DI TANGAN MEREKA, NASIB 21 SANDERA

CONTENTS

Muslim World News On-line

Date of Publication: May 2000
INDONESIAN MUSLIMS FOR GLOBAL PEACE AND JUSTICE

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


DI TANGAN MEREKA, NASIB 21 SANDERA


MANILA-Sebelumnya, nama Rajab Azzarouk dan Ghazali Ibrahim tak dikenal di dunia internasional. Tapi sejak tiga hari terakhir, mereka menjadi buah bibir. Di tangan mereka, nasib 21 sandera yang kini disekap kelompok pejuang Muslim Abu Sayyaf, dipertaruhkan.

Azzarouk adalah mantan Dubes Libya untuk Filipina. Dan jika kini ia menawarkan diri untuk membantu membebaskan para sandera yang disekap Abu Sayyaf, itu tak lain karena ia punya pengalaman dalam hal seperti ini.

Asal tahu saja, beberapa waktu lampau ia pernah sukses membebaskan sandera dari tangan gerilyawan Muslim di Filipina Selatan. Oleh Manila, ia bahkan dipercaya sebagai ketua juru runding, menggusur bos MNLF Nur Misuari.

Beberapa tahun lalu, Azzarouk dan putra pemimpin Libya Muammar Khadafi, Saifulislam, pernah mengunjungi Camp Abubakar, markas kelompok gerilyawan Front Pembebasan Islam Moro (MNLF). Kala itu, mereka berhasil meyakinkan para gerilyawan agar membuka perundingan damai dengan pemerintah.

Dan seperti dikatakan pembantu senior Estrada, Robert Aventajado, kedatangan Azzarouk ke Filipina adalah atas permintaan Saifulislam, putra Khadafi. "Saifulislam Khadafi adalah ketua Yayasan Amal Internasional Khadafi yang mensponsori proyek-proyek kemanusiaan di seluruh dunia," kata Azzarouk.

Di antara proyek-proyek itu, kata Azzarouk, terdapat di Provinsi Sulu, Filipina Selatan. "Di sana kami telah mengembangkan pusat-pusat pengobatan, sekolah kejuruan, panti asuhan dan masjid. Kami ingin semua proyek itu berjalan sebagaimana mestinya. Karena hal itulah yang akan mendorong stabilitas kawasan ini."

Lalu siapakah Ghazali Ibrahim? Ia adalah sosok ulama yang sangat dihormati di kalangan umat Islam Filipina. Karena itulah, Pemerintah Filipina menilai Ibrahim sebagai orang yang tepat untuk menjadi juru runding bagi penyelesaian krisis sandera di Filipina Selatan.

Satu hal yang membuatnya optimistis adalah fakta bahwa ia kenal dengan sejumlah pemimpin kelompok gerilyawan Abu Sayyaf. Malah dengan Ghalib Andang -seorang pemimpin Abu Sayyaf yang berjuluk Komandan Robot- Ibrahim mengaku sangat akrab. Maklum, keduanya adalah teman sepermainan waktu masih anak-anak.

Karena itu, tak berlebihan jika Ibrahim menyebut tugas ini ibarat reuni dengan teman-teman sebayanya waktu kecil. Dan layaknya reuni, Ibrahim pun bertekad menemui mereka secara langsung. "Langkah pertama saya adalah mengupayakan kontak dengan mereka, kemudian meminta kesediaan mereka untuk melakukan pertemuan dengan kami," kata pria berusia 67 tahun yang juga menjabat sebagai Direktur Pembinaan Agama Islam dan Bahasa Arab di Sulu.

Menurut Ibrahim, Estrada memang memintanya untuk membuka jalan ke arah pertemuan antara Abu Sayyaf dengan juru runding pemerintah. Permintaan ini disampaikan setelah pemimpin Filipina itu menerima tuntutan tertulis dari kelompok Abu Sayyaf bahwa dewan ulama Provinsi Sulu-Pulau Jolo termasuk dalam provinsi ini-harus memainkan peran kunci dalam perundingan.

Dan Ibrahim memang tinggal di Jolo. Di sebuah rumahsederhana, lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir initinggal bersama istri dan lima anaknya. n afp/hid


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

(DI-12/05/00)


Source : Republika 11/05/00