Muslim World News On-line
Date of Publication: May 2000
INDONESIAN MUSLIMS FOR GLOBAL PEACE AND JUSTICE
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
MUSLIM MORO: MEREBUT KEMERDEKAAN YANG HILANG
Di Moro, api jihad berkobar kembali. Sayang, aksi itu tercoreng oleh
tindakan keras yang mengatasnamakan mujahidin.
Hampir satu bulan, bumi Islam Moro bergolak. Kontak senjata antara pasukan
Filipina dengan gerilyawan Moro terjadi nyaris setiap hari, khususnya di
propinsi Lanao del Norte, Mindanao, 800 km selatan Manila. Lebih dari
100.000 warga sipil mengungsi dan ratusan orang tewas. Pasukan pemerintah
Filipina, menggunakan pesawat pembom, helikopter bersenjata roket,
menggempur posisi gerilyawan muslim yang tergabung dalam MILF (Moro Islamic
Liberation Front). Pemerintah Manila memang tidak main-main. Sekitar 15.000
personil militernya sudah dikerahkan.
Aksi perlawanan di Filipina selatan selama 28 tahun terakhir telah menelan
korban lebih dari 120.000 orang. Baru-baru ini, sumber militer Filipina
menyatakan setidaknya 41 gerilyawan muslim tewas di ujung senjata militer
pemerintah Filipina. Upaya perundingan damai bukan tidak pernah dilakukan.
Tapi perundingan demi perundingan itu kandas, karena hanya tertera di atas
kertas. Sementara penderitaan, intimidasi, teror, diskriminasi di berbagai
bidang hingga pembunuhan terus berlangsung.
Kubu MILF di kepulauan Mindanao terus bertekad melancarakan perlawanan.
"Ini dilakukan setelah pihak militer melakukan serangan udara dan darat
yang menggunakan pesawat, helikopter dan artileri," ujar pejabat militer
Mayor Johny Macanas. Kekuatan MILF hingga kini terus merambah wilayah
selatan Filipina. Para penduduk di kota Munai, Tambo, Matungao dan Tangkal
mulai ditinggalkan penduduk. Kekuatan gerilayan muslim memaksa pemerintah
Filipina memutar kotak mencari solusi tepat.
MILF adalah organisasi perlawanan muslim Moro pimpinan Salamat Hasyim. MILF
memisahkan diri dari MNLF (Moro National Liberation Front) pimpinan Nur
Misuari, sejak 1984. Nur Misuari dianggap tidak mampu menyampaikan aspirasi
mayoritas muslim Moro lantaran telah melakukan penandatangan kesepakatan
dengan pemerintah Manila, tanpa satupun penyelesaian prinsipil bagi bangsa
Moro. Karena itulah, menurut salah satu sumber, 90 persen pendukung MNLF
kini mengalir kepada MILF.
Hingga saat in, meski secara internasional MNLF lebih populer, namun secara
de facto MILF lah yang memegang kendali kekuatan muslim Moro. Dan hingga
kini, MILF tetap berjuang menghendaki tegaknya negara Islam yang merdeka
dan bisa menetukan nasibnya sendiri.
Selain MNLF dan MILF, gerakan perlawanan bersenjata di Filipina selatan
juga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf. Kelompok ini yang beberapa waktu
lalu diberitakan mengeluarkan ancaman eksekusi terhadap lusinan penduduk
sipil yang mereka sandera. Konon, mereka mengancam agar mencegah militer
Filipina yang ingin membebaskan sandera di pulau Basilan. Mereka
menyandera sekitar 43 orang termasuk 27 murid SD dan menengah, seorang
pastor dan 15 guru. Para sandera itu diculik dari sekolah Claret kota
Sumisip, Basilan.
Seperti MILF, kelompok Abu Sayyaf juga memperjuangkan berdirinya negara
Islam di Mindanao. Sebelum ini diberitakan bahwa mereka menculik dan
menyandera 70 siswa dan tujuh guru di kota Sumisip, Propinsi Baasilan,
Filipina Selatan. Kelompok Abu Sayyaf menyempal dari MNLF pada tahun 1991
di bawah pimpinan Abdurraziq Janjalani yang tewas dalam sebuah kontak
senjata dengan polisi Filipina pada Desember 1998.
Pendukung kelompok Abu Sayyaf, jauh lebih kecil dibanding MILF.
Diperkirakan, MILF memiliki 16.000 pasukan, sementara Abu Sayyaf sekitar
200 pasukan. Perbedaan lainnya, MILF meski tetap berpegang pada prinsip
perjuangan negara Islam, tetap mau membuka pintu perundingan dengan
pemerintah. Berbeda dengan kelompok Abu Sayyaf yang sama sekali tak pernah
membuka pembicaraan damai dengan pemerintah Filipina. Dalam sejumlah
aksinya, kelompok Abu Sayyaf memang dikenal keras. Tahun 1995 silam,
kelompok ini pernah diberitakan terlibat dalam pembantaian kejam terhadap
puluhan penduduk sipil di kota Ipil Mindanao.
Entah bagaimana konsep perjuangan kelompok yang menamakan diri Abu Sayyaf
itu. Yang jelas, setiap aksi yang melibatkan nama Abu Sayyaf kerap membuat
bulu kuduk pendengarnya merinding. Bukan tidak mungkin, citra gerakan
perlawanan Moro tercoreng oleh aksi-aksi mereka. Dan tentu saja, dunia
lebih melihat bahwa aksi itu dilakukan oleh mujahidin MILF yang dominan di
Selatan Filipina.
Saat dikonfirmasi tentang tindakan sekelompok mujahidin yang melakukan
tindakan kriminal terhadap penduduk, pimpinan MILF Salamat Hasyim menolak.
Ia menegaskan, "Para mujahidin Moro komitmen dengan ajaran Islam. Mereka
tidak melakukan tindakan kriminal apapun. Justru pasukan Filipina yang
melakukan tindakan itu terhadap bangsa Moro, bahkan termasuk bangsa
Filipina sendiri yang menjadi korban." Mungkinkah, kelompok Abu Sayyaf
merupakan rekayasa intelijen militer Manila untuk mencoreng perjuangan
bangsa Moro?
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
(DI-11/05/00)
Source : Sabili Magazine
|