GAM Rampas Pistol, Aparat Gelar Sweeping

CONTENTS

Update: 23.33 Wib Minggu, 24 Oktober 1999

AGAM Rampas Pistol, Aparat Gelar Sweeping


Serambi-Sigli
Aparat keamanan melancarkan sweeping (pembersihan) di kawasan Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, menyusul perampasan senjata milik anggota intel Kodim setempat oleh seorang anggota Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM). Dalam sweeping itu, Ismail Hasan (31) Kepala Desa Bluek Wakeuh mengalami cedera dan kini dirawar di RSU Sigli.

Perampasan senjata milik anggota TNI itu terjadi Kamis (21/10) lalu. Sejak saat itu, hingga Sabtu kemarin aparat melakukan "pembersihan". "Sebelum pistol itu ditemukan, aparat tetap melakukan pembersihan," kata Dandim Letkol Inf Iskandar MS kepada Serambi, Sabtu (23/10).

Keterangan yang dikumpulkan menyebutkan, Kamis lalu salah seorang anggota intel Kodim mencari seseorang di Desa Gapui. Kabarnya, orang yang dicari itu selama ini diidentifikasi sebagai salah seorang anggota Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM).

Kebetulan warga yang dicari anggota intel itu, lewat di kawasan tersebut. Ketika itu, terjadilah perkelahian antara mereka berdua. Versi masyarakat menyebutkan, sebelum terjadinya perkelahian anggota Kodim sempat mengacungkan pistol ke arah anggota GAM yang sudah berada di depannya.

Anggota AGAM yang mendapat ancaman pistol, segera mengangkat tangan sebagai tanda menyerah. Entah bagaimana, pistol yang berada di tangan anggota Intel Kodim, berhasil dirampas setelah melalui proses perkelahian sengit. "Kami sangat takut, senjata pistol sempat meletus ketika mereka berkelahi," kata seorang warga.

Sementara Dandim Iskandar menyebutkan, senjata yang ada pada anggotanya dirampas setelah terjadi penodongan oleh salah seorang anggota AGAM wilayah itu. Senjata pistol tersebut kini sudah dibawa kabur. Sedangkan anggota intel Kodim kembali ke markas dan melaporkan peristiwa yang baru saja ia alami kepada atasannya.

Ketika terjadi penodongan, tambah Iskandar, anak buahnya memberikan perlawanan. Tapi, karena hanya seorang diri sehingga agak kepayahan. Akhirnya, berhasil meloloskan diri dari sergapan anggota GAM, sementara pistol dirampas. "Kami akan terus mencari pistol itu," katanya.

Juru bicara AGAM wilayah Pidie, Abu Razak melalui saluran telepon ke redaksi Serambi, malam tadi mengatakan pistol jenis FN merupakan hadiah salah seorang Intel Kodim kepada seorang pasukannya. "Senjata itu bukan kami rampas, tapi merupakan hadiah mereka," katanya.

Abu Razak mengaku, senjata tersebut kini sudah berada di tangan pasukannya. Karena itu, aparat tak perlu lagi mencari di lokasi terjadinya perkelahian. "Saya berharap aparat tak menyakiti keluarga AGAM dan warga tak bersalah. Karena kami juga akan bisa menyakiti keluarga aparat," katanya sambil memutuskan hubungan telepon.

Digeledah

Beberapa saat setelah perampasan senjata itu, aparat melakukan pembersihan di Desa Gapui dan sekitarnya. Sejumlah rumah penduduk, kedai/kios digeledah dan sejumlah warga dipukuli. Termasuk Kades Bluek Wakeuh, Ismail Hasan mendapatkan perlakuan kasar. "Saya dikeroyok ramai-ramai oleh aparat. Padahal saya tak tahu apa-apa, karena kejadian itu di luar desa saya," kata Ismail ketika ditemui Serambi di RSU Sigli, kemarin.

Menyangkut dengan pemukulan seorang kepala desa, menurut Dandim Iskandar, hingga kini pihaknya belum mendapatkan laporan resmi. Pihaknya mengaku belum mendapatkan laporan dari bawahannya, yang kini sedang berada di lapangan mencari anggota AGAM yang telah merampas pistol milik salah seorang anggotanya.

