Update: 23.40 Wib Jum'at, 03 September 1999
_________________________________________________________________
Tak Adil, Menghukum Semua Pelanggar HAM
_________________________________________________________________
*RUU Istimewa Martabat Orang Aceh
Serambi-Jakarta
Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid menyatakan rencana mengadili pelaku
pelanggar HAM baik semasa maupun pasca-DOM di Aceh terserah hasil
kerja Tim Independen Pengusut Tindak Kekerasan di Aceh.
"Tapi kalau semuanya diadili, malah tidak adil," kata Syarwan kepada
wartawan seusai menghadiri rapat paripurna DPR pembicaraan tingkat I
RUU inisiatif tentang penyelenggaraan keistimewaan di Propinsi Daerah
Istimewa Aceh, Kamis (2/9).
Syarwan terlihat sangat hati-hati ketika menjawab pertanyaan tentang
"mempengadilankan" para pelanggar HAM di Aceh, sebagaimana yang
diminta oleh masyarakat sebagai salah-satu cara menyelesaikan masalah
Aceh. Menurutnya, untuk mengusut tindak kekerasan di Aceh sudah
dibahas pemerintah, dan lewat kepresnya presiden telah membentuk tim
independen yang diketuai salah seorang tokoh Aceh, H Amram Zamzami.
Oleh karena itu, Syarwan mengatakan sebaiknya soal pengadilan
pelanggar HAM dilakukan setelah menunggu hasil tim independen. "Jadi
tak mudah mengadili seseorang karena sudah ada tim independen. Kalau
semua diadili, malah nggak adil itu," kata Syarwan yang pernah menjadi
Danrem 011/Lilawangsa pada saat pemberlakuan DOM di Aceh.
Sedangkan soal referendum di Aceh, Syarwan menyatakan bahwa Presiden
BJ Habibie sudah menegaskan hal itu sebagai batas akhir toleransi.
"Pemerintah tak akan memberikan toleransi (untuk menggelar
referendum). Nggak tahu kalau presiden mendatang. Kalau Pak Habibie
sudah tegas," katanya.
Dikatakan, sebenarnya pemerintah telah merespon beberapa hal yang
dituntut oleh masyarakat Aceh. "Misalnya pemerintah setuju disusun RUU
soal Keistimewaan Aceh dan Kelembagaan Aceh. Dan pemerintah sudah
memaksimalkan usaha-usaha itu," katanya.
Mantan Kassospol ABRI ini selanjutnya mengatakan, ia melihat bahwa TNI
pun sudah sangat optimal sekali dalam merespon tuntutan Aceh.
"Misalnya minta Kopassus ditarik, akhirnya dituruti. Juga minta Kodam
Iskandar Muda ditunda, TNI juga menundanya. Padahal rencananya Kodam
Iskandar Muda diresmikan 1 September kemarin."
Tapi, tambah Syarwan, kalau ternyata setelah itu masih ada tentara
dibunuhi tiap hari, jangan salahkan kalau ABRI tak membiarkan hal itu
terus-menerus. "Jadi kalau ABRI dikirim ke sana lagi, jangan
disalahkan. Kita hanya meminta rakyat Aceh menjaga keamanan dan
ketertibannya sekarang," katanya.
Dikatakan, masyarakat harus mampu mendorong terciptanya situasi aman
di Aceh. Hal itu sangat penting agar masyarakat dan aparat keamanan
sama-sama merasa aman. "Jangan lagi ada aparat keamanan yang mendapat
perlakuan tidak baik. Hingga kemarin kayaknya belum aman betul, ada
Babinsa dibunuh dan lain sebagainya. Itu tidak bisa dibiarkan," kata
pensiunan jenderal bintang tiga itu.
Martabat
Sementara itu, Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU tentang Keistimewaan
Aceh, Hasanuddin Harahap dalam rapat yang dihadiri Wkl Ketua DPR/MPR
Hari Subarno dan Mendagri Syarwan Hamid itu mengatakan, RUU
keistimewaan Aceh diharapkan menjadi payung bagi perlindungan terhadap
pranata sosial, budaya Aceh serta mengembalikan martabat masyarakat
Aceh.
Hasanuddin mengatakan, daerah Aceh adalah modal bagi perjuangan
merebut kemerdekaan RI dimana semangat dan kegigihan masyarakat
membela martabat bangsa telah banyak ditunjukkan secara nyata. "Semua
kegigihan itu tidak bisa dilepaskan sebagai keistimewaan sosial dan
pranata budaya Aceh. Namun sebutan keistimewaan itu kini belum
dirasakan masyarakat setempat, bahkan orang Aceh tidak bisa merasakan
hak keistimewaan itu," katanya.
