Tak Adil, Menghukum Semua Pelanggar HAM

CONTENTS

Update: 23.40 Wib Jum'at, 03 September 1999
_________________________________________________________________

Tak Adil, Menghukum Semua Pelanggar HAM
_________________________________________________________________

*RUU Istimewa Martabat Orang Aceh

Serambi-Jakarta
Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid menyatakan rencana mengadili pelaku pelanggar HAM baik semasa maupun pasca-DOM di Aceh terserah hasil kerja Tim Independen Pengusut Tindak Kekerasan di Aceh.

"Tapi kalau semuanya diadili, malah tidak adil," kata Syarwan kepada wartawan seusai menghadiri rapat paripurna DPR pembicaraan tingkat I RUU inisiatif tentang penyelenggaraan keistimewaan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Kamis (2/9).

Syarwan terlihat sangat hati-hati ketika menjawab pertanyaan tentang "mempengadilankan" para pelanggar HAM di Aceh, sebagaimana yang diminta oleh masyarakat sebagai salah-satu cara menyelesaikan masalah Aceh. Menurutnya, untuk mengusut tindak kekerasan di Aceh sudah dibahas pemerintah, dan lewat kepresnya presiden telah membentuk tim independen yang diketuai salah seorang tokoh Aceh, H Amram Zamzami. Oleh karena itu, Syarwan mengatakan sebaiknya soal pengadilan pelanggar HAM dilakukan setelah menunggu hasil tim independen. "Jadi tak mudah mengadili seseorang karena sudah ada tim independen. Kalau semua diadili, malah nggak adil itu," kata Syarwan yang pernah menjadi Danrem 011/Lilawangsa pada saat pemberlakuan DOM di Aceh. Sedangkan soal referendum di Aceh, Syarwan menyatakan bahwa Presiden BJ Habibie sudah menegaskan hal itu sebagai batas akhir toleransi.

"Pemerintah tak akan memberikan toleransi (untuk menggelar referendum). Nggak tahu kalau presiden mendatang. Kalau Pak Habibie sudah tegas," katanya.

Dikatakan, sebenarnya pemerintah telah merespon beberapa hal yang dituntut oleh masyarakat Aceh. "Misalnya pemerintah setuju disusun RUU soal Keistimewaan Aceh dan Kelembagaan Aceh. Dan pemerintah sudah memaksimalkan usaha-usaha itu," katanya.

Mantan Kassospol ABRI ini selanjutnya mengatakan, ia melihat bahwa TNI pun sudah sangat optimal sekali dalam merespon tuntutan Aceh. "Misalnya minta Kopassus ditarik, akhirnya dituruti. Juga minta Kodam Iskandar Muda ditunda, TNI juga menundanya. Padahal rencananya Kodam Iskandar Muda diresmikan 1 September kemarin."

Tapi, tambah Syarwan, kalau ternyata setelah itu masih ada tentara dibunuhi tiap hari, jangan salahkan kalau ABRI tak membiarkan hal itu terus-menerus. "Jadi kalau ABRI dikirim ke sana lagi, jangan disalahkan. Kita hanya meminta rakyat Aceh menjaga keamanan dan ketertibannya sekarang," katanya.

Dikatakan, masyarakat harus mampu mendorong terciptanya situasi aman di Aceh. Hal itu sangat penting agar masyarakat dan aparat keamanan sama-sama merasa aman. "Jangan lagi ada aparat keamanan yang mendapat perlakuan tidak baik. Hingga kemarin kayaknya belum aman betul, ada Babinsa dibunuh dan lain sebagainya. Itu tidak bisa dibiarkan," kata pensiunan jenderal bintang tiga itu.

Martabat

Sementara itu, Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU tentang Keistimewaan Aceh, Hasanuddin Harahap dalam rapat yang dihadiri Wkl Ketua DPR/MPR Hari Subarno dan Mendagri Syarwan Hamid itu mengatakan, RUU keistimewaan Aceh diharapkan menjadi payung bagi perlindungan terhadap pranata sosial, budaya Aceh serta mengembalikan martabat masyarakat Aceh.

Hasanuddin mengatakan, daerah Aceh adalah modal bagi perjuangan merebut kemerdekaan RI dimana semangat dan kegigihan masyarakat membela martabat bangsa telah banyak ditunjukkan secara nyata. "Semua kegigihan itu tidak bisa dilepaskan sebagai keistimewaan sosial dan pranata budaya Aceh. Namun sebutan keistimewaan itu kini belum dirasakan masyarakat setempat, bahkan orang Aceh tidak bisa merasakan hak keistimewaan itu," katanya.

