhadap tanda dan staf Palang Merah.'' Komite ini, ''menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam pertempuran tersebut agar menghargai dan melindungi warga sipil, tidak menggunakan mereka demi tujuan militer, dan menghargai tanda dan staf Palang Merah.''

Keterangan ICRC ini dibantah keras oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Ivanov. Menurutnya, pesawat Rusia hanya menyerang ''teroris'' dan mencela berita-berita mengenai pengungsi yang dinilainya sebagai ''perang media'' yang disulut Chechnya.

Para komandan Rusia juga menyangkal mereka telah menyerang warga sipil Chechnya, baik dalam iring-iringan maupun mereka yang tengah berada di rumah mereka. Menurut mereka, objek yang diserang pesawat tempur Rusia adalah serombongan truk yang mengangkut para gerilyawan Chechnya.

Berita sebaliknya melaporkan kawasan di sebelah utara dan barat Gronzy terbakar Ahad pagi, setelah semalaman dihujani bom oleh pesawat tempur Rusia. Sekurangnya tiga gelombang serangan dilakukan malam tersebut.

''Sepanjang malam, tentara federal menggunakan bom, artileri berat, dan peluncur roket Grad di utara kota dekat bandara Sheikh Mansurt dan di barat laut kota Staropromyslovski,'' demikian pernyataan dari komando militer Chechnya.

Akibat serangan tersebut, hampir seluruh warga ibukota menghabiskan waktu malam mereka di basement atau tempat perlindungan bawah tanah yang dibuat untuk melindungi mereka dari pemboman.

Menurut komandan senior militer Chechnya, Isa Munayev, pesawat Rusia juga menyerang kota di sebelah selatan Gronzy, Chirzhsky. Tujuh orang dilaporkan tewas akibat serangan ini. Sedangkan 12 orang lainnya juga tewas dalam serangan di desa Urchalai.

Sebelumnya, sumber militer di Rusia menyatakan pada Interfax bahwa sejak Jumat malam hingga menjelang fajar, pesawat mereka melakukan sekitar 50 kali serangan. Tak hanya itu, sang sumber juga menyatakan bahwa serangan tersebut telah menewaskan sekitar seratus gerilyawan. Namun tak ada konfirmasi pihak lain mengenai hal ini.

Sementara itu lebih dari 190 warga Chechnya telah meninggalkan kampung halamannya dan menjadi pengungsi ke berbagai negara di bawah Rusia. Namun pekan lalu pemerintah federal Rusia telah mengunci seluruh perbatasan Chechnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa warga sipil lainnya terperangkap di tengah pertempuran dan hujanan bom.

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999