Masyarakat pun akhirnya kecewa kepada pemerintah, karena itu, kata
Hasanuddin Harahap, dengan adanya UU Keistimewaan Aceh diharapkan akan
menjadi cara terbaik untuk memberikan kembali kehormatan dan martabat
kepada masyarakat Aceh.
RUU inisiatif itu mulai dibahas di tingkat Pansus dan akan
diselesaikan September ini, terdiri atas lima bab dan 12 pasal. Bab I
membahas hal-hal pokok dalam RUU itu, misalnya menyangkut pengertian
keistimewaan, ulama, kebijakan daerah dan sebagainya. Bab II mengatur
kewenangan, Bab III menggariskan tentang penyelenggaraan keistimewaan,
Bab IV aspek keistimewaan, dan Bab V Penutup.
Dalam RUU ini yang dimaksud keistimewaan adalah pengakuan bangsa
Indonesia yang diberikan Aceh terhadap perjuangan dan nilai-nilai
hakiki masyarakat Aceh yang tetap dipelihara secara turun-temurun
sebagai landasan moral dan spiritual serta kemanusiaan.
Aspek keistimewaan menyangkut kehidupan beragama, adat dan peran-peran
dalam kebijakan daerah. Misalnya, Pasal 4 (1) disebutkan, kehidupan
beragama di Aceh diselenggarakan dengan bersendikan syariat
Islam.(son/ant/detik.com)
_________________________________________________________________
Aparat Hadang Konvoi 32 Mobil Peserta Rapat Akbar
_________________________________________________________________
* Massa Tidur di Jalan
Serambi-Sigli
Sekitar 2.000 warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pidie, gagal
menghadiri rapat Akbar Mahasiswa dan Masyarakat Aceh, yang digelar di
Kampus Darussalam Banda Aceh, Kamis (2/9). Penghadangan puluhan bus
dan truk yang sedang berkonvoi terjadi di kawasan Kecamatan
Glumpangtiga, Rabu (1/9) malam.
Ribuan warga yang hendak menghadiri rapat akbar berasal dari Kecamatan
Bandardua, Ulim, Meureudu, dan Trienggadeng. Sekitar pukul 22.00 WIB,
secara berkonvoi 32 bus dan truk mereka menuju Banda Aceh. Karena,
paginya harus tiba di ibukota propinsi, guna mengikuti rapat akbar.
Ketika berada di kawasan Kecamatan Glumpangtiga, bus dan truk yang
sedang berkonvoi dihadang aparat, sekaligus terjadinya aksi penembakan
ke udara. Semuanya diminta untuk turun dan dilarang berangkat ke Banda
Aceh. "Tujuan kami ke Banda Aceh hanya untuk mengikuti rapat akbar,
tak ada maksud yang lainnya," kata seorang warga Meureudu kemarin.
Suasana menjadi gaduh ketika tembakan beruntun terdengar warga
kecamatan itu, yang sedang tidur lelap. Dengan rasa takut dan trauma
mereka semuanya tak berani keluar rumah. Bahkan kebanyakan mereka
melakukan tiarap dalam rumahnya masing-masing. "Kami sangat takut,
dikira sedang terjadi kontak senjata," kata seorang warga
Glumpangtiga.
Kapolres Pidie, Letkol Pol Drs Endang Emiqail Bagus, Kamis (2/9)
mengatakan penghadangan ribuan warga, bukan menghalangi mereka supaya
jangan mengikuti rapat akbar. Aparat khawatir karena tak ada yang
bertanggungjawab terhadap keselamatan mereka, apalagi berangkatnya
pada malam hari.
Aparat, kata Bagus, tetap melakukan tindakan preventif terhadap
berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan tembakan ke udara
hanya sebagai peringatan, karena ditakutkan ada kelompok tertentu yang
menyusupi dalam ribuan massa. "Kita pun sudah katakan, kalau ada yang
tanggungjawab, silakan lanjutkan perjalanan," ungkapnya.
Tidur di jalan
Ribuan warga marah besar ketika aparat menghadang dan melarang mereka
ke Banda Aceh. Sehingga, mereka melakukan aksi tidur di jalan raya
Banda Aceh-Medan. Sejak pukul 23.30 WIB semua turun dari bus dan truk.