Masyarakat pun akhirnya kecewa kepada pemerintah, karena itu, kata Hasanuddin Harahap, dengan adanya UU Keistimewaan Aceh diharapkan akan menjadi cara terbaik untuk memberikan kembali kehormatan dan martabat kepada masyarakat Aceh.

RUU inisiatif itu mulai dibahas di tingkat Pansus dan akan diselesaikan September ini, terdiri atas lima bab dan 12 pasal. Bab I membahas hal-hal pokok dalam RUU itu, misalnya menyangkut pengertian keistimewaan, ulama, kebijakan daerah dan sebagainya. Bab II mengatur kewenangan, Bab III menggariskan tentang penyelenggaraan keistimewaan, Bab IV aspek keistimewaan, dan Bab V Penutup.

Dalam RUU ini yang dimaksud keistimewaan adalah pengakuan bangsa Indonesia yang diberikan Aceh terhadap perjuangan dan nilai-nilai hakiki masyarakat Aceh yang tetap dipelihara secara turun-temurun sebagai landasan moral dan spiritual serta kemanusiaan.

Aspek keistimewaan menyangkut kehidupan beragama, adat dan peran-peran dalam kebijakan daerah. Misalnya, Pasal 4 (1) disebutkan, kehidupan beragama di Aceh diselenggarakan dengan bersendikan syariat Islam.(son/ant/detik.com)
_________________________________________________________________

Aparat Hadang Konvoi 32 Mobil Peserta Rapat Akbar
_________________________________________________________________

* Massa Tidur di Jalan

Serambi-Sigli
Sekitar 2.000 warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pidie, gagal menghadiri rapat Akbar Mahasiswa dan Masyarakat Aceh, yang digelar di Kampus Darussalam Banda Aceh, Kamis (2/9). Penghadangan puluhan bus dan truk yang sedang berkonvoi terjadi di kawasan Kecamatan Glumpangtiga, Rabu (1/9) malam.

Ribuan warga yang hendak menghadiri rapat akbar berasal dari Kecamatan Bandardua, Ulim, Meureudu, dan Trienggadeng. Sekitar pukul 22.00 WIB, secara berkonvoi 32 bus dan truk mereka menuju Banda Aceh. Karena, paginya harus tiba di ibukota propinsi, guna mengikuti rapat akbar.

Ketika berada di kawasan Kecamatan Glumpangtiga, bus dan truk yang sedang berkonvoi dihadang aparat, sekaligus terjadinya aksi penembakan ke udara. Semuanya diminta untuk turun dan dilarang berangkat ke Banda Aceh. "Tujuan kami ke Banda Aceh hanya untuk mengikuti rapat akbar, tak ada maksud yang lainnya," kata seorang warga Meureudu kemarin.

Suasana menjadi gaduh ketika tembakan beruntun terdengar warga kecamatan itu, yang sedang tidur lelap. Dengan rasa takut dan trauma mereka semuanya tak berani keluar rumah. Bahkan kebanyakan mereka melakukan tiarap dalam rumahnya masing-masing. "Kami sangat takut, dikira sedang terjadi kontak senjata," kata seorang warga Glumpangtiga.

Kapolres Pidie, Letkol Pol Drs Endang Emiqail Bagus, Kamis (2/9) mengatakan penghadangan ribuan warga, bukan menghalangi mereka supaya jangan mengikuti rapat akbar. Aparat khawatir karena tak ada yang bertanggungjawab terhadap keselamatan mereka, apalagi berangkatnya pada malam hari.

Aparat, kata Bagus, tetap melakukan tindakan preventif terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan tembakan ke udara hanya sebagai peringatan, karena ditakutkan ada kelompok tertentu yang menyusupi dalam ribuan massa. "Kita pun sudah katakan, kalau ada yang tanggungjawab, silakan lanjutkan perjalanan," ungkapnya.

Tidur di jalan

Ribuan warga marah besar ketika aparat menghadang dan melarang mereka ke Banda Aceh. Sehingga, mereka melakukan aksi tidur di jalan raya Banda Aceh-Medan. Sejak pukul 23.30 WIB semua turun dari bus dan truk. Mulanya, mereka sudah nekad untuk melanjutkan perjalanan.

