Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS 7: 99).
Dalam tafsir Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim serta kitab-kitab lain
diriwayatkan bahwa ketika ayat di atas diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw, beliau minta malaikat Jibril menafsirkan ayat tersebut. Jibril
menjawab, ''Tunggulah sebentar, aku akan bertanya kepada Yang Maha
Mengetahui.''
Setelah kembali, Jibril berkata, ''Wahai Muhammad, Allah
memerintahkan kepadamu agar engkau menyatukan dirimu dengan orang yang
telah memutus hubungan denganmu, dan agar kamu memberi kepada orang yang
tidak mau memberimu, dan agar kamu memaafkan orang yang telah menganiaya
kamu.''
(Qadi 'Iyad Ibn Musa al Yahsubi, Sirah Muhammad Rasulullah saw
Junjungan Ummat, Buku Pertama, hlm 113-115).
Dalam menyampaikan ajaran Islam selama 23 tahun tugas kenabiannya,
Muhammad saw sangat sering menghadapi penolakan dari masyarakatnya. Dia
tidak hanya dicaci-maki dan difitnah, melainkan juga dikucilkan,
diembargo secara ekonomi, diperangi, dikejar-kejar, bahkan jadi target
pembunuhan. Namun, Muhammad saw menghadapi semua itu dengan tenang,
sabar, tabah, dan selalu mohon pertolongan dan petunjuk Allah. Bahkan,
dia pun mendoakan kaumnya yang menolak dan memusuhi risalah yang
dibawanya.
Diriwayatkan bahwa ketika gigi Nabi patah dan wajahnya terluka pada
Perang Uhud, para sahabat jadi emosi. Mereka berkata, ''Hanya engkaulah
yang berhak melancarkan kutukan terhadap mereka.'' Namun apa sahut Nabi?
''Aku diutus sebagai penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, tunjukilah
kaumku lantaran mereka tidak mengetahui.''
Sifat pemaaf Nabi juga sangat menonjol ketika beliau memaafkan bahkan
mendoakan kaum Thaif yang menolak seruan dakwahnya, mengusirnya, serta
melemparinya dengan batu sehingga berdarah. Dalam riwayat lain
disebutkan Nabi memaafkan seorang perempuan Yahudi yang berusaha
meracuninya dengan memasukkan racun ke dalam daging biri-biri yang
dihidangkan kepada beliau.
Puncak sifat pemaaf itu adalah ketika Nabi Muhammad saw dengan
tangannya yang mulia dan perkataannya yang lemah lembut membebaskan
pasukan kafir Quraisy yang telah jadi pecundang pada penaklukan kota
Mekah. ''Pulanglah, kalian kumaafkan,'' demikian tutur Rasulullah kepada
orang-orang yang selama belasan tahun telah memusuhinya.
Sesungguhnya teguh hati, tabah, dan pemaaf merupakan bagian dari
akhlak Rasulullah Muhammad. Sifat-sifat agung tersebut diteladani oleh
para pemimpin Muslim setelah Muhammad saw wafat, baik kalangan khalifah
yang empat (Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali) maupun khalifah-khalifah
sesudahnya.
Zaman reformasi yang datang ke Indonesia sejak pertengahan 1998
membawa angin kebebasan dan demokrasi yang sering ditafsirkan secara
berlebihan oleh sebagian anggota masyarakat. Tidak jarang sekelompok
orang mengkritik, mencaci-maki, bahkan memfitnah pemimpinnya -- dari
tingkat rendah sampai presiden -- secara tidak proporsional dan
bertanggung jawab. Namun, seorang pemimpin Muslim tidak boleh gampang
terpancing dan terjebak oleh provokasi seperti itu.
Semoga Allah SWT menganugerahi kita pemimpin yang pemaaf. Yakni,
pemimpin yang saleh, sabar, dan pemaaf menghadapi rakyatnya. Sungguh,
Dia adalah Sebaik-baik Pemberi. n