Mulanya, mereka sudah nekad untuk melanjutkan perjalanan.
Ketika ribuan warga melakukan aksi tidur di jalan, aparat melakukan
kembali tembakan peringatan ke udara. Sementara, beberapa orang dari
mereka dipanggil untuk melakukan negosiasi, supaya semua warga yang
hadir dapat kembali ke kecamatan masing-masing.
Menurut warga, ketika mereka melakukan aksi tidur di jalan aparat
mencatat semua nomor polisi bus dan truk yang mengangkut ribuan warga
yang hendak menghadiri rapat akbar. Bahkan aparat sampai mencatat nama
sopir yang membawa bus dan truk tersebut. "Kami sangat keberatan
terhadap sikap aparat," kata seorang warga.
Menurut warga, sejumlah tokoh masyarakat dari empat kecamatan itu,
mendapatkan undangan khusus dari panitia penyelenggara rapat akbar di
Darussalam Banda Aceh. Tokoh sudah duluan berangkat pada sore hari,
sedangkan ribuan warga terpaksa berangkat malam. "Kami memang tak ada
yang mengoordinir, semua terjadi secara spontanitas," kata warga
Meureudu.
Dalam negosiasi tersebut, aparat membolehkan ribuan warga melanjutkan
perjalanan. Tapi, harus ada orang yang bertanggungjawab selaku kepala
rombongan. Dan, aparat memberikan izin, tapi segala sesuatu yang
terjadi dalam perjalanan nantinya pihak keamanan tidak
bertanggungjawab.
Sekitar satu jam setengah melakukan aksi tidur di jalan, akhirnya
warga bubar setelah dilakukan tembakan peringatan ke udara. Dengan
perasaan kecewa mereka juga kembali dengan berkonvoi sekitar pukul
01.00 WIB. (tim)
_________________________________________________________________
Meriah, Rapat Akbar di Tugu Darussalam
Serambi-Banda Aceh
Rapat akbar rakyat Aceh yang digelar mahasiswa di Lapangan Tugu
Darussalam, Banda Aceh, Kamis kemarin, berlangsung meriah. Mobil
pemadam kebakaran terpaksa dipesan panitia untuk menyiram ribuan massa
yang berpanas-panasan di terik matahari.
Perhelatan yang berlangsung dari pagi hingga petang kemarin itu diisi
berbagai kegiatan antara lain orasi, pembacaan hikayat Perang Sabil,
teater, dan hiburan musik lagu-lagu Aceh.
Berbagai kegiatan yang mereka gelar secara umum tidak lepas dari tema
soal tuntutan pelaksanaan referendum di Aceh, penolakan Kodam
Iskandarmuda, dan desakan mengadili para pelanggaran HAM di Aceh.
Suasana Kampus Darussalam, kemarin, memang tampak lebih ramai dari
hari-hari biasa. Hanya terpaut sekitar 200 meter dari Lapangan Tugu,
di Gelanggang Mahasiswa Prof A Madjid Ibrahim, juga berlangsung rapat
senat universitas untuk memperingati hari jadi Unsyiah dengan
menghadirkan Menteri Kesehatan untuk menyampaikan orasi.
Selain itu, di berbagai sudut kampus, hingga kemarin, juga masih
digelar kegiatan orientasi pendidikan mahasiswa baru (Ordikmaru)
Unsyiah. 3000-an mahasiswa baru ini memang tidak ikut bergabung dengan
peserta rapat akbar. Namun, saat ratusan peserta Ordikmaru Fakultas
Teknik mengadakan long march dan melintas Lapangan Tugu, mereka turut
memberi 'aplusan' kepada peserta rapat akbar.
Selain mahasiswa, rapat akbar tersebut turut diikuti berbagai unsur
seperti taliban, pelajar, dan masyarakat. Massa secara berangsur mulai
menumpuk ke Lapangan Tugu sejak pukul 09.15 WIB. Perlahan- lahan,
trotoar jalan di depan Kantor Pusat Administrasi Unsyiah itu akhirnya
dipenuhi para mahasiswa dan berbagai komponen masyarakat.
Para panitia membuat podium di tengah lapangan, lengkap dengan
pengeras suara sound system. Di pentas terpampang sejumlah spanduk,
satu di antaranya bertuliskan For Atjeh Just Referendum.
Sekitar pukul 11:00 WIB, rapat akbar dimulai dengan pembacaan ayat
suci al-Quran oleh Zamarkasyi. Kemudian diikuti hikayat Perang Sabil
yang dilantunkan secara bersama-sama dengan hikmat.
