Kekecewaan Para Sekutu Iblis
Dikisahkan dalam suatu riwayat bahwa pada
hari kiamat nanti ada suara yang menyeru: “Hadirkan Fir'aun ke mari.
Tak lama kemudian Fir'aun datang. Topinya terbuat dari api neraka,
pakaiannya baju gatharan atau tir, sedangkan tunggangannya seekor babi.
Tiba-tiba ada seruan lagi: Mana orang-orang yang sombong dan takabur?
Merekapun pada berdatangan, lantas berangkat ke neraka bersama-sama di
bawah pimpinan Fir'aun.
Seruan kedua datang menyusul: Mana Qabil? Sekejap
Qabil sudah dihadirkan. Setelah itu ada seruan untuk umum: Mana
orang-orang yang pendengki? Berduyun-duyun mereka berdatangan. Mereka
berkemas berangkat ke neraka bersama Qabil yang menjadi
pemimpinnya.
Seruan ketiga tak kalah kerasnya: Mana Ka'ab bin
Asyraf, pemuka ulama Yahudi? Ka'abpun segera dihadirkan. Kemudian
menyusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang menyembunyikan
kebenaran dan ilmu? Setelah berkumpul, para malaikat menggiring mereka
ke neraka, sedangkan Ka'ab berada di depan sebagai pemimpinnya.
Seruan keempat bertiup keras lagi: Mana Abu
Jahal? Tak terlalu lama Abu Jahal sudah hadir. Seperti sebelumnya,
segera disusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang mendustakan
Allah dan Rasul-Nya? Mereka berjalan menuju neraka dipimpin oleh Abu
Jahal.
Seruan kelima pun terdengar lagi: Mana Walid bin
Mughirah? Walid datang, disusul kemudian seruan lagi: Mana orang-orang
yang selalu mengejek kaum muslimin yang fakir? Walid menjadi pemuka
mereka menuju neraka.
Seruan keenam berdengung kembali: Mana Ajda,
seorang yang celaka akibat kegandrungannya pada perbuatan liwath yang
menjadi tradisi kaum Nabi Luth? Ajdapun datang, menyusul seruan
berikutnya: Mana orang-orang yang melakukan liwath? Merekapun diseret ke
neraka oleh para malaikat, dan Ajda menjadi pemimpinnya.
Untuk ketujuh kalinya seruan itu berkumandang
lagi: Mana Umru'ul Qais? Seperti sulapan, iapun didatangkan dalam waktu
sekejap saja. Kemudian disusul seruan berikutnya: Mana orang orang yang
ahli sastra dan syi'ir yang berdusta? Segera mereka berkumpul, dan di
bawah kepemimpinan Umru'ul Qais mereka berangkat menuju neraka.
Seruan kedelapan lagi-lagi berkumandang: Mana
Musailamah Al-Kadzdzab? Diapun didatangkan, dan atas inisiatifnya
sendiri ia memanggil orang-orang yang mendustakan al-Qur'an. Mereka
berangkat ke neraka bersama-sama.
Kini terdengar seruan yang terakhir: Mana Iblis
terkutuk? Tak lama Iblispun sudah berada di depan. Seperti sudah
mengerti maksud pemanggilannya, iapun berkata: “Wahai Hakim Yang Maha
Adil, datangkanlah kepadaku tentaraku, para mu'adzinku, para pembacaku,
mereka yang sejalan denganku, para menteriku, para ahli fiqihku, para
penjagaku, para pedagangku, dan para pemukul genderangku, serta para
penghalauku”!
Iblis terkutuk dan terusir ditanya, siapakah para
sekutumu itu? Dengan jujur iapun berkata: “Tentaraku adalah mereka yang
mempunyai sifat rakus, para mu'adzinku adalah orang-orang yang salah
bacaannya, sedangkan para pembacaku adalah mereka yang berprofesi
sebagai penyanyi. Adapun orang-orang yang sejalan denganku adalah mereka
yang mengiris muka dan tangannya kemudian diberi nilai serta siapa saja
yang ingin diperlakukan demikian.
Para ahli fiqihku adalah mereka yang mengejek
orang-orang yang mengusahakan barang halal. Sedangkan para penjagaku
adalah mereka yang mendatangi lemari arak dan yang tidak mau membayarkan
zakatnya. Adapun para pedagangku adalah mereka yang memperdagangkan
barbathah (barang dan bunga terlarang), para pemukul genderangku adalah
pemain musik, sedangkan para penghalauku adalah mereka yang menanam
pohon-pohon anggur untuk dijadikan minuman memabukkan.”
Kemudian keluarlah seekor ular yang panjang
lehernya sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Ular itu mengumpulkan
mereka semua, lalu menggiringnya ke neraka. Situasi pada saatnya
benar-benar kacau. Semua orang panik memikirkan nasibnya sendiri. Tidak
ada yang hirau pada nasib orang lain. Semua ingin membebaskan dirinya
dari nasib buruk yang menimpanya, sementara tak seorangpun di antara
mereka yang tidak mengakui kesalahannya.
