PANJUT / PANJI NO. 06 TH IV - 31 MEI 2000
Bondan Gunawan
Nama Saya Dicatut
Wawancara: Merasa tidak pernah menerima uang sebesar Rp5 miliar. Presiden akan merelakan orang dekatnya diperiksa polisi.
Bondan Gunawan, pejabat sekretaris negara, termasuk tokoh yang harus meladeni tuduhan miring kepadanya. Ia disebut-sebut ikut menerima uang hasil skandal dana Bulog sebesar Rp5 miliar. Ini membuat Bondan menjadi repot. Ketua Harian Yayasan Fase Baru Indonesia dan Pelaksana Harian Forum Demokrasi itu baru saja aktif berkampanye untuk dirinya agar masuk menjadi pengurus Kongres PDI Perjuangan di Semarang. Karena itu pula, beredar kabar dana Rp5 miliar itu sebagian dipakai untuk keperluan politik praktis itu.
Bondan yang pernah menjadi pengusaha di era Rudini menjadi KSAD itu dikabarkan posisinya sebagai pejabat pelaksana akan diganti Djohan Effendi yang sekarang menjadi ketua Litbang Departemen Agama. Berikut ini adalah kutipan wawancara wartawan Panji Rini Susanti yang menemuinya di ruang kerjanya, Gedung Sekretariat Negara Lantai 2, di tengah-tengah kesibukan menerima tamu yang antre. "Jangan lama-lama ya. Saya lagi banyak tamu nih," ujar Bondan ramah sambil melepas kopiah hitam yang bertengger di atas kepalanya. "Hayo kamu mau tanya apa lagi. Memang ada masalah apa," tanya Bondan sembari menyalakan rokok.
Berikut petikan wawancaranya.
Anda dapat jatah uang sejumlah Rp5 miliar dari Soewondo?
Saya tegaskan bahwa saya tidak menerima uang itu. Saya nggak dapat uang Rp5 miliar.
Nama Anda disebut-sebut menerima uang Rp5 miliar dari sebuah skandal, kok sepertinya Anda tenang-tenang saja?
Lo ngapain saya harus ribut. Bukan saya yang salah kok. Aduh, untuk apa saya harus jelaskan. Untuk apa juga saya harus cerita, wong saya tidak menerima uang. Saya kasih tahu, di Jawa itu ada satu konsep hidup. Siapa yang risau maka ada sesuatu yang salah pada diri orang itu. Nah, saya nggak pernah risau wong nggak ada apa-apa.
Mengatasi masalah ini, pencemaran nama baik, apa cukup dengan bersikap seperti itu?
Ha...ha... kalau orang percaya, silakan! Tapi kalau orang nggak percaya ya silakan juga. Ngapain saya mesti cari perkara? Pekerjaan saya banyak banget kok. Kalau Bulog atau polisi mau mengurus masalah ini ya silakan saja, malah saya sangat senang. Gus Dur sendiri juga bersikap seperti itu.
Anda juga jadi korban Soewondo. Apa tidak ada upaya untuk melaporkan ke polisi?
Ya biar saja. Kalau kita hanya mengurusi orang yang kerjanya menjelek-jelekkan seperti yang dilakukan Soewondo, waktu saya habis untuk mengurusi masalah seperti itu. Padahal banyak orang yang kerjanya menjelek-jelekkan seseorang. Kalau sudah begini bagaimana? Memang nama saya sudah dicatut, tapi saya nggak kehilangan apa-apa, tidak ada uang yang hilang. Gus Dur tidak lapor ke polisi karena yang mencatut nama Gus Dur untuk urusan yang nggak benar bukan cuma Soewondo. Banyak orang mencatut nama Gus Dur untuk hal yang tidak benar. Kalau masalah mencatut nama bukan hanya Gus Dur, nama saya juga sering dicatut.
Tampaknya bagi Gus Dur dan Anda ini cuma masalah sepele?
Oh bukan begitu. Ini memang bukan urusan kecil. Tapi kalau masalah fitnah kan susah mau diapain lagi? Wong Soewondo maunya begitu.
Bagaimana sikap Gus Dur dalam menghadapi masalah Soewondo ini?
Kalau sikap Gus Dur sendiri sudah jelas. Saya sudah tanya langsung ke Gus Dur dan secara tegas Gus Dur bilang nggak tahu-menahu soal uang Rp35 miliar. Saya juga sudah melakukan konfrensi pers untuk menjelaskan ke wartawan bahwa Gus Dur tidak tahu-menahu soal uang Bulog sebesar Rp35 miliar itu.
Mengapa hanya begitu, padahal Gus Dur sudah menjadi korban Soewondo?
Lo itu memang betul. Gus Dur salah satu korban Soewondo. Tapi masalah ini selanjutnya yang mengurus secara hukum itu polisi bukan Gus Dur. Orang yang dikorbankan oleh Soewondo itu bukan cuma Gus Dur, banyak orang lain yang juga dikorbankan dan juga dicatut namanya. Sekarang ini masalahnya Bulog sudah melapor atau belum ke pihak kepolisian. Setiap masalah itu nggak bisa dilihat sesaat saja.
Apakah Gus Dur merelakan jika Soewondo diperiksa?
Rela dong. Lagi pula kenapa Gus Dur harus nggak rela jika Soewondo diproses secara hukum. Wong Suwondo salah.
Bagaimana dengan kedekatan Soewondo dan Gus Dur yang bisa menghalangi proses pemeriksaan?
Ah nggak juga. Apa benar Soewondo ini dekat sekali dengan Gus Dur? Itu kata siapa. Apa kata koran? Gus Dur itu dekat dengan banyak orang. Dengan siapa saja Gus Dur itu dekat. Kan nggak ada hubungannya antara proses pemeriksaan polisi dengan Gus Dur.
Bulog akan melaporkan masalah ini kalau ada restu dari Gus Dur, karena ini menyangkut orang yang dekat dengan Gus Dur?
Kenapa perlu restu segala macam. Memangnya ini zaman Orde Baru yang perlu restu-restuan. Kalau memang Bulog dirugikan, ya lapor dong ke polisi. Sekarang begini, misalnya saja suatu saat, entah itu kapan, ada orang yang datang ke seseorang atau sebuah perusahaan untuk minta uang. Katanya perintah minta uang itu dari saya. Atau saya yang menginstruksikan untuk mencari uang. Nah, orang yang dimintai uang kok percaya dan memberikan. Kalau begitu salah siapa? Apa itu kesalahan saya?