Maju Terus FPI
! Sarang
kemaksiatan terus diobrak-abrik dalam bulan Ramadhan.
Cukupkah?
Pendudukan Kantor Balaikota DKI Jakarta oleh
Laskar Pembela Islam (LPI, sayap Front Pembela Islam) Senin
Subuh (13/12), bisa jadi merupakan puncak kekesalan FPI
terhadap kelambanan Pemda DKI dalam memerangi tempat-tempat
maksiat. Betapa tidak, sudah berkali-kali FPI maupun ormas
Islam lainnya menuntut Pemda DKI agar sesegera mungkin
memberantas tempat-tempat maksiat di Ibukota. Namun Pemda DKI
agaknya kurang
tanggap.
Sebelumnya, hari Rabu (1/12) delegasi FPI mendatangi Pemda
DKI, menuntut agar Pemda bersikap tegas terhadap tempat
maksiat yang menurut data kepolisian saja ada sekitar 120
titik di Jakarta. “Sebelas bulan Jakarta penuh dengan maksiat,
masa sebulan saja tidak bisa berubah jadi kota taat?” ujar
Reza Pahlevi, Kastaf LPI pada SABILI. Akhirnya delegasi FPI
pimpinan Ust. Oman Syahroni itu diterima oleh Wagub Bidang
Pemerintahan Abdul Kahfi. “Saya berdiri di pihak anda,” ujar
Abdul Kahfi manis seraya tak lupa berpelukan dengan para
delegasi FPI ketika mereka meninggalkan Balaikota.
Namun
setelah delegasi FPI pulang, para wartawan mendesak Abdul
Kahfi dan menanyakan kembali apakah Pemda DKI akan segera
menutup tempat-tempat maksiat seperti yang dituntut FPI? Wagub
DKI Bidang Kepemerintahan ini langsung berubah sikap. “Itu
tidak mungkin. Bagaimana dengan mata pencaharian mereka.
Mereka kan butuh itu untuk hidup. Kita paling bisa meminta
para pengelola tempat-tempat hiburan itu untuk tidak
beroperasi secara mencolok selama bulan Ramadhan,” kilah Abdul
Kahfi. Jelas, FPI dongkol. Akhirnya pada Senin Subuh (13/12)
terjadilah aksi pendudukan Balaikota hingga siang hari.
“Dengan cara seperti inilah FPI menjawab sikap Pemda,” cetus
Slamet Ma’arif, Pengurus FPI Jakarta
Timur. Lambannya
Pemda DKI dalam memberantas tempat maksiat patut
dipertanyakan, jangan-jangan ada usaha Pemda DKI yang sangat
rentan dipergunakan sebagai tempat maksiat. Hotel Cempaka Dua
yang berdiri di daerah Pulomas-Jakarta Timur, misalnya. Hotel
milik PD. Wisata Niaga Jaya, sebuah BUMD yang berada di bawah
Pemda DKI, ternyata telah berubah jadi motel tempat orang
bermesum ria. Di sini pasangan-pasangan haram bebas melakukan
apa saja tanpa harus takut tercatat identitasnya. Maklum,
mobil-mobil pasangan haram itu langsung masuk ke garasi yang
terletak persis di samping kamar. Pembayaran cukup
dilakukan via petugas yang mengantarkan makanan atau minuman.
Kapolda Metro Jaya, Mayjen (Pol) Noegroho Djajoesman di
Balaikota (13/12) mengemukakan, “Saya sudah punya datanya.
Banyak tempat hiburan yang menyeleweng. Mungkin lebih dari 50
persen dan itu semua harus ditertibkan.” Adakah hotel tersebut
masuk dalam kategori 50 persen
itu? Bulan suci
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk memerangi segala bentuk
kemaksiatan. Sekarang baru tempat kemaksiatan yang kecil-kecil
saja yang diobrak-abrik warga. Esok bukan tidak mungkin,
pabrik minuman keras dan tempat-tempat maksiat yang lebih
besar lagi yang akan menjalani pengadilan rakyat. Umat Islam
patut bersyukur punya FPI, yang berani mengambil inisiatif
dalam menegakkan kebenaran—walau pahit—dan membuat pengusaha
bisnis haram ketar-ketir.
KH. A.
Kholil Ridwan sendiri menyatakan salut terhadap FPI. “Sebagai
Ketua BKSPPI, saya amat salut dan angkat topi terhadap gerakan
amar ma’ruf nahi munkar oleh FPI. Mestinya gerakan Islam
gabung dengan FPI, karena mereka berani dan tidak anarkis.
KISDI aja kalah, karena yang biasanya berani mengatakan kulli
haqo wala muron itu KISDI, tapi KISDI tidak pernah seperti
itu. Ini satu sejarah baru dalam gerakan amar ma’ruf nahi
munkar.” Maju terus FPI! Rasulul SAW telah bersabda, “Sungguh,
Surga berada di bawah kilatan pedang!”n
Rizki Ridyasmara Laporan:
Eman.
|