Karenanya, yang bisa dilakukan adalah mencari
kambing hitam. Bahwa mereka melakukan berbagai pelanggaran di dunia
akibat provokasi Iblis dan para pemimpin mereka. Itulah sebabnya, pada
kesempatan ini mereka menghujat Iblis dan menuntut agar ia mau
bertanggung jawab atas nasib mereka. Tuntutan mereka itu tertuang dalam
al-Qur'an:
“Dan orang-orang kufur itu berkata (di hari
kiamat), `Hai Tuhan kami, tunjukkanlah kepada kami dua golongan yang
telah menyesatkan kami, baik dari golongan jin maupun manusia, supaya
kami jadikan mereka di bawah telapak-telapak kaki kami agar mereka jadi
orang-orang yang rendah.” (QS Fush-shilat: 29)
Iblis dan syetan tentu saja tidak serta-merta
mengaku bersalah. Bagi Iblis, adalah tugasnya untuk mempengaruhi dan
mengajak manusia ke jalan yang telah dipilihnya. Bagi mereka yang mau
mengikutinya, maka Iblis tak bertanggung jawab sama sekali. Jangankan
bertanggung jawab kepada orang lain, sedangkan ia sendiri tak mampu
memikul derita yang akan dialaminya.
Bagi Iblis dan syetan, mempengaruhi manusia
merupakan perwujudan atas janjinya ketika ia tidak mau tunduk kepada
Allah saat diperintah bersujud kepada Adam. Pada zaman sebelum manusia
menghuni dunia itu ia telah bersumpah untuk mempengaruhi manusia dari
segala arah, depan, belakang, kiri dan kanan. Hanya ada dua arah lagi
bagi manusia untuk menghindarkan diri dari pengaruh syetan, yaitu arah
bawah, yaitu dengan ruku' dan sujud kepada-Nya, dan arah atas, yaitu
dengan berdoa, meminta perlindungan kepada Allah swt.
Ketika Iblis didesak untuk mempertanggungjawabkan
perbuatan menjerumuskan manusia, maka iapun menjawab, “Dan berkatalah
syetan tatkala perkara hisab telah diselesaikan, `Sesungguhnya Allah
telah menjanjikan kepadamu janji yang benar dan akupun telah menjanjikan
kepadamu tetapi aku mengingkarinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan
bagiku terhadapmu, melainkan sekadar mengajakmu lalu kamu turuti. Oleh
sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu
sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali
tidak dapat menolong aku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan
kamu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.”
Atas jawaban Iblis dan syetan itu, orang-orang
yang tersesat sangatlah kecewa. Tak disangkanya bahwa Iblis dan syetan
tidak bertanggung jawab sebagaimana dahulu dijanjikannya. Itulah
sebabnya kini mereka berpaling kepada para pemimpinnya semasa di dunia.
Harapan mereka sama, selain untuk menghujat, memintakan kepada Allah
agar para pemimpin yang menyesatkan itu disiksa dua kali lipat, dan yang
lebih penting lagi meminta mereka agar bertanggung jawab.
Ternyata jawaban para pemimpin itu tidak lebih
baik dari yang telah disampaikan syetan. Keduanya tidak bertanggung
jawab, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an:
“Dan tatkala mereka berbantahan di neraka,
yaitu orang-orang yang lemah (dipimpin) akan berkata kepada mereka yang
sombong (pemimpin), `Sesungguhnya kami pengikut-pengikutmu, maka bisakah
kamu hindarkan dari kami sebagian dari adzab neraka ini?' (Mereka yang
sombong itu berkata), `Kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah
telah menjatuhkan hukum di antara hamba-hamba-Nya.” (QS
al-Mu'min: 47-48)
Setelah tidak mendapatkan apa-apa dari
tuntutannya, baik yang ditujukan kepada syetan maupun kepada para
pemimpin penyesat, maka merekapun meminta kepada Allah agar diberi
keringanan siksaan. Akan tetapi para malaikat segera menjawab:
“Dan orang-orang yang di neraka berkata kepada
penjaga-penjaga Jahannam, `Mintakanlah kepada Tuhan kamu supaya Dia
meringankan dari kami sehari saja dari adzab.' Para malaikat menjawab,
`Bukankah telah datang kepadamu rasul-rasul dengan membawa keterangan
keterangan?' Merekapun menjawab, `Ya.' Para malaikat menimpali, `Kalau
begitu, berdoalah kamu.' Dan tidak ada doa orang-orang kafir itu
melainkan dalam kesesatan.” (QS al-Mu'min: 49-50)
Atas jawab malaikat yang tegas dan keras ini,
mereka sangat kecewa dan menyesal. Itulah sebabnya, mereka meminta agar
dimatikan kembali dan disatukan dengan tanah. Peristiwa yang bakal
trjadi itu telah direkam dengan baik dalam firman-Nya:
“Dan mereka memanggil, `Hai Malik, hendaklah
Tuhanmu menghukum kematian atas kami.' Ia menjawab, `Sesungguhnya kamu
akan tetap tinggal (di neraka ini).'” (QS az-Zuhruuf: 77)