Republika Online edisi:
13 Oct 1999

Cina Dukung Aksi Rusia Soal Invasi ke Chechnya

GRONZY -- Cina menyatakan mendukung aksi Rusia terhadap Chechnya. Bagi Cina, masalah Chechnya adalah ''masalah internal Rusia''.

''Dengan menghargai upaya Pemerintah Rusia untuk menyelamatkan persatuan nasional, integritas nasional, dan stabilitas nasional, Cina menyampaikan pengertian dan dukungan kami,'' tutur juru bicara kementerian luar negeri Cina, Zhang Qiyue, kemarin.

Dukungan Cina ini datang setelah beberapa saat sebelumnya Kanselir Jerman Gerhard Schroeder mengkritik Rusia. Menurut Schroeder, ''Perang tidak bisa menjadi jawaban atas terorisme.''

Awal Oktober lalu, Cina-Rusia merayakan hubungan diplomatik mereka selama 50 tahun. Meski sempat terputus pada 1960, namun hubungan diplomatik keduanya tersambung kembali pada 1989.

Kemarin, sumber pejabat Pemerintah Rusia menyatakan gerilyawan Chechnya mempersiapkan serangan terhadap instalasi nuklir Rusia. Ia juga menyebutkan para gerilyawan akan melakukan serangan ''tabrak lari'' terhadap pasukan federal di Chechnya. Namun ia sendiri tak menyebutkan dasar perkiraan tersebut.

Senin lalu, komando batalyon ke-58 Rusia, Jenderal Vladimir Shamanov, menyatakan ''membunuh Basayev akan menjadi semacam medali kehormatan bagi pasukannya''. Shamanov menyatakan hal itu dalam sebuah pertemuan dengan tokoh senior Chechnya di kawasan Nadterenchny.

Pada kesempatan itu, Shamanov mengaku telah berhasil mengepung dan memojokkan panglima perang Chechnya, Shamil Basayev, di sebuah desa Goragorsky, Chechnya. Namun klaim ini ditampik Gronzy.

Kawasan Nadterenchny disebut Moskow menjadi wilayah pertama yang dikuasai pasukan federal Rusia di bagian selatan sungai Terek. Sejak pasukan Rusia melakukan perebutan kembali wilayah Chechnya, sungai Terek telah berubah menjadi zona pembagi antara wilayah yang dikuasai pasukan Republik Chechnya di sebelah selatan dan pasukan federal Rusia yang menguasai wilayah utara sungai Terek.

Pada hari yang sama, Basayev mengancam akan melancarkan serangan anti-teroris besar-besaran terhadap Rusia. Hal itu akan dilakukannya jika Rusia tidak menghentikan serangan militer ke Chechnya.

''Kepemimpinan Rusia akan segera punya kesempatan untuk mendemonstrasikan bagaimana mereka melawan terorisme terhadap warga Rusia,'' ujar Basayev.

''Ini akan segera terjadi. Saya punya cukup orang dan perlengkapan untuk melakukan operasi semacam itu,'' tambahnya.

Basayev menarik perhatian internasional pada Juni 1995 ketika memimpin serangan heroik di Budennovsk, kota di selatan Rusia. Serangan ini menjatuhkan moral Rusia sehingga akhirnya terjadi gencatan senjata sementara. Perang Chechnya yang dimulai pada 1994 ini berakhir Agustus 1996. Rusia terpaksa membiarkan Chechnya menyatakan kemerdekaannya secara de facto.

Basayev dan bawahannya, Letnan Khattab, kemudian disebut-sebut sebagai pelaku utama dibalik penyusupan ke Dagestan pada Agustus dan September lalu. Penyusupan ini dilakukan oleh para gerilyawan yang berkeinginan untuk mendirikan negara Islam Chechnya dan Dagestan, seperti halnya terjadi pada abad ke-19.

Kedua tokoh itu lebih lanjut dituduh Moskow mengotaki aksi pemboman sejumlah apartemen di ibu kota Rusia pada bulan lalu. Namun Basayev dan Khattab menyangkal tuduhan tersebut.

Meski Maskhadov menjaga jarak dari aktivitas Basayev dan Khattab, ia terpaksa untuk bergabung kembali dengan keduanya dan para panglima perang lainnya -- yang selama ini telah merongrong kekuasaannya. Pasalnya, usul Maskhadov untuk melakukan perundingan damai dengan Presiden Boris Yeltsin telah ditolak Moskow.

Sementara itu, hingga Ahad lalu serangan udara dan altileri Rusia di Chechnya sejak 5 September lalu telah mengakibatkan tewasnya lebih dari 700 orang. Sepuluh desa dilaporkan telah benar-benar hancur dalam sejumlah serangan selain 70 sasaran yang dicurigai.

''Antara 5 September hingga 10 Oktober, pemboman dan serangan Rusia di Chechnya, yang menjadikan sebagian besar daerah perbatasan sebagai sasaran, mengakibatkan 700 orang tewas,'' ujar salah seorang juru bicara Maskhadov. n afp/ant/yyn

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999