Peristiwa NO. 32/XXVIII/11 - 17 Okt 1999
Lagi, 30 Orang Tewas di Ambon
KOTA Ambon semakin mirip sumur tanpa dasar. Senin pekan lalu, korban
jiwa jatuh lagi karena pertikaian antarwarga. Kali ini 30 orang tewas
di empat tempat, yaitu kawasan Ahuru, Pohonmangga, Tawiri, dan
Batumerah. Hampir semua korban tewas karena peluru tajam. Bahkan, di
Batumerah, ikut melayang nyawanya Letnan Dua CZI Ricky Kulalabali dari
Detasemen Zeni Tempur Siliwangi dan Prajurit Dua Moch. Ali Lestaluhu
dari kesatuan lintas udara Batalyon Infanteri 733/BS.
Sejumlah saksi mata memberikan kesaksian mengenai peristiwa tragis itu
kepada TEMPO. Awal kejadian di Batumerah bermula dari tertembaknya
warga yang akan berangkat ke rumah ibadah oleh aparat yang diduga dari
kesatuan Artileri Medan 11 Kostrad. Kulalabali, yang datang ke lokasi,
tanpa diduga ikut jadi sasaran pelor panas. Insiden ini sontak
menyulut api dalam sekam. Ratusan warga kembali ke luar gang dengan
membawa senjata tajam. Mereka siap bertempur melawan musuh.
Meski banyak saksi mata yakin bahwa si penembak adalah aparat,
Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVI Pattimura Brigjen Max Tamaela
masih menyangsikannya. "Itu penembakan misterius," ujar Tamaela.
Sementara itu, Ketua Tim Tiga TNI-Polri, Mayjen Suaidi Marasabessy,
menilai bahwa kerusuhan yang masih gres ini ada kaitannya dengan
konspirasi politik di Jakarta yang tidak setuju dengan penunjukan
dirinya ke Ambon. Penjelasan semacam ini tentu jauh dari memuaskan
warga. Mereka ingin agar petinggi militer menindak tegas aparatnya
yang melanggar hukum.
Benar-tidaknya tuduhan warga memang perlu pembuktian lebih lanjut.
Namun, yang pasti, posisi Tamaela sebagai Pangdam dan Kolonel Bugis
Saman sebagai Kepala Kepolisian Daerah Maluku terancam. Menurut sumber
TEMPO, pencopotan dua orang yang dinilai gagal meredam gejolak di
kawasan berjulukan Seribu Pulau itu akan merupakan satu paket setelah
Sidang Umum MPR selesai. Sampai kapan upaya tambal sulam ini mampu
menghapus dendam kesukuan dan agama yang begitu kental di sana?
|