Ketika ribuan warga melakukan aksi tidur di jalan, aparat melakukan kembali tembakan peringatan ke udara. Sementara, beberapa orang dari mereka dipanggil untuk melakukan negosiasi, supaya semua warga yang hadir dapat kembali ke kecamatan masing-masing.

Menurut warga, ketika mereka melakukan aksi tidur di jalan aparat mencatat semua nomor polisi bus dan truk yang mengangkut ribuan warga yang hendak menghadiri rapat akbar. Bahkan aparat sampai mencatat nama sopir yang membawa bus dan truk tersebut. "Kami sangat keberatan terhadap sikap aparat," kata seorang warga.

Menurut warga, sejumlah tokoh masyarakat dari empat kecamatan itu, mendapatkan undangan khusus dari panitia penyelenggara rapat akbar di Darussalam Banda Aceh. Tokoh sudah duluan berangkat pada sore hari, sedangkan ribuan warga terpaksa berangkat malam. "Kami memang tak ada yang mengoordinir, semua terjadi secara spontanitas," kata warga Meureudu.

Dalam negosiasi tersebut, aparat membolehkan ribuan warga melanjutkan perjalanan. Tapi, harus ada orang yang bertanggungjawab selaku kepala rombongan. Dan, aparat memberikan izin, tapi segala sesuatu yang terjadi dalam perjalanan nantinya pihak keamanan tidak bertanggungjawab.

Sekitar satu jam setengah melakukan aksi tidur di jalan, akhirnya warga bubar setelah dilakukan tembakan peringatan ke udara. Dengan perasaan kecewa mereka juga kembali dengan berkonvoi sekitar pukul 01.00 WIB. (tim)
_________________________________________________________________

Meriah, Rapat Akbar di Tugu Darussalam

Serambi-Banda Aceh
Rapat akbar rakyat Aceh yang digelar mahasiswa di Lapangan Tugu Darussalam, Banda Aceh, Kamis kemarin, berlangsung meriah. Mobil pemadam kebakaran terpaksa dipesan panitia untuk menyiram ribuan massa yang berpanas-panasan di terik matahari.

Perhelatan yang berlangsung dari pagi hingga petang kemarin itu diisi berbagai kegiatan antara lain orasi, pembacaan hikayat Perang Sabil, teater, dan hiburan musik lagu-lagu Aceh.

Berbagai kegiatan yang mereka gelar secara umum tidak lepas dari tema soal tuntutan pelaksanaan referendum di Aceh, penolakan Kodam Iskandarmuda, dan desakan mengadili para pelanggaran HAM di Aceh. Suasana Kampus Darussalam, kemarin, memang tampak lebih ramai dari hari-hari biasa. Hanya terpaut sekitar 200 meter dari Lapangan Tugu, di Gelanggang Mahasiswa Prof A Madjid Ibrahim, juga berlangsung rapat senat universitas untuk memperingati hari jadi Unsyiah dengan menghadirkan Menteri Kesehatan untuk menyampaikan orasi.

Selain itu, di berbagai sudut kampus, hingga kemarin, juga masih digelar kegiatan orientasi pendidikan mahasiswa baru (Ordikmaru) Unsyiah. 3000-an mahasiswa baru ini memang tidak ikut bergabung dengan peserta rapat akbar. Namun, saat ratusan peserta Ordikmaru Fakultas Teknik mengadakan long march dan melintas Lapangan Tugu, mereka turut memberi 'aplusan' kepada peserta rapat akbar.

Selain mahasiswa, rapat akbar tersebut turut diikuti berbagai unsur seperti taliban, pelajar, dan masyarakat. Massa secara berangsur mulai menumpuk ke Lapangan Tugu sejak pukul 09.15 WIB. Perlahan- lahan, trotoar jalan di depan Kantor Pusat Administrasi Unsyiah itu akhirnya dipenuhi para mahasiswa dan berbagai komponen masyarakat.

Para panitia membuat podium di tengah lapangan, lengkap dengan pengeras suara sound system. Di pentas terpampang sejumlah spanduk, satu di antaranya bertuliskan For Atjeh Just Referendum. Sekitar pukul 11:00 WIB, rapat akbar dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Quran oleh Zamarkasyi. Kemudian diikuti hikayat Perang Sabil yang dilantunkan secara bersama-sama dengan hikmat.