Sejumlah tokoh-tokoh mahasiswa, seperti Alfian, Aguswandi, dan Riswan,
secara bergantian berorasi dengan penuh semangat. Masyarakat tekun
mendengar orasi yang dipaparkan mereka, walaupun terik matahari sangat
menyengat. Suasana panas ini diantisipasi panitia dengan mendatangkan
mobil pemadam kebakaran untuk menyiram massa.
Para aktivis memaparkan kekejaman semasa diberlakukan dan pasca DOM,
termasuk bagaimana penderitaan rakyat di pengungsian. Begitupun,
mereka meminta masyarakat untuk menjaga persatuan, tidak mudah
terprovokasi oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Tengku Husen, seorang mahasiswa Malikul Saleh yang datang khusus dari
Lhokseumawe, juga dengan sangat bersemangat ikut berorasi. Katanya,
mengadili pelanggar HAM, pembatalan pembentukan Kodam, dan pelaksanaan
referendum di Aceh merupakan cara menyelesaikan kasus Aceh. Ia meminta
pemerintah pusat segera melaksanakannya.
Saat tiba shalat dhuhur, masyarakat dan mahasiswa berhenti sejenak
untuk melaksanakan shalat. Sekitar pukul 14:20 WIB, acara dilanjutkan
kembali. Orasi-orasi tetap dilaksanakan dengan diselingi berbagai
kegiatan lainnya.
Selain mahasiswa, sejumlah tokoh lainnya baik dari kalangan
cendikiawan maupun taliban juga ikut menyampaikan orasi.
Di sela-sela acara turut pula dibacakan ikrar rakyat Aceh, dipandu
Radhi Darmansyah (Sekjen Farmidia). Ikrar ini diikuti massa dengan
penuh semangat. Intinya, mempertahankan martabat dan keadilan bagi
rakyat Aceh, pelanggar HAM di Aceh harus ditindak, mempererat ukhuwah
serta persatuan sesama rakyat Aceh, dan tetap memperjuangkan
referendum.
Di sela-sela orasi, dipentaskan juga Teater Makelar dari Fakultas Adab
IAIN, mempertontonkan eksperesi rakyat Aceh yang menolak dibentuknya
Kodam. Juga diselingi dengan salawat badar dari Sanggar Seulawet
institut tersebut.
Sebelum rapat selesai, Islamuddin (Sekjen Karma), membacakan ultimatum
rakyat Aceh. Yaitu membatalkan rencana pembentukan Kodam, segera
menarik TNI yang tergabung dalam PPRM dan non-organik, serta
membebaskan napol dan tapol kasus Aceh, dan segera dilaksanakan
referendum di Aceh.
Sementara itu, Alfian, koordinator pelaksana yang ditemui Serambi
menuturkan, rapat ini bertujuan menyatukan visi dan misi rakyat Aceh.
Agar berjuang melawan setiap penindasan. Untuk itu masyarakat harus
mempererat persatuan, jangan sampai diprovokasi oleh pihak tak
bertanggung jawab. (i/ed)
_________________________________________________________________
Setelah Diculik, Kepala SD Tewas Ditembak
_________________________________________________________________
* Mayat Wanita Terapung
Serambi-Meulaboh
Nasib malang meninpa Satras, kepala SD Rimba Langgeh Lambalek,
Kecamatan Samatiga Aceh Barat. Ia ditemukan tewas ditembak, Kamis
(2/9) pagi, di ruas jalan Meulaboh-Banda Aceh, setelah sehari
sebelumnya diculik oleh orang tak dikenal.
Ketika ditemukan, penduduk Desa Suak Timah, Samatiga, itu masih
mengenakan kain sarung dengan posisi terlentang. Di bagian kepala
belakang, perut dan paha korban ditemukan tiga lubang bekas tembakan.
Sementara itu, masyarakat Rundeng Kecamatan Johan Pahlawan, siang
kemarin, menemukan mayat seorang wanita di Krueng (sungai) Cangkoi.
Wanita tanpa identitas itu sampai sore kemarin masih berada di kamar
mayat RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Sedangkan jenazah Satras -- lelaki berumur 50 tahun-- dievakusi dari
TKP sekitar pukul 11.00 WIB oleh anggota Brimob dan Polsek Samatiga.
Setelah divisium di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh, jenazahnya dibawa
pulang ke Desa Suak Timah untuk dikebumikan.
