HMI Meulaboh Tuntut Pemberantasan Maksiat

CONTENTS

BERITA ACEH WASPADA
RABU, 13 OKTOBER 1999

HMI Meulaboh Tuntut Pemberantasan Maksiat


MEULABOH (Waspada): Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Meulaboh, dalam tatap muka dengan Pimpinan DPRD Aceh Barat Sabtu (9/10) di ruang gabungan Komisi DPRD mendesak instansi terkait untuk segera memberantas praktek maksiat di Bumi Teuku Umar yaitu judi, minuman keras, WTS serta kaset prono yang sudah sangat mempengaruhi masyarakat.

HMI Cabang Aceh Barat yaitu terdiri dari Ketua Umum Jailani, Ketua litbang Abdul Jalil, Ketua BPAO Jamal Abdi dan 6 orang anggota, diterima langsung oleh Ketua DPRD Drs Sofyan S Sawang, para Wakil Ketua Drs HM Syarif Harun T Alamsyah dan Zainazir BA serta para Pimpinan Fraksi dan Ketua Komisi DPRD, sebelum menyampaikan pernyataan sikap secara tertulis, juga mempertanyakan/membicarakan tentang akan diberlakukan Syariat Islam di Aceh yang mendapat sambutan positif dari pihak pimpinan DPRD, Fraksi dan Komisi DPRD sehingga menghabiskan waktu sampai 2 jam lebih.

Pihak HMI Cabang Meulaboh sepakat dalam rangka memberlakukan Syariat Islam di Daerah Istimewa Aceh, perlu terlebih dahulu mensosialisasikan UU No 44 tahun 1999, tentang diberlakukannya Keistimewaan Daerah Istimewa Aceh sehingga berbagai pihak berpatisipasi dalam melahirkan PERDA tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Daerah Istimewa Aceh.

Isi pernyataan sikap itu antara lain mendesak Pemda Aceh Barat untuk memperjelas status tanah kampus Alue Penyreng seluas 360 ha, dan segera membangun Gedung Universitas T Umar, segera menyelesaikan permasalahan tanah Rakyat pada lahan perkebunan PT KTS, PT Socfindo, PT Usaha Semesta Jaya, PT Woyla Raya Abadi supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Segera menghijaukan kembali Lahan HPH PT TRD di Kawasan Beutong Ateuh, Pengembalian semangat masyarakat Beutong Ateuh, pasca pembantaian oleh pihak aparat, mendukung statemen Ketua DPRD, agar Anggota DPRD dan PNS tidak terlibat menjadi kontraktor baik secara langsung maupun tidak langsung, pemberantasan KKN, terutama mengenai isu-isu yang berkembang sewaktu suksesi.

Segera menyediakan angkutan transportasi ke Beutong Ateuh, penyelesaian sengketa tanah lapang bola kaki desa Kubang Gajah dengan pihak Bandara Udara Cut Nyakdhien, membuat pondasi kuburan massal di Beutong Ateuh, memberikan penjelasan tentang pemotongan dana BOP SDN di Kabupaten Aceh Barat masing-masing Sekolah Rp. 200.000,- untuk biaya Porseni, pembebasan tanah PT Socfindo Darul Makmur yang perluaasan ibu kota Kecamatan Darul Makmur, hentikan kekerasan dalam bentuk apapun di Aceh Barat khususnya Daerah Istimewa Aceh umumnya, mendukung pensosialisasi pemakaian jilbab bagi kaum ibu dan remaja wanita di Aceh Barat.

Mendesak instansi terkait segera memberantas praktek maksiat di bumi Teuku Umar baik, judi, minuman keras, WTS maupun Buntut KIM dan Kaset Prono VCD yagn kian semarak, segera melakukan proses pengadilan terhadap pelaku pembantaian di Beutong Ateuh. (b11)

______________________________________________________

Soal Tragedi Rantau Panjang Bayeun:

Farmidia Kutuk Aparat Yang Main Tembak


BANDA ACEH (Waspada) : FARMIDA mengutuk aparat militer yang main tembak, menyusul terjadinya tabrakan truk pengangkut pinus dengan truk militer, Minggu (10/10), di Rantau Panjang Bayeun, Kecamatan Rantau Panjang, Aceh Timur. "Tragedi berdarah Rantau Panjang Bayeun sama dengan peristiwa pembantaian sipil tak berdosa di Alue Nireh, diakibatkan kesalahan pihak militer yang menyebabkan korban penduduk sipil," kata Radhi Darmansyah kepada Waspada dalam siaran persnya, Senin, (11/10).