Sejumlah tokoh-tokoh mahasiswa, seperti Alfian, Aguswandi, dan Riswan, secara bergantian berorasi dengan penuh semangat. Masyarakat tekun mendengar orasi yang dipaparkan mereka, walaupun terik matahari sangat menyengat. Suasana panas ini diantisipasi panitia dengan mendatangkan mobil pemadam kebakaran untuk menyiram massa.

Para aktivis memaparkan kekejaman semasa diberlakukan dan pasca DOM, termasuk bagaimana penderitaan rakyat di pengungsian. Begitupun, mereka meminta masyarakat untuk menjaga persatuan, tidak mudah terprovokasi oleh pihak yang tak bertanggung jawab.

Tengku Husen, seorang mahasiswa Malikul Saleh yang datang khusus dari Lhokseumawe, juga dengan sangat bersemangat ikut berorasi. Katanya, mengadili pelanggar HAM, pembatalan pembentukan Kodam, dan pelaksanaan referendum di Aceh merupakan cara menyelesaikan kasus Aceh. Ia meminta pemerintah pusat segera melaksanakannya.

Saat tiba shalat dhuhur, masyarakat dan mahasiswa berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat. Sekitar pukul 14:20 WIB, acara dilanjutkan kembali. Orasi-orasi tetap dilaksanakan dengan diselingi berbagai kegiatan lainnya.

Selain mahasiswa, sejumlah tokoh lainnya baik dari kalangan cendikiawan maupun taliban juga ikut menyampaikan orasi. Di sela-sela acara turut pula dibacakan ikrar rakyat Aceh, dipandu Radhi Darmansyah (Sekjen Farmidia). Ikrar ini diikuti massa dengan penuh semangat. Intinya, mempertahankan martabat dan keadilan bagi rakyat Aceh, pelanggar HAM di Aceh harus ditindak, mempererat ukhuwah serta persatuan sesama rakyat Aceh, dan tetap memperjuangkan referendum.

Di sela-sela orasi, dipentaskan juga Teater Makelar dari Fakultas Adab IAIN, mempertontonkan eksperesi rakyat Aceh yang menolak dibentuknya Kodam. Juga diselingi dengan salawat badar dari Sanggar Seulawet institut tersebut.

Sebelum rapat selesai, Islamuddin (Sekjen Karma), membacakan ultimatum rakyat Aceh. Yaitu membatalkan rencana pembentukan Kodam, segera menarik TNI yang tergabung dalam PPRM dan non-organik, serta membebaskan napol dan tapol kasus Aceh, dan segera dilaksanakan referendum di Aceh.

Sementara itu, Alfian, koordinator pelaksana yang ditemui Serambi menuturkan, rapat ini bertujuan menyatukan visi dan misi rakyat Aceh. Agar berjuang melawan setiap penindasan. Untuk itu masyarakat harus mempererat persatuan, jangan sampai diprovokasi oleh pihak tak bertanggung jawab. (i/ed)
_________________________________________________________________

Setelah Diculik, Kepala SD Tewas Ditembak
_________________________________________________________________

* Mayat Wanita Terapung

Serambi-Meulaboh
Nasib malang meninpa Satras, kepala SD Rimba Langgeh Lambalek, Kecamatan Samatiga Aceh Barat. Ia ditemukan tewas ditembak, Kamis (2/9) pagi, di ruas jalan Meulaboh-Banda Aceh, setelah sehari sebelumnya diculik oleh orang tak dikenal.

Ketika ditemukan, penduduk Desa Suak Timah, Samatiga, itu masih mengenakan kain sarung dengan posisi terlentang. Di bagian kepala belakang, perut dan paha korban ditemukan tiga lubang bekas tembakan. Sementara itu, masyarakat Rundeng Kecamatan Johan Pahlawan, siang kemarin, menemukan mayat seorang wanita di Krueng (sungai) Cangkoi. Wanita tanpa identitas itu sampai sore kemarin masih berada di kamar mayat RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Sedangkan jenazah Satras -- lelaki berumur 50 tahun-- dievakusi dari TKP sekitar pukul 11.00 WIB oleh anggota Brimob dan Polsek Samatiga. Setelah divisium di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh, jenazahnya dibawa pulang ke Desa Suak Timah untuk dikebumikan.