Kapolres Aceh Barat, Letkol Pol Her Aris Sumarman mengatakan sebelum
dibunuh korban yang dikenal cukup baik dengan masyarakat setempat
terlebih dulu diculik orang tak dikenal yang datang ke rumahnya
berlokasi di samping stadion Lam Kuta Desa Suak Timah sekitar pukul
21.00 WIB Rabu (1/9).
Kata Kapolres, orang tak dikenal itu membawa kabur korban yang masih
menggunakan kain sarung. Meski kasus penculikan sempat disaksi
isterinya aparat keamanan dan masyarakat setempat baru mengetahui
kejadian itu Kamis (2/9) pagi. Mendapat laporan itu, pihak Polsek
Samatiga terus mencari informasi untuk memastikan ke mana Kepala SD
Rimba Langgeh itu dibawa.
Akhirnya, pihak kepolisian mendapat informasi dari masyarakat di
kawasan perkebunan karet yang berlokasi antara Desa Suak Geudebang -
Peuribu ada mayat seorang pria yang diletakan di bahu jalan Meulaboh -
Banda Aceh. Mendapat laporan itu, anggota Brimob dan Polsek Samatiga
langsung menuju ke lokasi. Ternyata mayat yang dibaringkan di bahu
jalan dengan posisi telentang dan masih menggunakan kain sarung adalah
Satras.
Menurut Kapolres, ketika anggota Brimob tiba di lokasi untuk
mengevakuasi korban sempat terdengar suara tembakan yang dilepaskan
dari arah perkebunan karet. Namun, tembakan itu tidak ada yang mengena
anggota Brimob. "Meski sempat terdengar rentetan tembakan, korban
berhasil dievakuasi," kata Her Aris Sumarman.
"Kasus ini sudah kita tangani dan pelakunya sedang dilacak," tambah
Kapolres Aceh Barat.
Mayat Terapung
Sementara itu, masyarakat Kelurahan Rundeng Kecamatan Johan Pahlawan,
sekitar pukul 14.30 WIB Kamis kemarin menemukan mayat seorang wanita
di Krueng Cangkoi. Menurut Muhammad Nur Usman, mayat yang ditemukan
terapung itu adalah seorang nenek. Temuan itu dilaporkan masyarakat
setempat kepada pihak kepolisian dan kemudian dibawa ke RSU Cut Nyak
Dhien Meulaboh.
Hingga sore kemarin, mayat wanita yang belum diketahui indentitasnya
masih berada di ruang mayat dan sejauh ini belum ada masyarakat yang
mengaku anggota keluarganya. "Pada tubuh korban tak ditemukan adanya
bekas penganiayaan," kata salah seorang tenaga medis di RSU Cut Nyak
Dhien Meulaboh.(tim)
_________________________________________________________________
Dua SD di Tapaktuan Dibakar
_________________________________________________________________
* Mobil Camat Kutamakmur Dirampas
Serambi-Tapaktuan
Dua gedung SD di ibukota Aceh Selatan, Tapaktuan, Kamis (2/9) dinihari
dibakar oleh orang tak dikenal. Pada waktu yang tak jauh berbeda, di
Kecamatan Kuala Batee, kembali pembakaran sekolah terulang. Kali ini
menimpa SD Alue Beuliung.
Sementara itu, dari Aceh Utara dilaporkan, satu mobil dinas Camat
Kutamakmur dirampas oleh orang tak dikenal yang memakai seragam
militer dan bersenjata. Perampasan berlangsung di rumah camat, Drs
Abdul Wahab Arbi, Rabu (1/9) malam.
Pembakaran dua SD di Tapaktuan adalah peristiwa pertama yang terjadi
di ibukota Aceh Selatan. Sekolah-sekolah itu adalah SD Desa Air
Beurudang dan SDN 2 Tapaktuan. Kedua sekolah yang letaknya hanya
terpaut sekitar 100 m dan berlokasi di pemukiman padat penduduk,
dibakar dalam waktu hampir bersamaan sekitar pukul 00:30 WIB.
Menurut keterangan yang dihimpun, kebakaran SDN Air Berudang diketahui
ketika nyala api telah marak sekitar pukul 01:30 Kamis dinihari.
Penjaga sekolah dan sejumlah penduduk di sekitar kompleks sekolah
terjaga dan langsung memberikan bantuan. Pada saat yang sama, kabar
segera tersebar ke seluruh Desa, dan warga Air Berudang ramai-ramai
ikut membantu.