Masyarakat setempat mengaku sangat ketakutan ketika aparat melakukan penggeledahan terhadap sejumlah rumah penduduk. Dilaporkan, sejumlah pintu rumah dan kedai dalam kondisi rusak. Begitu pula, sejumlah warga yang kena pukul dan mendapatkan perlakuan kasar lainnya kini sudah mengadu ke LSM dan posko mahasiswa.

Kepala Mukim Grong-grong, H Umar Nafi kepada Serambi mengatakan, tokoh masyarakat setempat sangat menyesalkan atas perlakukan aparat terhadap masyarakat setempat. Seperti yang dialami Kades Bluek Wakeuh, Ismail Hasan. "Ia itu tak tahu apa-apa, tapi kenapa harus diperlakukan sekejam itu," ungkapnya.

Menurut H Umar, pembersihan merupakan hak aparat. Tapi mereka tak boleh semena-mena terhadap rakyat yang tak bersalah. "Janganlah warga tak berdosa yang menjadi sasaran. Kalau ada yang merampas senjata, orang itulah yang dicari. Bukan rakyat yang tak tahu apa-apa disakiti," katanya.(tim)

_______________________________________________

Kaum Ibu Peusangan Demo, Warga A Timur Berkonvoi


Serambi-Banda Aceh
Ratusan kaum ibu di Kecamatan Peusangan, Kabupaten Aceh Jeumpa, Sabtu (23/10), melancarkan demontrasi ke Mapolsek setempat. Sementara ribuan warga Aceh Timur berkonvoi kendaraan di sepanjang jalan raya hingga perbatasan Sumut, sekitar 125 km. Kaum Hawa di Peusangan berdemontrasi menyusul penangkapan terhadap dua warga yang ditangkap aparat keamanan. Menurut taksiran, demo yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB itu diikuti lebih-kurang 400 orang.

Kepada Kapolsek Peusangan, Lettu Pol Ilyas Hasballah, mereka mempertanyakan bagaimana nasib Tgk Zakaria (warga Desa Krueng Baro Mesjid) dan Iswandi (warga Gampong Putoh), Peusangan. Ketika Ilyas Hasballah mengaku tidak mengetahui soal penangkapan kedua warga itu, ratusan warga dari empat desa itu menangis histeris.

Mereka meminta agar aparat melepaskan kedua "saudaranya" itu karena sepengetahuan mereka, yang ditangkap tidak punya salah apa-apa. Seperti Tgk Zakaria, kata mereka, sehari-hari hanya sebagai guru ngaji. "Jika tidak ada kejelasan, kami akan bertahan di kantor polisi," seru sejumlah kaum ibu.

Kapolsek dengan serius menyatakan tidak mengetahui aksi penangkapan itu, dan minta kaum ibu mau mempercayainya. Jawaban itu, semakin merisaukan kaum ibu, karena menurut mereka, kapolsek pasti mengetahui setiap adanya penangkapan di daerahnya. "Saya betul-betul tidak tahu. Percayalah sama saya," ujar kapolsek seraya berjanji akan mengeceknya.

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Almuslim Peusangan dan Gabungan Aksi Mahasiswa Almuslim untuk Rakyat (Gamaur) Peusangan, juga hadir ke Mapolsek setelah mengetahui adanya aksi demo itu. Para mahasiswa hanya ingin kejelasan tentang keberadaan nasib ke dua warga Peusangan yang ditangkap itu. "Kami ingin mengetahui, karena informasi yang masih simpang siur. Jika sudah jelas, tentu warga desa tidak resah lagi," tanggap salah seorang aktivis mahasiswa kepada Serambi seusai bertemu kapolsek.

Menurut Wakil Ketua BEM PT Almuslim Yusmadi, karena kapolsek dengan terus terang mengaku tidak mengetahuinya, maka sejumlah mahasiswa menghadap Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal di Lhokseumawe. Kapolres membenarkan bahwa aparat keamanan hanya mengamankan Tgk Zakaria dan masih dalam pemeriksaan pihaknya. Sedangkan tentang Iswandi, kapolres menyangkal telah menangkapnya, karena yang bersangkutan berhasil meloloskan diri.