Kapolres Aceh Barat, Letkol Pol Her Aris Sumarman mengatakan sebelum dibunuh korban yang dikenal cukup baik dengan masyarakat setempat terlebih dulu diculik orang tak dikenal yang datang ke rumahnya berlokasi di samping stadion Lam Kuta Desa Suak Timah sekitar pukul 21.00 WIB Rabu (1/9).

Kata Kapolres, orang tak dikenal itu membawa kabur korban yang masih menggunakan kain sarung. Meski kasus penculikan sempat disaksi isterinya aparat keamanan dan masyarakat setempat baru mengetahui kejadian itu Kamis (2/9) pagi. Mendapat laporan itu, pihak Polsek Samatiga terus mencari informasi untuk memastikan ke mana Kepala SD Rimba Langgeh itu dibawa.

Akhirnya, pihak kepolisian mendapat informasi dari masyarakat di kawasan perkebunan karet yang berlokasi antara Desa Suak Geudebang - Peuribu ada mayat seorang pria yang diletakan di bahu jalan Meulaboh - Banda Aceh. Mendapat laporan itu, anggota Brimob dan Polsek Samatiga langsung menuju ke lokasi. Ternyata mayat yang dibaringkan di bahu jalan dengan posisi telentang dan masih menggunakan kain sarung adalah Satras.

Menurut Kapolres, ketika anggota Brimob tiba di lokasi untuk mengevakuasi korban sempat terdengar suara tembakan yang dilepaskan dari arah perkebunan karet. Namun, tembakan itu tidak ada yang mengena anggota Brimob. "Meski sempat terdengar rentetan tembakan, korban berhasil dievakuasi," kata Her Aris Sumarman. "Kasus ini sudah kita tangani dan pelakunya sedang dilacak," tambah Kapolres Aceh Barat.

Mayat Terapung

Sementara itu, masyarakat Kelurahan Rundeng Kecamatan Johan Pahlawan, sekitar pukul 14.30 WIB Kamis kemarin menemukan mayat seorang wanita di Krueng Cangkoi. Menurut Muhammad Nur Usman, mayat yang ditemukan terapung itu adalah seorang nenek. Temuan itu dilaporkan masyarakat setempat kepada pihak kepolisian dan kemudian dibawa ke RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Hingga sore kemarin, mayat wanita yang belum diketahui indentitasnya masih berada di ruang mayat dan sejauh ini belum ada masyarakat yang mengaku anggota keluarganya. "Pada tubuh korban tak ditemukan adanya bekas penganiayaan," kata salah seorang tenaga medis di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh.(tim)
_________________________________________________________________

Dua SD di Tapaktuan Dibakar
_________________________________________________________________

* Mobil Camat Kutamakmur Dirampas

Serambi-Tapaktuan
Dua gedung SD di ibukota Aceh Selatan, Tapaktuan, Kamis (2/9) dinihari dibakar oleh orang tak dikenal. Pada waktu yang tak jauh berbeda, di Kecamatan Kuala Batee, kembali pembakaran sekolah terulang. Kali ini menimpa SD Alue Beuliung.

Sementara itu, dari Aceh Utara dilaporkan, satu mobil dinas Camat Kutamakmur dirampas oleh orang tak dikenal yang memakai seragam militer dan bersenjata. Perampasan berlangsung di rumah camat, Drs Abdul Wahab Arbi, Rabu (1/9) malam.

Pembakaran dua SD di Tapaktuan adalah peristiwa pertama yang terjadi di ibukota Aceh Selatan. Sekolah-sekolah itu adalah SD Desa Air Beurudang dan SDN 2 Tapaktuan. Kedua sekolah yang letaknya hanya terpaut sekitar 100 m dan berlokasi di pemukiman padat penduduk, dibakar dalam waktu hampir bersamaan sekitar pukul 00:30 WIB. Menurut keterangan yang dihimpun, kebakaran SDN Air Berudang diketahui ketika nyala api telah marak sekitar pukul 01:30 Kamis dinihari. Penjaga sekolah dan sejumlah penduduk di sekitar kompleks sekolah terjaga dan langsung memberikan bantuan. Pada saat yang sama, kabar segera tersebar ke seluruh Desa, dan warga Air Berudang ramai-ramai ikut membantu.