Di tengah malam itu, tampak Camat Kota, Drs Mufti AB, selain sejumlah
aparat kepolisian setempat. Namun, karena sudah terlanjur marak, api
menjadi sukar dijinakkan, meskipun pada saat itu mobil pemadam
kebakaran ikut membantu. Akibatnya, ketiga ruang belajar hangus
berikut seluruh isinya.
Di hadapan Kadis P dan K Cabang VII Tapaktuan, yang diwakili Murdani
(Kasi Tenaga Guru) saat meninjau lokasi kemarin, Ainul Amin--Kepala
SDN Air Beurudang-- menjelaskan, sebanyak 70 murid kelas I, II, dan
III, kehilangan tempat belajar. Untuk kelancaran proses belajar,
kemungkinan besar mereka akan ditampung di tiga ruang yang tersisa
dengan sistem belajar bergiliran.
Suasana Kamis dinihari di kawasan lokasi sekolah betul betul gaduh,
sebab dalam waktu hampir bersamaan, warga juga harus ikut membantu
memadamkan api yang mulai menyala di tiga ruang SDN 2 yang berjarak
sekitar 100 m dari SDN Air Berudang.
Di sekolah ini, nyala api keburu diketahui ketika seorang guru
perempuan (ketika diwawancarai dia meminta namanya dirahasiakan), yang
tinggal di rumah dinas komplek sekolah kebetulan tersentak dari
tidurnya dan sekilas menangkap berkas cahaya di luar. Segera saja dia
keluar, dan begitu menyadari nyala api berasal dari ruang kelas, ibu
guru pemberani ini langsung mendobrak pintu dan berupaya memadamkan
api, sembari terus berteriak meminta bantuan. Api berhasil dipadamkan
setelah sejumlah warga tiba di lokasi.
Seperti yang didapati pada beberapa kasus serupa di Kuala Batee, modus
operandi pembakaran sekolah di Tapaktuan memiliki kesamaan. Seperti
meja dan bangku ditumpuk di depan lemari yang pintunya terkuak.
Sejumlah buku diunggun di atas meja, lalu disiram minyak kemudian
dibakar. Pelaku diperkirakan masuk lewat fentilasi dengan cara
merusakkan jeruji yang terbuat dari kayu.
Di Kuala Batee, SD Alue Beuliung yang berlokasi di Desa Alue Jeurejak,
Kamis (2/9) sekitar pukul 00.30 WIB dinihari juga dibakar oleh orang
tak dikenal. Dalam peristiwa ini empat ruang (tiga ruang belajar dan
satu kantor) beserta isinya rata dengan tanah dilalap sijago merah.
Menurut catatan Serambi, SD Alue Beuliung, Selasa (30/8) dinihari,
pernah coba dibakar oleh orang tak dikenal bersama lima SD lainnya--SD
Alue Rambot, SD Alue Seulaseh, SD Kuala Teureubu, SD Alue Jeurejak dan
SD Guhang--secara serentak. Namun, pada saat itu sekolah tersebut
berhasil diselamatkan warga bersama SD Guhang.
Kepala Dinas P dan K Perwakilan Blangpidie, Zaini Ismail, mengatakan,
kebakaran selain menimbulkan kerugian material, sedikitnya 75 murid
(kelas I, II dan III) kehilangan tempat belajar.
Dirampas
Sementara itu, empat pria berseragam loreng dan bersenjata api laras
panjang, Rabu (1/9) malam, sekitar pukul 19.45 WIB membawa kabur mobil
dinas Camat Kuta Makmur, Aceh Utara, Drs Abdul Wahab Arbi, setelah
sebelumnya mengancam tembak camat bila melaporkan tindak perampasan
tersebut kepada berwajib.
Menurut keterangan yang dikumpulkan Serambi, keempat pria itu
mengenakan seragam militer dengan warna yang agak pudar. Dua di
antaranya menyandang senjata api laras panjang. Saat kelompok itu
muncul di rumahnya di Desa Teupin Punti, Kecamatan Samudera --21 km
arah timur Lhokseumawe--, Abdul Wahab sedang berhubungan telepon
dengan seorang temannya di Lhokseumawe.
Melihat camat sedang bertelepon, kelompok itu yang diterima isteri
camat sempat menggertak sekaligus mengancam untuk tidak coba-coba
memberitahukan kedatangan mereka kepada siapapun. "Kalau tidak, rumah
kami bakar dan orang kami tembak," ancam seorang di antara anggota
kelompok itu dalam bahasa Aceh yang kental.
Sebelumnya, kepada isteri camat mereka mengatakan memerlukan mobil.