Hasil pertemuan dengan kapolres oleh mahasiswa disampaikan kepada kaum ibu yang masih bertahan di Mapolsek Peusangan. Kendati belum ada kejelasan tentang Iswandi, kaum ibu akhirnya bersedia kembali ke rumah masing-masing sekitar pukul 18.30 WIB. Namun kaum ibu tetap mempertanyakan raibnya Iswandi, karena aparat keamanan membawa serta Iswandi bersama Tgk Zakaria.

Sementara itu, Abu Ham yang mengaku anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Batee Iliek, kepada Serambi melalui telepon, tadi malam menegaskan, dua warga Peusangan yang ditangkap aparat keamanan itu, disebutnya, bukan anggota GAM. Sementara itu, ribuan warga Aceh Timur dengan mengendarai 500-an truk, mopen, dan sepeda motor berkonvoi mulai dari Simpang Ulim (perbatasan Aceh Timur-Aceh Utara) hingga ke Kejuruan Muda (perbatasan Aceh-Sumut) --sekitar 125 km-- pulang pergi. Pawai sosialisasi syariat Islam dan referendum itu diikuti berbagai kalangan, di antaranya ulama, pegiat LSM, thaliban, pemuda/pelajar, dan mahasiswa Aceh Timur. Panjang konvoi kendaraan yang mencapai 5 km itu diperkirakan diikuti hingga 40.000 ribu orang. Sehingga memecah rekor pawai akbar yang pernah terjadi di Aceh Timur.

Pawai berlangsung tertib, meriah, sekaligus Islami. Para mahasiswi dan kelompok wanitanya yang berjumlah sekitar 300-an ditempatkan dalam truk/mobil terpisah dengan laki-laki. Sebagian besar massa memakai ban kepala bertulis "Referendum". Pada sejumlah truk/mobil dipasangi spanduk-spanduk referendum.

Sebelum berkonvoi, massa yang dikoordinir Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Langsa itu kumpul di lapangan Merdeka, Langsa, sekitar pukul 9.00 WIB. Mereka menggelar orasi dan doa bersama selama 1,5 jam. Karena lapangan Merdeka dan jalan-jalan di sekitarnya tak mampu menampung massa yang begitu banyak. Sehingga sebagian besar truk/mobil terpaksa parkir di jalan-jalan protokol di Langsa seperti Jalan Panglima Polem, A Yani, dan lainnya.

Kendaraan pawai itu memang sempat membuat macet arus lalu lintas di jalan raya Banda Aceh-Medan itu selama beberapa jam. Kantor-kantor pemerintahan ditutup, terutama kantor di sekitar Lapangan Merdeka. Ratusan pegawai negeri ikut menonton dan mendengar orasi di sekeliling Lapangan Merdeka.

Orasi disampaikan aktivis-aktivis kampus secara bergantian, antara lain, Ray Iskandar, Hamdani, Syahrul Amri, Lukman, Saiful Bahri, dan lainnya. Mereka meneriakkan yel-yel "Hidup Reformasi!", "Hidup Aceh!", "Hidup Islam!", dan "Allahu Akbar!". Mereka mendesak Presiden Gus Dur dan Wapres Megawati untuk membuktikan "perhatian"nya kepada rakyat Aceh. "Hanya referendum, satu-satunya cara menyelesaikan masalah Aceh. Ini permintaan seluruh rakyat Aceh, dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Pemerintah jangan lagi bersikap tuli. Dengar ini!" teriak Saiful.

Kepada Serambi, Ketua HMI Cabang Langsa, Ray Iskandar mengatakan, kehadiran massa yang mencapai 40.000-an itu diluar dugaan panitia. Dalam undangan yang mereka sebarkan, dicantumkan jumlah massa lebih kurang sekitar 1.000-5.000 jiwa. "Tapi, ternyata yang datang luar biasa banyaknya," kata Ray.

Menurut Ketua Panitia Pawai Akbar, Syamsuddin, panitia tidak memberi ongkos, baik transpor dan lain-lain, untuk setiap kendaraan peserta pawai akbar tersebut. Diakuinya, digelarnya pawai akbar tersebut merupakan gagasan dan saran dari ulama-ulama dayah di Aceh Timur. HMI, mahasiswa, dan sejumlah LSM hanya sebagai pelaksana.