Di tengah malam itu, tampak Camat Kota, Drs Mufti AB, selain sejumlah aparat kepolisian setempat. Namun, karena sudah terlanjur marak, api menjadi sukar dijinakkan, meskipun pada saat itu mobil pemadam kebakaran ikut membantu. Akibatnya, ketiga ruang belajar hangus berikut seluruh isinya.

Di hadapan Kadis P dan K Cabang VII Tapaktuan, yang diwakili Murdani (Kasi Tenaga Guru) saat meninjau lokasi kemarin, Ainul Amin--Kepala SDN Air Beurudang-- menjelaskan, sebanyak 70 murid kelas I, II, dan III, kehilangan tempat belajar. Untuk kelancaran proses belajar, kemungkinan besar mereka akan ditampung di tiga ruang yang tersisa dengan sistem belajar bergiliran.

Suasana Kamis dinihari di kawasan lokasi sekolah betul betul gaduh, sebab dalam waktu hampir bersamaan, warga juga harus ikut membantu memadamkan api yang mulai menyala di tiga ruang SDN 2 yang berjarak sekitar 100 m dari SDN Air Berudang.

Di sekolah ini, nyala api keburu diketahui ketika seorang guru perempuan (ketika diwawancarai dia meminta namanya dirahasiakan), yang tinggal di rumah dinas komplek sekolah kebetulan tersentak dari tidurnya dan sekilas menangkap berkas cahaya di luar. Segera saja dia keluar, dan begitu menyadari nyala api berasal dari ruang kelas, ibu guru pemberani ini langsung mendobrak pintu dan berupaya memadamkan api, sembari terus berteriak meminta bantuan. Api berhasil dipadamkan setelah sejumlah warga tiba di lokasi.

Seperti yang didapati pada beberapa kasus serupa di Kuala Batee, modus operandi pembakaran sekolah di Tapaktuan memiliki kesamaan. Seperti meja dan bangku ditumpuk di depan lemari yang pintunya terkuak. Sejumlah buku diunggun di atas meja, lalu disiram minyak kemudian dibakar. Pelaku diperkirakan masuk lewat fentilasi dengan cara merusakkan jeruji yang terbuat dari kayu.

Di Kuala Batee, SD Alue Beuliung yang berlokasi di Desa Alue Jeurejak, Kamis (2/9) sekitar pukul 00.30 WIB dinihari juga dibakar oleh orang tak dikenal. Dalam peristiwa ini empat ruang (tiga ruang belajar dan satu kantor) beserta isinya rata dengan tanah dilalap sijago merah. Menurut catatan Serambi, SD Alue Beuliung, Selasa (30/8) dinihari, pernah coba dibakar oleh orang tak dikenal bersama lima SD lainnya--SD Alue Rambot, SD Alue Seulaseh, SD Kuala Teureubu, SD Alue Jeurejak dan SD Guhang--secara serentak. Namun, pada saat itu sekolah tersebut berhasil diselamatkan warga bersama SD Guhang.

Kepala Dinas P dan K Perwakilan Blangpidie, Zaini Ismail, mengatakan, kebakaran selain menimbulkan kerugian material, sedikitnya 75 murid (kelas I, II dan III) kehilangan tempat belajar.

Dirampas

Sementara itu, empat pria berseragam loreng dan bersenjata api laras panjang, Rabu (1/9) malam, sekitar pukul 19.45 WIB membawa kabur mobil dinas Camat Kuta Makmur, Aceh Utara, Drs Abdul Wahab Arbi, setelah sebelumnya mengancam tembak camat bila melaporkan tindak perampasan tersebut kepada berwajib.

Menurut keterangan yang dikumpulkan Serambi, keempat pria itu mengenakan seragam militer dengan warna yang agak pudar. Dua di antaranya menyandang senjata api laras panjang. Saat kelompok itu muncul di rumahnya di Desa Teupin Punti, Kecamatan Samudera --21 km arah timur Lhokseumawe--, Abdul Wahab sedang berhubungan telepon dengan seorang temannya di Lhokseumawe.

Melihat camat sedang bertelepon, kelompok itu yang diterima isteri camat sempat menggertak sekaligus mengancam untuk tidak coba-coba memberitahukan kedatangan mereka kepada siapapun. "Kalau tidak, rumah kami bakar dan orang kami tembak," ancam seorang di antara anggota kelompok itu dalam bahasa Aceh yang kental.

