Laporan Dari Saparua

CONTENTS

LAPORAN DARI SAPARUA
BY : TIM POS KEADILAN



Saparua dicekam dengan tragedi berdarah pada tanggal 9 s.d. 15 Juli 1999, hari Kamis pukul 06.00 WIT sampai pukul 19.00 WIT. Peristiwa ini melibatkan beberapa gabungan penduduk Kristen di Kecamatan Saparua berhadapan dengan warga muslim Desa Sirisori Islam.

Peristiwa ini bermula dari terjadinya penebangan (perusakan) pohon-pohon (kebun) cengkeh milik warga Desa Sirisori Islam oleh warga Desa Sirisori Sarani (Kristen) dan warga Desa Ulath (Kristen). Sementara data yang ditemukan dari warga dan tokoh masyarakat Desa Sirisori Islam, jumlah pohon cengkeh yang ditebang kurang lebih 5.360 pohon. Menurut saksi mata yang memberikan data kepada Babinsa Ulath pada tanggal 7 Juli 1999 bernama Punggul Mael, pelaku penebangan pohon cengkeh tersebut diantaranya adalah : Yosoa Sapulete, Welem Toisuta dan kawan-kawan. Pada hari itu juga masyarakat Desa Sirisori Islam menuntut dan menuding warga tetangga kristen Desa Sirisori Sarani dan Desa Ulath sebagai sebagai pelaku, hingga kedua desa ini menyerang warga Sirisori Islam pada tanggal 9 Juli 1999 dan jatuh korban di pihak warga Desa Sirisori Islam 2 orang luka panah dan luka tembak senjata api laras panjang.

Peristiwa ini terus berlanjut sampai pada puncaknya yaitu tanggal 15 Juli 1999 hari Kamis, warga desa-desa kristen di Kecamatan Saparua melakukan penyerangan gabungan. Penyerangan tersebut dimulai pada jam 06.00 WIT pagi hari, dimana yang pertama kali mereka hadapi adalah aparat keamanan (BRIMOB Ambon) sebanyak 5 orang. Kemudian pihak aparat keamanan (Brimob) mendapat bantuan pertahanan dari warga Desa Sirisori Islam (pihak yang diserang) hingga peperangan tersebut berakhir pada pukul 19.00 WIT.

Menurut data di lapangan pertikaian antar warga tersebut menelan korban cukup banyak, diantaranya adalah :
ò Warga Desa Sirisori Islam : 2 orang meninggal dan 2 orang luka-luka. Kini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Adapun korban yang meninggal pada peristiwa tanggal 15 Juli 1999 adalah :
     - Sarfudin umur 18 tahun
     - Guru Ubet Kaplale umur 50 tahun.

Dalam peristiwa ini tidak ada korban harta berupa rumah, yang mengalami kerusakan adalah Puskesmas yang ada di perbatasan Desa Sirisori Islam dan Desa Sirisori Sarani, itupun sebagian kecil di daerah batas Desa Sirisori Sarani.

ò Warga Desa Sirisori Sarani : 8 orang meninggal dan 18 luka-luka (hasil konfirmasi lewat udara dengan pendeta Desa Haria).

ò Warga Desa Ulath : ditemui data di lapangan 4 orang meninggal dan 49 orang luka-luka. Dari data korban (pihak Kristen) tersebut diatas ditemukan beberapa korban yang berasal dari beberapa desa lain seperti : Desa Waai dari Salahutu, Desa Aboru dan Desa Kariu dari Haruku, dan beberapa desa lainnya di Saparua.

Menurut saksi mata warga Desa Sirisori Islam (Gani Kaplale, Talip Patti, Daniati Sopamena, Ajid Pattisahusiwa dan Ismail Pattisahusiwa), pelaku penembakan dari warga Kristen yang membawa senjata berat adalah : Abo Toisuta, Yakob Pattipeilohi, Piter Siwabesi. Ketiga pelaku ini menggunakan senjata Gerem buatan lama.