Ketika berlangsungnya pawai, hubungan transportasi dari Langsa ke wilayah barat, nyaris lumpuh total. Sejumlah Mopen dan mobil pribadi dari arah Lhokseumawe, Aceh Utara, yang akan menuju Langsa, di Idi Rayeuk, terpaksa kembali ke arah Aceh Utara. Hingga sore harinya, hanya dua tiga Mopen dari Langsa ke wilayah barat dan sebaliknya, yang beroperasi. Sementara, sejumlah kedai kopi, kantor pemerintahan, maupun toko-toko yang ada di Idi, Simpang Ulim, Peureulak, dan kecamatan wilayah barat, umumnya tutup. Di kawasan Kecamatan Julok, sejumlah anggota TNI berjaga-jaga. Sementara, di sepanjang jalan rute konvoi, umumnya hanya aparat kepolisian yang melakukan penjagaan sekaligus menertibkan lalu lintas. (tim/non/tam/an)

_______________________________________________

Kepala Satpam PT AIT Tewas Didor


Serambi-Banda Aceh
Usman Amin, Kepala Satpam PT AIT tewas didor orang tak dikenal ketika bersama rekannya berada di kaki lima pertokoan di Desa Lhok Timon, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Barat, Sabtu (23/10) dinihari sekitar pukul 00.30 WIB. Sumber-sumber di Mapolsek Setia Bakti mengatakan polisi sedang menangani kasus tersebut. "Siapa pelaku penembakan itu sedang dilakukan penyelidikan," kata sumber kepolisian.

Beberapa warga di Kecamatan Setia Bakti mengatakan penembakan terhadap penduduk Desa Lhok Timon itu terjadi sangat cepat. Setelah melepaskan empat kali tembakan, pelaku yang menggunakan mobil langsung menghilang dari lokasi. Menurut masyarakat setempat, sewaktu insiden itu terjadi sebagian pedagang yang berjualan di Pasar Lhok Timoh itu sudah menutup tokonya dan hanya tinggal dua atau tiga warung yang masih dibuka. Sementara korban bersama sejumlah temannya duduk depan kaki lima deretan pertokoan yang tidak jauh dari rumahnya.

Ketika sedang ngobrol, tiba-tiba datang orang tak dikenal dan langsung melepaskan tembakan dan mengena tubuh Usman Amin. Akibatnya Kepala Satpam PT AIT Rigaih itu roboh bersimbah darah dan diperkirakan langsung meninggal di tempat kejadian. Masyarakat Desa Lhok Timon yang masih berada di sekitar tempat kejadian lari terbirit-birit menyelamatkan diri. Baru setelah pelaku penembak menghilang dan situasi sudah aman mereka kembali ke tempat kejadian selanjutnya mengangkat jenazah korban ke rumahnya berjarak beberapa meter dari lokasi terjadinya penembakan.

Menurut masyarakat setempat, korban baru beberapa bulan lalu pindah rumah dari kawasan Raneung Desa Lhok Geulumpang ke Pasar Lhok Timon Rigaih. Jenazah korban setelah divisum tim medis dari Puskesmas Lageun Kecamatan Setia Bakti, dikebumikan di kawasan Ranueng Sabtu (23/10) siang.

Dikejutkan

Sementara itu, masyarakat Keude Kruenggeukuh, Aceh Utara, Jumat (22/10) pukul 17.00 WIB, mendadak kaget menyusul terdengarnya tembakan di sekitar pabrik PT Asean Aceh Fertilizer (AAF). Warga yang saat itu sedang tidak punya kegiatan melimpah ke jalan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Kendati hanya terdengar satu kali tembakan, tak urung menimbulkan tanda tanya warga. "Kami sedang minum di warung kopi ketika tembakan itu terdengar. Suaranya keras sekali," kata seorang warga Keude Kruenggeukuh. Belakangan, warga baru mengetahui ternyata tembakan itu berasal dari sekitar pabrik PT AAF. Disebutkan, tembakan tersebut dilepaskan aparat keamanan ke udara untuk membubarkan remaja tanggung yang sering mengumpulkan ceceran pupuk. Keterangan ini dibenarkan oleh sumber Serambi di Polsek Dewantara. "Tapi sebelumnya, aparat sudah mengingatkan secara lisan," ungkap sumber tersebut.