Menurut Sekretaris Jenderal Front Aksi Reformasi Mahasiswa Islam (FARMIDIA) itu, tindakan aparat yang dilakukan penembakan secara membabi buta dengan menggunakan peluru produksi Pindad 89 dan 90, merupakan pelanggaran terhadap hak azasi manusia.

Padahal, katanya, Ismail Marzuki, 18 yang menjadi korban penembakan aparat tersebut, sudah berteriak memberitahukan bahwa dia bukan supir truk pengangkut pinus yang bertabrakan dengan truk aparat. "Ini sungguh tidak manusiawi. Arogansi aparat di Aceh semakin menggila," ungkapnya.

Karena itu, sebutnya lagi, pihaknya sangat menyesalkan penembakan dan penganiayaan aparat militer terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa, akibat kecerobohan militer sendiri dan tidak melalui prosedur hukum yang berlaku.

Menyikapi kejadian ini, FARMIDIA, mendesak Panglima TNI, Jenderal Wiranto mengagendakan Tap Khusus bagi penyelesaian kasus Aceh dan pengadilan terhadap pelaku pelanggaran HAM di Aceh, pada Sidang Umum MPR 1999. (cik/cta)

______________________________________________________

Komnas LPA Perkirakan :

6.880 Balita Aceh Dijual Di Medan


JAKARTA (Waspada) : Selama Juli-September lalu, diperkirakan 6.880 anak di bawah usia lima tahun (balita) asal Aceh diperjualbelikan oleh sekelompok sindikat perdagangan anak di Medan, kata Ketua Komnas LPA (Komisi Nasional Lembaga Perlindungan Anak) Haris Sirait di Jakarta Sabtu (9/10).

Komnas LPA bekerjasama dengan LSM Perserikatan Perlindungan Anak Indonesia di Medan, menduga kelompok sindikat perdagangan anak yang belum diketahui identitasnya itu mengangkut para balita itu dari Lhokseumawe ke Medan lewat Kabanjahe.

"Di Medan anak-anak itu dijual kepada masyarakat peminat untuk dijadikan budak, pembantu rumah tangga, atau pekerjaan-pekarjaan lain yang belum terinvestigasi oleh Komnas LPA maupun Perserikatan Perlindungan Anak Indonesia,"papar Sirait tanpa menyebutkan berapa harga setiap anak.

Sirait mengungkapkan, latar belakang dijualnya anak-anak tersebut disebabkan para orang tuanya sudah tidak tahan melihat kesengsaraan yang dialami anak-anaknya di daerah pengungsian, dan tanpa berpikir panjang mempersilahkan orang lain membawa anak-anak itu dengan permohonan agar dirawat dan dijaga dengan baik.

Sirait mengutuk para pelaku perdagangan anak itu dan menyayangkan pemerintah daerah yang setengah-setengah mengurus para pengungsi berbekal pro-gram mie peduli yang disumbang para dermawan.

Sirait mengimbau aparat keamanan Di Aceh dan Sumut agar mengusut tuntas kasus ini, karena jika dibiarkan berlarut-larut generasi muda Aceh di masa depan akan hilang. Ketua Komnas LPA Sirait juga mengimbau aparat kemanan Riau agar waspada, karena disinyalir para balita yang malang itu juga akan dipasarkan di sana. (j05)

______________________________________________________

Sipil Bersenjata Beraksi Di Aceh:

4 Polisi Tewas, 4 Luka, 1 Diculik


LHOKSEUMAWE (Waspada): Empat anggota Polri tewas, empat mengalami luka tembak dan satu orang diculik dalam tiga insiden terpisah di Aceh Selasa (12/10). Dua anggota Polri tewas di Aceh Utara, sementara dua lagi di Pidie.

Peristiwa pemberondongan pertama di Aceh Utara terjadi di kawasan Desa Karieng Kecamatan Meurah Mulia, Selasa (12/10) sekitar pukul 16:15 ketika sejumlah aparat kepolisian tersebut pulang dari rapat dengan Kapolres Aceh Utara di Lhokseumawe. Aparat yang mengenderai mobil Jetstar setiba di persimpangan Keudee Karieng, Kecamatan Meurah Mulia, secara mendadak muncul sebuah mobil Taft Rocky dari arah Desa Ulee Meuria langsung memberondong rombongan mobil aparat tersebut.