Namun, begitu mendengar ancman isteri camat langsung menyergah, "Kalau
perlu mobil kenapa orang harus ditembak dan membakar rumah. Ambil saja
mobilnya, ini kuncinya," kata nyonya camat.
Seorang di antara kawanan berseragam militer itu langsung masuk ke
mobil. Sementara tiga rekannya berjaga-jaga di pintu pagar dengan
senjata siap tembak. Begitu mobil berada di depan mereka, ketiganya
langsung meloncat ke dalam mobil. Dan mobil dinas camat Toyota Kijang
minibus warna biru BL 157 AB dipacu kencang ke arah Medan.
Dengan dirampoknya mobil dinas Camat Kutamakmur malam kemarin, hingga
saat ini tercatat sudah tiga unit mobil dinas Pemda Aceh Utara yang
raib. Sebelumnya, satu unit Toyota Kijang minibus BL 199 K milik Dinas
P dan K dirampas di kediaman pejabat sementara Kadis P dan K di
Bayu.Menyusul satu unit mobil dinas camat Makmur.
Sementara dalam dua bulan terakhir, menurut Kapolres Aceh Utara Letkol
Pol Drs Syafei Aksal, tercatat sudah 14 unit mobil dinas pemerintah,
badan usaha, dan milik pribadi masyarakat di Aceh Utara dirampas
kelompok sipil bersenjata. Kebanyakan dari mobil itu dirampas ketika
sedang melaju di jalan raya. Bahkan, ada di antaranya yang sedang
mengisi bahan bakar di SPBU.
Menurutnya, aksi perampasan mobil dilakukan kelompok kriminalis yang
menyaru dengan berbagai seragam dan berlindung di balik aksi GAM.
(tim)
_________________________________________________________________
Gubernur Talangi Gaji Guru yang Dirampok
_________________________________________________________________
* PT Pos Droping Gaji Pensiunan
Serambi-Banda Aceh
Gubernur Aceh kemarin telah menyatakan menalangi dana Rp 162 juta
untuk pembayaran gaji para guru SD di Blangpidie, Aceh Selatan, yang
dirampok orang tak dikenal, Rabu (1/9). Sedangkan pihak PT Pos
Indonesia kemarin mendrop Rp 50 juta sebagai pengganti gaji para
pensiunan PNS dan TNI/Polri yang sehari sebelumnya juga dirampok orang
tak dikenal di Kecamatan Baktia, Aceh Utara.
Kadis P dan K Aceh Drs H Syahbuddin AR kemarin menjelaskan, gubernur
sangat prihatin mendengar kejadian itu. Terutama, karena menambah
kesulitan para guru SD yang sebagian bertugas di tempat terpencil.
"Karenanya, gubernur langsung mengambil kebijakan. Pak Gubernur
berkali-kali menelepon saya menyatakan segera mengupayakan dana
pengganti," ujar Syahbuddin.
Dikatakan, uang pengganti (talangan) yang disediakan gubernur, dikirim
ke Blang Pidie minggu ini juga. Sedangkan gaji guru lainnya yang tidak
menjadi korban mulai dibayar Jumat (3/9) pagi ini.
Menurut Syahbuddin, uang yang dirampok sebenarnya bukan Rp 174 juta
seperti diberitakan kemarin, melainkan Rp 162 juta. Sebab, Rp 12 juta
di antaranya telah dibayarkan kepada tiga Kepala SD masing- masing SD
Susoh, Blangpidie, dan Tangan-tangan sebelum kejadian itu.
Untuk menghindari musibah itu, Syahbuddin melalui masing-masing Kadis
P dan K Tingkat II yang kemarin terlihat berada di ruang kerjanya,
memerintahkan semua kepala SD di Aceh agar membuka rekening bank.
Selama ini, katanya, baru beberapa kepala SD yang sudah memiliki
rekening gaji di BPD terdekat.
Hal itu diakui Kadis P dan K Aceh Selatan, Drs Saifuddin. Ia mengaku
baru mengetahui kejadian perampokan gaji guru di Blang Pidie sesampai
di Banda Aceh. Kedatangannya ke Banda Aceh, dalam rangka mengikuti
Hardikda se Aceh di Anjon Mon Mata, Kamis (2/9) malam. Menurutnya,
dari puluhan SD di 14 kecamatan se Kabupaten Aceh Selatan, belum
satupun kepala sekolah yang membuka rekening gaji di bank.