Sebelumnya, kepada isteri camat mereka mengatakan memerlukan mobil. Namun, begitu mendengar ancman isteri camat langsung menyergah, "Kalau perlu mobil kenapa orang harus ditembak dan membakar rumah. Ambil saja mobilnya, ini kuncinya," kata nyonya camat.

Seorang di antara kawanan berseragam militer itu langsung masuk ke mobil. Sementara tiga rekannya berjaga-jaga di pintu pagar dengan senjata siap tembak. Begitu mobil berada di depan mereka, ketiganya langsung meloncat ke dalam mobil. Dan mobil dinas camat Toyota Kijang minibus warna biru BL 157 AB dipacu kencang ke arah Medan. Dengan dirampoknya mobil dinas Camat Kutamakmur malam kemarin, hingga saat ini tercatat sudah tiga unit mobil dinas Pemda Aceh Utara yang raib. Sebelumnya, satu unit Toyota Kijang minibus BL 199 K milik Dinas P dan K dirampas di kediaman pejabat sementara Kadis P dan K di Bayu.Menyusul satu unit mobil dinas camat Makmur.

Sementara dalam dua bulan terakhir, menurut Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal, tercatat sudah 14 unit mobil dinas pemerintah, badan usaha, dan milik pribadi masyarakat di Aceh Utara dirampas kelompok sipil bersenjata. Kebanyakan dari mobil itu dirampas ketika sedang melaju di jalan raya. Bahkan, ada di antaranya yang sedang mengisi bahan bakar di SPBU.

Menurutnya, aksi perampasan mobil dilakukan kelompok kriminalis yang menyaru dengan berbagai seragam dan berlindung di balik aksi GAM. (tim)
_________________________________________________________________

Gubernur Talangi Gaji Guru yang Dirampok
_________________________________________________________________

* PT Pos Droping Gaji Pensiunan

Serambi-Banda Aceh
Gubernur Aceh kemarin telah menyatakan menalangi dana Rp 162 juta untuk pembayaran gaji para guru SD di Blangpidie, Aceh Selatan, yang dirampok orang tak dikenal, Rabu (1/9). Sedangkan pihak PT Pos Indonesia kemarin mendrop Rp 50 juta sebagai pengganti gaji para pensiunan PNS dan TNI/Polri yang sehari sebelumnya juga dirampok orang tak dikenal di Kecamatan Baktia, Aceh Utara.

Kadis P dan K Aceh Drs H Syahbuddin AR kemarin menjelaskan, gubernur sangat prihatin mendengar kejadian itu. Terutama, karena menambah kesulitan para guru SD yang sebagian bertugas di tempat terpencil. "Karenanya, gubernur langsung mengambil kebijakan. Pak Gubernur berkali-kali menelepon saya menyatakan segera mengupayakan dana pengganti," ujar Syahbuddin.

Dikatakan, uang pengganti (talangan) yang disediakan gubernur, dikirim ke Blang Pidie minggu ini juga. Sedangkan gaji guru lainnya yang tidak menjadi korban mulai dibayar Jumat (3/9) pagi ini. Menurut Syahbuddin, uang yang dirampok sebenarnya bukan Rp 174 juta seperti diberitakan kemarin, melainkan Rp 162 juta. Sebab, Rp 12 juta di antaranya telah dibayarkan kepada tiga Kepala SD masing- masing SD Susoh, Blangpidie, dan Tangan-tangan sebelum kejadian itu. Untuk menghindari musibah itu, Syahbuddin melalui masing-masing Kadis P dan K Tingkat II yang kemarin terlihat berada di ruang kerjanya, memerintahkan semua kepala SD di Aceh agar membuka rekening bank. Selama ini, katanya, baru beberapa kepala SD yang sudah memiliki rekening gaji di BPD terdekat.

Hal itu diakui Kadis P dan K Aceh Selatan, Drs Saifuddin. Ia mengaku baru mengetahui kejadian perampokan gaji guru di Blang Pidie sesampai di Banda Aceh. Kedatangannya ke Banda Aceh, dalam rangka mengikuti Hardikda se Aceh di Anjon Mon Mata, Kamis (2/9) malam. Menurutnya, dari puluhan SD di 14 kecamatan se Kabupaten Aceh Selatan, belum satupun kepala sekolah yang membuka rekening gaji di bank.