Sementara itu, rumah milik, Paijo, karyawan Bank Indonesia, di dusun Ujong Gampong, Desa Paya Punteut, Kecamatan Muara Dua, dilempari bom molotov. Dalam kejadian Sabtu (22/10), sekitar pukul 20.00 WIB, tidak ada korban jiwa, begitu juga rumah tidak sempat terbakar, karena ada penghuninya.

Pelaku diduga menggunakan kendaraan roda dua, setelah bom dilempar, pelakunya melarikan diri. Dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa, kecuali bagian depan (pintu) saja yang mengalami kerusakan dan kehitam-hitaman. (tim/j/u)

_______________________________________________

Masalah Aceh Ditangani Khusus Presiden Gus Dur


Serambi-Jombang
Presiden KH Abdurahman Wahid mengatakan masalah Aceh akan ditangani sendiri olehnya secara khusus. Sementara soal Ambon, Irja, dan Riau merupakan tugas yang akan ditangani Wapres Megawati. "Pokoknya mengurusi bagian yang tidak enak-enak," kata Kepala Negara dalam acara syukuran di Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Sabtu petang yang dihadiri keluarga besar KH Abdurrahman Wahid dan para santri kota Jombang. "Selain mengurusi masalah Aceh, saya juga mengurusi masalah pembangunan ekonomi kita, dan mengatasi masalah pangan serta menggarap masalah kelautan," kata Kepala Negara yang akrab disapa Gus Dur ini.

Menurut Presiden, untuk menggarap masalah kelautan ini ia akan membentuk departemen urusan pengembangan eksploirasi kelautan. "Sebab laut kita itu kaya raya tetapi angkatan lautnya miskin," kata Presiden. Karena Angkatan Laut Indonesia miskin, tambah Kepala Negara, maka kekayaan lautnya dijarah orang lain. "Sekarang ini kita harus membuat angkatan laut yang kuat," ujar KH Abdurrahman Wahid.

Dengan membangun angkatan laut yang kuat, Presiden menyatakan nantinya Indonesia akan kembali menjadi bangsa maritim. "Jangan lagi seperti kemarin kita dipengaruhi kebudayaan Mataram," kata Kepala Negara. Nanti, tambah Presiden, kebudayaan Indonesia akan kembali dipengaruhi kebudayaan laut zamannya Bugis, Aceh, zamannya Tarumanegara, Jepara, Dipatiunus. "Jadi kita kembali kepada masa lampau kita, jaya di laut," katanya. Dengan begitu, tambah Presiden, Indonesia ingin menjadikan semboyan "nenek moyangku orang pelaut" menjadi kenyataan. "Kenapa, sebab 75 persen wilayah kita ini laut dan tidak pernah digarap," katanya.

Menurut Presiden, nelayan Indonesia hidupnya adalah yang paling miskin. "Dan itu tidak boleh terjadi lagi, harus diusahakan agar penghasilannya meningkat," kata KH Abdurrahman Wahid.

Bila lautannya telah digarap dengan baik, dan tidak ada KKN, Insya Allah, Indonesia akan kuat sebagai suatu bangsa. "Penghasilan kita akan bertambah, begitu juga penghasilan perorangannya, dengan demikian kemampuan daya belinya juga meningkat," tambahnya. Presiden KH Abdurrahman Wahid pada hari ketiga kepresidenannya untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar kota Jakarta dengan mengunjungi Pati, Jawa Tengah dan Jombang, Jawa Timur.