Akibatnya, Kopka Iskandar Abbas, 45, anggota Polsek Meurah Mulia tewas di tempat dengan kondisi batok kepala bagian atas pecah dengan lobang bekas tembakan sebesar tinju. Sedangkan kawannya yang menderita luka tembak masing-masing, Kapolsek Meurah Mulia Pelda Pol. Amisdin, 47, menderita luka di salah satu telinga.

Sedangkan Serka Ali Akbar, 34, anggota Polsek setempat juga menderita luka tembak pada telinga kanan dan leher, Serda Fransisco Amarua, 23, anggota Brimob dari Resimen I.Batalyon B.Jakarta, asal Timor Timur yang di BKO kan pada Polsek tersebut menderita luka tembak bagian kaki, dan seorang anggota Brimob lainnya asal Timor-Timur selamat tanpa cacat sedikitpun.

Menurut salah seorang korban tembak kepada Waspada di RS Kesrem Lhokseumawe, Selasa malam, pelaku pemberondongan itu berjumlah empat orang memakai baju hitam lengan panjang. Saat terjadi pemberondongan, mobil yang ditumpangi aparat kepolisian itu datang bersamaan dengan mobil penembak, tapi berlainan arah.

Lokasi kejadian (TKP) penuh dengan masyarakat yang lalu lalang di tengah-tengah keramaian Kedai Karieng itu, dan saat terjadi pemberondongan pihak aparat keamanan tidak sempat memberikan serangan balasan, tapi langsung melarikan mobil menuju Mapolsek setempat yang berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian itu, ujar salah seorang korban.

Sedangkan pemberondongan kedua terjadi Selasa tadi malam, ketika puluhan aparat keamanan dari Satuan Brimob Polri melakukan penyisiran mengejar kelompok pemberondongan anggota Polsek Meurah Mulia, ujar Kapolres Aceh Utara, melalui Kasat Bimmas Kapten Pol. Drs Ahmad Mustafa Kamal pada Waspada di RS.Korem Lhokseumawe.

Ketika aparat keamanan melintasi Desa Bayi, Kecamatan Tanah Luas, secara dadakan mobil aparat diberondong oleh kelompok bersenjata tak dikenal itu, dalam pemberondongan tersebut aparat keamanan juga membalas serangan, kata Kapolres.

Dalam aksi baku tembak itu Letda Pol. Mairan tim Satwa Mabes Polri tewas dan Serka Hadi Sucipto, 24, luka tembak di kaki. Sedangkan pihak kelompok sipil bersenjata diduga dua orang tewas, namun belum jelas siapa orangnya.

Sementara itu anggota Polsek Gandapura Aceh Utara, Kopka Erdi Alamsyah, diculik orang tak dikenal, Kamis (7/10) sekitar pukul 14:00 saat korban mengemudikan mobil pribadi Chevrolet Luv, sedangkan mobilnya sudah diketemukan di kawasan Simpang IV Kota Bireun, dalam keadaan kosong dengan nomor polisi dan warna sudah diganti. Korban sampai Selasa (12/10) belum diketahui nasibnya, ujar Kapolres Aceh Utara.

Belum diketahui jenis senjata

Belum diketahui secara pasti jenis senjata yang digunakan pelaku pemberondongan, namun menurut Dandim 0103/Aceh Utara Letkol.Inf.Suyanto kepada Waspada di RS Kesrem Lhokseumawe, pelaku diperkirakan menggunakan senjata AK-47. Selain Dandim, turut menjenguk korban di RS Kesrem Kapolres Aceh Utara Letkol.Pol. Drs Syafei Aksal bersama Komandan Sektor B PPRM, Kol.Pol Drs T.Guliansyah.

Komandan Sektor B PPRM Kol.Pol. Drs T.Guliansyah kepada Waspada saat menjenguk korban pemberondongan itu mengatakan, pihaknya sangat menyesali peristiwa pemberondongan tersebut. Padahal situasi selama ini sudah cukup tenang, tapi kenapa masih ada kejadian begini, kata dia dengan nada bertanya.