Selain Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh Tenggara dan Aceh Singkil, juga belum membuka rekening di bank. Sementara guru dan kepala sekolah di beberapa kabupaten lainnya, sudah lama memiliki rekening bank. Seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Aceh Tengah, dan Banda Aceh. Khusus di Aceh Tengah, semua guru sudah mengambil gaji melalui bank, kata Kadis P dan K setempat, Taufik AK.

Sedangkan di Aceh Utara, menurut Abdullah Rasyid, Kadis P dan K setempat, dari 26 kecamatan yang ada, baru kecamatan Jeumpa dan Banda Sakti yang sudah membuka rekening. Hal senada dikatakan Djoh- an, Kadis P dan K Pidie. Ia menyebutkan, diwilayah kerjanya yang memiliki 23 kecamatan, hanya guru di enam kecamatan yang sudah mengambil gaji melalui bank.

Kadis P dan K Aceh, Drs Syahbuddin AR menjelaskan, instruksi yang mewajibkan seluruh kepala SD membuka rekening di bank terdekat, selain terhindar kasus serupa, juga memiliki keuntungan lain. Khusus bagi guru, setidaknya dapat terbiasa menabung uang di bank dari pada menyimpannya di rumah. Kasus perampokan di Blangpidie, hendaknya dijadikan pengalaman pahit dan berhati-hati di masa datang.

Gaji pensiunan

Di tempat terpisah, Kepala PT Pos Indonesia Cabang Banda Aceh, Hari Purnomo SE kemarin mengatakan, para PNS dan pensiunan yang mengambil gaji di Kantor Pos Baktiya, Aceh Utara, tidak perlu resah. Pihak pos tetap membayar gaji pegawai/pensiunan sebagaimana biasa. "Uang yang telah dirampok menjadi resiko pihak pos," ujarnya singkat.

Dari Lhokseumawe dilaporkan, Kantor Pos Pemeriksa (kantor induk PT Pos Indonesia) Aceh Utara, Kamis (2/9) kemarin, mendrop dana Rp 50 juta ke kantor PT Pos Indonesia Alue Ie Puteh untuk menanggulangi pembayaran gaji pensiunan PNS dan TNI Kecamatan Baktia yang sehari sebelumnya tertunda akibat uang senilai tersebut dirampok dua pria berpistol sekitar pukul 11.00 WIB.

Menurut Kepala KPRK Aceh Utara, Abdullah Yacob SE, pencairan gaji para pensiunan itu mulai kemarin sudah dilakukan. Dana penanggulangan tersebut, katanya, bersumber dari PT Pos Indonesia. "Karena para pensiunan sangat membutuhkan uang, kita harus mengambil kebijaksanaan penanggulangan. Yang penting, mereka bisa terima gaji untuk menutupi kebutuhan hidupnya, walaupun kita sangat prihatin dengan peristiwa perampokan itu," jelasnya.

Menjawab Serambi, kemarin, ia mengatakan pembayaran gaji para pensiunan Baktiya ditangani langsung oleh dua staf PT Pos Indonesia Alue Ie Puteh di kantornya di Desa Cot Kumbang. "Pembayarannya sampai tutup kantor kemarin berjalan lancar," ungkap Abdullah Yacob yang ikut memonitor dari dekatnya prosesi pembayaran gaji pensiunan Baktia, kemarin.

Sementara itu, sampai Kamis siang, aparat kepolisian belum berhasil menangkap tersangka pelaku perampokan uang gaji pensiunan Baktia itu walau beberapa kawasan dan tempat, termasuk rumah tersangka, telah disisir sepanjang Rabu.

Diduga, pelaku perampokan yang sudah diketahui identitasnya itu telah berhasil meloloskan diri. Namun, banyak anggota kepolisian memperkirakan, kedua pelaku yang kala beraksi menggunakan senjata api genggam jenis FN masih bersembunyi di kawasan Baktiya atau kecamatan tetangganya.

Apapun dugaan sementara, Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal menegaskan, upaya pengejaran untuk penangkapan tersangka pelaku perampokan itu tidak akan dihentikan. "Bila dalam dua hari ini tidak berhasil kita tangkap, nama beserta identitas lainnya dari kedua tersangka pelaku akan kita masukkan dalam daftar pencarian orang (DPO) untuk selanjutnya disebarkan ke seluruh wilayah hukum Indonesia," tandasnya. (tim)