Di Jombang, kota kelahirannya, Kepala Negara mengadakan ziarah ke makam neneknya, KH Hasyim Ashari dan makam ayahnya, KH Wahid Hasyim yang berada di komplek Pondok Pesantren Tebuireng. Kepala Negara yang didampingi Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid kemudian melakukan ziarah ke makam Bapak mertuanya serta berziarah ke makam KH Bisri Syamsuri (bapak dari ibunya KH Abdurrahman Wahid). Sedang di Pati, Kepala Negara mengadakan acara Khatam Alqur'an di Desa Kajen.(ant)

_______________________________________________

Ghazali tentang Sharing Power

Aceh tak perlu Menteri, tapi Hentikan Kekerasan


Serambi-Banda Aceh Anggota MPR asal Aceh, Drs Ghazali Abbas Adan mengatakan masyarakat Aceh tidak membutuhkan jabatan menteri dalam sharing power pemerintahan kabinet Presiden KH Abdurrahman Wahid. Sedangkan kalangan Hipmi Aceh menilai, pemberian jabatan menteri kepada putra Aceh diperlukan untuk menyejukkan masyarakat yang selama ini kecewa berat terhadap pusat. "Yang paling penting bagi masyarakat Aceh adalah hentikan segera kekerasan oleh negara terhadap rakyat sipil. Juga adili siapa saja pelanggar HAM baik semasa maupun pasca-DOM," kata Ghazali, salah- seorang vokalis di SU-MPR yang baru lalu kepada Serambi, Sabtu (23/10).

Bahkan, anggota dari FPPP itu mengatakan pemerintah Abdurrahman Wahid dapat memberikan kesempatan kepada rakyat menyelesaikan konflik melalui referendum secara damai. "(Jadi) rakyat Aceh tidak membutuhkan menteri," katanya. Ghazali menyampaikan itu sehubungan dengan munculnya sementara elit politik asal Aceh di Jakarta agar dalam kabinet pemerintahan Abdurrahman Wahid ada menteri yang berasal dari Aceh. Ia mengatakan kini banyak warga Aceh di Jakarta yang sangat kecewa terhadap wakil-wakil tanah rencong di DPR/MPR karena tidak kompak menyuarakan kepentingan rakyat Aceh dalam forum SU MPR baru-baru ini.

"Beberapa pemuda Aceh mendatangi saya tadi sore untuk menyampaikan kekecewaan mereka terhadap utusan-utusan rakyat Aceh dalam sidang umum lalu. Para pemuda kita itu menilai, kebanyakan wakil rakyat Aceh dalam sidang umum tersebut, hanya berperan sebagai petualang politik," kata mantan "Abang Jakarte" itu.

Sehubungan dengan tidak puasnya rakyat Aceh terhadap hasil SU MPR, baru-baru ini, Ghazali Abbas kembali menegaskan, apabila pemerintahan Gus Dur-Mega, tidak segera menghentikan sekaligus mengusut kekerasan oleh negara terhadap rakyat serta tidak menyahuti tuntutan referendum rakyat Aceh, maka kepada daerah Aceh harus sesegera mungkin diberikan status otonomi khusus. Otonomi khusus yang harus diberikan, menurut Ghazali, adalah kewenangan penuh untuk mengatur kehidupan beragama, politik, hukum, ekonomi, serta budaya. Pemerintah Pusat hanya berwenang mengatur bidang-bidang; luar negeri, pertahanan keamanan dari ancaman luar negeri, dan soal moneter.

"Ini yang diperlukan oleh rakyat Aceh. Bukan jabatan menteri. Jika merasa diri sebagai pejuang bagi rakyat Aceh, siapa pun harus berani menolak tawaran menjadi menteri," tegas Ghazali. Substansi pernyataan Ghazali itu, sebenarnya telah disampaikannya dalam forum sidang pengesahan Tap MPR, baru-baru ini. Perjuangan Ghazali agar penyelesaian kasus Aceh ditetapkan dalam BAB tersendiri dalam Tap MPR, ternyata tak dikabulkan oleh majelis. Karena itu, Ghazali melakukan walk-out (keluar) ruangan sidang sebelum Dr Amien Rais mengesahkan Tap MPR itu.

Putra Aceh

Sementara itu, ketua Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD-HIPMI) Aceh, Firmandez,SE, melalui rilis yang dikirim ke redaksi Serambi, tadi malam, menyatakan harapannya agar pemerintahan Abdurrahman Wahid-Megawati Soekarnoputri, melibatkan putra Aceh dalam kabinetnya. BPD-HIPMI Aceh menawarkan nama-nama putra Aceh yang mereka nilai layak menjadi menteri, antara lain; Prof Dr Amin Aziz, Dr Hasballah M Saad, Drs Ghazali Abbas Adan, Dr Mukhtar Aziz, Dr Nazaruddin Syamsuddin, Drs HM Kaoy Syah MEd, dan Drs Abdullah Puteh.