Menurut saksi yang lain saat dikonfirmasi, saksi ini adalah Sertu Iskandar Umaternate, ada masyarakat Ulath yang menggunakan senjata asli laras panjang yang menempuh ratusan meter daya peluru. Kemudian ada selongsong peluru yang ditemukan oleh aparat Korem 733, yang menurut mereka peluru ini dari jenis AK dan M-16.

Pada data lain yang ditemukan di lapangan pada saat evakuasi korban dari aparat kepolisian yaitu Kapolsek (luka bacok di bagian kepala - dalam perawatan di RS. Valentine) dan salah seorang anak buahnya meninggal akibat luka tembak di bagian dada. Serta seorang anggota Brimob luka dibagian tangan kanan, pistol dan radio komunikasinya di rampas massa Kristen, sampai saat ini kedua alat milik anggota Brimob tersebut belum ditemukan.

Pada hari yang sama (15 Juli 1999) Kamis pukul 16.00 WIT di Kota Kecamatan Saparua, semua kios, rumah dan toko milik warga muslim dibakar dan dibongkar hingga warga muslim di kota kecamatan tersebut menyelamatkan diri ke Kantor Polsek setempat. Pembakaran dan penembakan itu berlangsung hingga tanggal 16 Juli 1999, hari Jum'at sore hari. Dalam kejadian ini, satu-satunya masjid di kota kecamatan tersebut ikut dibongkar (kubah masjid dibongkar, dindaing masjid dijebol). Sampai hari ini belum diketahui ada atau tidaknya korban jiwa pada peristiwa ini. Saksi mata (pemilik toko yang dibongkar massa Kristen) adalah Bapak Bakis Saimima dan Ibu Hj. Patima. Jumlah kios yang dibongkar ± 30 kios, 7 toko dan rumah warga (muslim) belum sempat terdata.

------------------

Hasil pertemuan Tim Pos Keadilan dengan Tokoh Masyarakat Desa Sirisori Islam
1. Membutuhkan bantuan logistik berupa :
     - Beras
     - Sarimi
     - Minyak Tanah
     - Minyak Goreng
     - Obat-obatan
2. Kendala
     - Transportasi
     - Alat Komunikasi (Hubungan telepon telah diputus).



CATATAN :
     - Obat-obatan ada pada tabel/nota Mantri/petugas kesehatan Sirisori A. Basir Hole.





POS KEADILAN MALUKU



---------------------------------------------------------------------------------------

KODYA AMBON KEMBALI TEGANG.



Ambon yang kini hampir pulih kembali ketika ditimpah kerusuhan pada Idul Fitri yang kurang lebih tujuh bula kemarin telah menelan ribuan korban nyawa dan meliaran harta benda. kini mulai kembali menunjukkan ketidaktenangan warga di Kodya Ambon, saat terjadi kerusuhan tanggal 9-16 Juli 1999 di Kecamatan Saparua.

Situasi di Kodya Ambon pada tanggal 18 Juli (tengah malam) Keluruhan Ponegoro Atas, antara warga Muslim dengan Kristen terjadi Pelemparan batu mengakibatkan beberapa rumah yang rusak (milik kedua belah pihak). Pada tanggal 19 Juli 1999 Pukul 16.30 sore hari terjadi pelemparan antara pemuda Islam dengan Kristen disekitar Pasar Lama, keluruhan waihaong, Keluruhan Talake, dan keluruhan Batu Merah yang mengakibatkan beberapa mobil dalam dan luar kota rusak. Korban luka-luka diantara dua belapihak kurang lebih 21 orang yang sementara dirawat di Rumah sakit Umum Ambon. Hal ini juga berdampak, pemberlakuan kembali Jalur mobil darurat (jalur Muslim dan jalur Kristen).

Menurut Pengamatan dan perkiraan oramg-orang kondisi ini akan terus meningkat dan terus berkelanjutan. Sampai berita ini diturunkan warga Ambon masi diliputi kecemasan dan ketakutan.





KAMMI DAERAH MALUKU