Menurut dia, persoalan Aceh tidak akan pernah selesai bila semua pihak tidak mau menahan diri. Semua harus menggunakan hati nurani, siapa pun dia. Situasi yang tenang begini janganlah dipanasi dengan tindakan yang dapat memancing emosi semua pihak. Keadaan yang mulai tenang dan aman harus dipertahankan, dan polisi telah menggunakan cara-cara defensif aktif dengan tetap melaksanakan tugas kepolisian, kata Kol.Pol Drs T.Guliansyah.

Di Pidie

Dalam peristiwa lainnya di Pidie, Selasa (12/10) pukul 09:00, dua anggota Polsek Tiro Truseb masing-masing Sertu Pol. Arindo Jaya Putra dan Sertu Pol. Simon Lazaros Hasibuan ditembak kelompok orang tak dikenal di kawasan Desa Ulee Geumpueng, Beureunuen, Kecamatan Mutiara.

Menyusul peristiwa ini, aparat menyisir lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP). Bahkan tidak puas di situ saja, pihak aparat juga mengepung sejumlah pengungsi di luar kamp pengungsian di Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Pidie Selasa siang. Akibatnya, enam warga ditangkap dan diamankan di Mapolres Pidie.

Keterangan yang berhasil Waspada himpun, kedua korban yang berboncengan sepeda motor ditembak ketika hendak ke Sigli. Pemberondongan yang sangat mengejutkan bahkan menakutkan warga sekitar TKP, membuat situasi di kawasan tersebut mendadak mencekam." Setelah peristiwa penembakan itu terjadi, tidak ada warga yang berani lagi berkeliaran di luar, masyarakat langsung pulang dan mengurung diri di rumah masing-masing," ujar sumber Waspada di sana.

Senin pagi kemarin, saat kedua korban melintasi jalan kawasan Desa Ulee Geumpueng, Kecamatan Mutiara yang bertetangga dengan Kecamatan Tiro Truseb, agak selatan (pegunungan) menuju Beureunuen, Sigli, tiba-tiba dihadang dan ditembak oleh orang tak dikenal, tambah sumber Waspada.

"Tidak seorang pun yang berani mengevakuasi kedua mayat korban yang tergeletak di pinggir jalan. Setelah datang puluhan aparat keamanan dengan truk dan panser Polri baru jenazah kedua korban itu Selasa siang dievakuasi ke RSU Sigli untuk divisum."

Menurut sumber, kedua jenazah aparat keamanan siang hari itu juga langsung diterbangkan ke kampung halaman masing-masing Medan (Sumatera Utara) dan Padang (Sumatera Barat) dengan menggunakan pesawat heli milik Polri. Sementara itu menurut keterangan warga, setelah kejadian tersebut puluhan aparat keamanan yang dipimpin langsung Kapolres Pidie Letkol Pol. Drs. Endang Emiqail Bagus melakukan penyisiran sambil melepaskan tembakan ke udara, membuat warga ketakutan.

Masih menurut sumber masyarakat, setelah kedua mayat korban dievakuasi, pasukan aparat keamanan kembali menuju ke markasnya Mapolres Pidie di Sigli. Namun secara tak diduga-duga begitu mereka sampai di Beureunuen pasukan aparat keamanan itu mengepung sejumlah pengungsi di luar komplek kamp pengungsian sambil melepaskan tembakan ke udara, membuat warga pengungsian dan warga sekitarnya ketakutan.

Akibatnya warga pengungsian dan warga lainnya yang berada di sekitar itu, bagaikan terlibat suasana perang. Hamburan peluru yang bersileweran di udara membuat panik warga pengungsi dan warga lain yang sedang melaksanakan aktivitasnya. Bahkan, kata seorang warga yang enggan namanya disebutkan, aparat secara membabi buta mengejar dan menangkap enam warga, dengan alasan dicurigai anggota GAM.

Tidak diperoleh data pasti siapa nama atau identitas ke enam warga yang ditangkap aparat keamanan di luar komplek kamp pengungsian Beureunuen.

Kapolres Pidie Letkol Pol. Drs. Endang Emiqail Bagus, membenarkan peristiwa pemberondongan kedua anggota Polsek Tiro hingga tewas di TKP. Sedangkan ke enam warga yang ditangkap, menurut Kapolres, karena begitu melihat pasukan keamanan, mereka langsung lari, katanya.

Karena mencurigai, makanya kita terpaksa mengamankan mereka. "Jadi bukan ditangkap, tapi mereka kita amankan untuk dimintai keterangannya tentang keberadaan Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM), karena mungkin mereka mengetahuinya, ujar Kapolres. (tim)

______________________________________________________