Menurut HIPMI Aceh, dengan ditempatkan putra-putra terbaik Aceh dalam kabinet baru nanti, akan dapat menyejukkan hati rakyat Aceh yang selama ini telah kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pusat. "Bila harapan ini tidak direspon, saya khawatir akan terjadi gejolak baru yang lebih dahsyat dibandingkan aksi yang tengah berlangsung di Sulawesi," kata Firmandez.

Anti maksiat

Sedangkan kelompok aktivis yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa Anti Maksiat (GAMAM) di Banda Aceh juga menyampaikan siaran pers yang diteken koordinator sementara majelis pekerjanya, Hasnanda Putra Aceh, kepada redaksi Serambi, tadi malam, dengan menyebutkan rakyat Aceh sepakat bahwa referendum adalah solusi terbaik bagi penyelesaian kasus Aceh. GAMAM yang mengaku gerakannya murni independen "bersenjata" moral itu menyerukan seluruh rakyat Aceh untuk ikut aktif memberantas maksiat di lingkungan masing-masing. Mereka mengultimatum kepada seluruh pihak yang terlibat dan membuka usaha-usaha hiburan berbau maksiat untuk segera menghentikan aktifitasnya. GAMAM akan terus melaksanakan aksi demi terwujudnya semangat "keu jroh nanggroe mulai" MP-GAMAM.(ram)

_______________________________________________

Pak Syam Prihatinkan Warga Trans Hengkang


Serambi-Banda Aceh
Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud menyatakan rasa prihatin atas laporan kepergian ribuan jiwa warga transmigran dari perbagai lokasi transmigrasi karena alasan terganggunya keamanan. "Kepergian transmigran dari Aceh itu cukup memprihatinkan dan saya sangat menyesalkan sikap serta tindakan sementara pihak yang memprovokasi mereka untuk meninggalkan lokasi," katanya ketika melantik Kakanwil Deptran dan PPH Aceh, di Banda Aceh, Sabtu. Drs Hanafiah Abbas MM dilantik menjadi Ka Kanwil Deptrans dan PPH Aceh menggantikan Drs Suyoko Darsowiyoto yang memasuki masa pensiun.

Dikatakannya, awal mula perginya para warga trans dari Aceh itu, berkaitan dengan terjadinya berbagai aksi kerusuhan, intimidasi dan teror yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, sehingga menyebabkan ribuan transmigran mengungsi dan ada di antaranya yang pulang ke daerah asal.

Padahal, kata Syamsuddin, kehadiran program transmigrasi di Aceh telah memberikan konstribusi yang nyata bagi pembangunan fisik maupun non fisik, antara lain terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, terbukanya isolasi daerah serta tumbuhnya desa-desa baru dan meningkatnya status sosial masyarakat transmigran dan warga di sekitarnya. "Banyak sisi manfaat atas kehadiran warga trans di Aceh, yakni terbentuknya pusat pertumbuhan ekonomi baru dan dapat meningkatkan wawasan kebangsaan," ucap Syamsuddin Mahmud.

Di pihak lain, gubernur menegaskan bahwa "pengusiran" warga trans dari tanah "rencong" itu bukan merupakan sikap dan tindakan masyarakat Aceh. "Tindakan seperti itu, bukanlah merupakan sikap seluruh rakyat Aceh yang kental dengan nuansa Islami, karena dalam Islam sangat menghormati hak azasi manusia dan sudah sejak dahulu masyarakat Aceh moderat dan terbuka terhadap kehadiran orang luar," tambah Syamsuddin.

Ia menilai, situasi yang tidak menentu itu, tentunya sangat berpengaruh terhadap target pengerahan dan pembinaan transmigrasi di masa mendatang. "Namun demikian, kita mengharapkan semoga apa yang terjadi saat ini dapat segera pulih," tambah gubernur. Syamsuddin menjelaskan, program penempatan transmigrasi di Aceh telah dilakukan sejak tahun 1975, dan hingga saat ini telah ditempatkan sebanyak 37.361 KK atau 155.987 jiwa warga trans dan tersebar di 12 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).(ant)

_______________________________________________