Selain Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh Tenggara dan Aceh Singkil, juga
belum membuka rekening di bank. Sementara guru dan kepala sekolah di
beberapa kabupaten lainnya, sudah lama memiliki rekening bank. Seperti
Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Aceh Tengah, dan Banda Aceh. Khusus di
Aceh Tengah, semua guru sudah mengambil gaji melalui bank, kata Kadis
P dan K setempat, Taufik AK.
Sedangkan di Aceh Utara, menurut Abdullah Rasyid, Kadis P dan K
setempat, dari 26 kecamatan yang ada, baru kecamatan Jeumpa dan Banda
Sakti yang sudah membuka rekening. Hal senada dikatakan Djoh- an,
Kadis P dan K Pidie. Ia menyebutkan, diwilayah kerjanya yang memiliki
23 kecamatan, hanya guru di enam kecamatan yang sudah mengambil gaji
melalui bank.
Kadis P dan K Aceh, Drs Syahbuddin AR menjelaskan, instruksi yang
mewajibkan seluruh kepala SD membuka rekening di bank terdekat, selain
terhindar kasus serupa, juga memiliki keuntungan lain. Khusus bagi
guru, setidaknya dapat terbiasa menabung uang di bank dari pada
menyimpannya di rumah. Kasus perampokan di Blangpidie, hendaknya
dijadikan pengalaman pahit dan berhati-hati di masa datang.
Gaji pensiunan
Di tempat terpisah, Kepala PT Pos Indonesia Cabang Banda Aceh, Hari
Purnomo SE kemarin mengatakan, para PNS dan pensiunan yang mengambil
gaji di Kantor Pos Baktiya, Aceh Utara, tidak perlu resah. Pihak pos
tetap membayar gaji pegawai/pensiunan sebagaimana biasa. "Uang yang
telah dirampok menjadi resiko pihak pos," ujarnya singkat.
Dari Lhokseumawe dilaporkan, Kantor Pos Pemeriksa (kantor induk PT Pos
Indonesia) Aceh Utara, Kamis (2/9) kemarin, mendrop dana Rp 50 juta ke
kantor PT Pos Indonesia Alue Ie Puteh untuk menanggulangi pembayaran
gaji pensiunan PNS dan TNI Kecamatan Baktia yang sehari sebelumnya
tertunda akibat uang senilai tersebut dirampok dua pria berpistol
sekitar pukul 11.00 WIB.
Menurut Kepala KPRK Aceh Utara, Abdullah Yacob SE, pencairan gaji para
pensiunan itu mulai kemarin sudah dilakukan. Dana penanggulangan
tersebut, katanya, bersumber dari PT Pos Indonesia. "Karena para
pensiunan sangat membutuhkan uang, kita harus mengambil kebijaksanaan
penanggulangan. Yang penting, mereka bisa terima gaji untuk menutupi
kebutuhan hidupnya, walaupun kita sangat prihatin dengan peristiwa
perampokan itu," jelasnya.
Menjawab Serambi, kemarin, ia mengatakan pembayaran gaji para
pensiunan Baktiya ditangani langsung oleh dua staf PT Pos Indonesia
Alue Ie Puteh di kantornya di Desa Cot Kumbang. "Pembayarannya sampai
tutup kantor kemarin berjalan lancar," ungkap Abdullah Yacob yang ikut
memonitor dari dekatnya prosesi pembayaran gaji pensiunan Baktia,
kemarin.
Sementara itu, sampai Kamis siang, aparat kepolisian belum berhasil
menangkap tersangka pelaku perampokan uang gaji pensiunan Baktia itu
walau beberapa kawasan dan tempat, termasuk rumah tersangka, telah
disisir sepanjang Rabu.
Diduga, pelaku perampokan yang sudah diketahui identitasnya itu telah
berhasil meloloskan diri. Namun, banyak anggota kepolisian
memperkirakan, kedua pelaku yang kala beraksi menggunakan senjata api
genggam jenis FN masih bersembunyi di kawasan Baktiya atau kecamatan
tetangganya.
Apapun dugaan sementara, Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei
Aksal menegaskan, upaya pengejaran untuk penangkapan tersangka pelaku
perampokan itu tidak akan dihentikan. "Bila dalam dua hari ini tidak
berhasil kita tangkap, nama beserta identitas lainnya dari kedua
tersangka pelaku akan kita masukkan dalam daftar pencarian orang (DPO)
untuk selanjutnya disebarkan ke seluruh wilayah hukum Indonesia,"
tandasnya. (tim)
|