KILAS BALIK PERJUANGAN MUSLIM MORO

CONTENTS

Muslim World News On-line

Date of Publication: May 2000
INDONESIAN MUSLIMS FOR GLOBAL PEACE AND JUSTICE

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


MORO, GELORA JIHAD YANG TAK KUNJUNG PADAM


Bumi Islam Moro -kini dikenal sebagai Filipina Selatan- mencakup pulau Mindanao sebagai pulau terluas kedua di Filipina, kepulauan Sulu, Palawan, Basilan dan sejumlah pulau sekitarnya. Dari total penduduk lebih dari 20 juta, 12 juta di antaranya adalah muslim. Selebihnya adalah penduduk pedalaman dan pendatang Kristen dari wilayah Luzon dan Visayas.

Ajaran Islam mulai berkembang di wilayah Moro pada tahun 1210, oleh para pedagang muslim dari jazirah Arab. Kedatangan Islam adalah tiga abad sebelum kedatangan ajaran Nasrani yang dibawa oleh Ferdinand Magelan pada tahun 1521. Tak lama setelah ajaran Islam diterima bangsa Moro, dua kerajaan Islam berdiri yakni kerajaan Sulu dan kerajaan Maguindanao.

Kehadiran pasukan Spanyol ditentang oleh kaum muslimin Moro, dipimpin oleh Raja Sulaiman dan Lakandula. Tapi setelah dua pemimpin ini syahid, kaum muslimin dapat ditaklukkan dan segala peninggalan Islam di Moro diganti dengan ajaran Kristen.

Tanggal 10 Desember 1898, digelar Perjanjian Paris antara Amerika dan Spanyol yang berisi penyerahan Filipina pada Amerika. Meski Spanyol belum menguasai sejumlah wilayah Moro, tapi Spanyol tetap memasukkan wilayah ini dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya selama kurang lebih 300 tahun, umat Islam Moro berusaha mempertahankan jati diri mereka dari penjajah Spanyol. Dilanjutkan oleh penjajahan pihak Amerika selama 47 tahun. Tapi keduanya gagal menguasai bangsa Moro.

Selanjutnya, Amerika berusaha membujuk sejumlah sultan dan pembesar Moro mengikat perjanjian yang disebut perjanjian Kiram Bates, pada 2 Februari 1899. Di antara syarat perjanjian itu adalah tidak adanya campur tangan pihak Amerika dalam pemerintahan para sultan dan pembesar ini.

Mei 1904, Presiden Amerika saat itu Roosevelt, menyatakan tidak menerima perjanjian itu. Dan ketika Amerika memberi kemerdekaan pada Filipina tahun 1946, umat Islam Moro menentang penggabungan bumi Islam Moro sebagai bagian dari pemerintahan Filipina. Tapi pihak Amerika dan Filipina tak peduli dengan reaksi umat Islam Moro. Padahal sebelumnya bangsa Moro tak pernah dapat ditaklukkan oleh pasukan asing. Semua hasil bumi Moro akhirnya jatuh ke tangan pemerintah Filipina.

Sejak Filipina merdeka, pemerintah melakukan program pemnempatan penduduk Kristen dari Luzon dan Visayas ke bumi Moro. Dengan dukungan pemerintah, pendatang Kristen melakukan banyak kezaliman atas muslimin Moro. Kaum muslimin diintimidasi hingga terpaksa meninggalkan tanah air mereka.

Ketika pemerintah Filipina merasa bahwa mereka telah berhasil menghapuskan umat Islam Moro, bangkitlah kaum muslimin Moro dari pelbagai lapisan, termasuk para pelajar terutama mereka yang menuntut Ilmu dari negara-negara Arab. Berdirilah Moro National Liberation Front (MNLF) pada 1972. Tongkat kepemimpinan pertama diserahkan pada Nur Misuari dari kelompok nasionalis. Di bawah kepemimpinan Nur Misuari, MNLF berkibar khususnya di dunia Islam. Sayangnya, dalam perjalanan selanjutnya, Nur Misuari banyak mengecewakan muslimin Moro. Ia dianggap tidak dapat menyalurkan aspirasi muslim Moro yang mayoritas menghendaki negara Islam Moro. Hampir seluruh komandan perang MNLF mengusulkan bahwa Misuari harus meletakkan jabatan dan menyerahkannya pada Salamat Hashim.

Hal inilah yang menyebabkan gerakan ini terpecah dua. Tahun 1984, Majlis Syuro MNLF menetapkan pergantian kata Nasional yang ada dalam nama organisasi mereka menjadi Islam.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

(DI-11/05/00)


Source : Sabili Magazine