AMBON -- Pertikaian massa bernuansa SARA di kawasan Desa
Sirisori, Ulath dan Ouw, Pulau Saparua, Maluku Tengah, sejak Rabu malam
(20/10) hingga Kamis malam (21/10) mengakibatkan lima orang meninggal
dunia dan lima lainnya luka berat/ringan.
Data yang dihimpun dari masyarakat di Desa Sirisori, Desa Ouw, Desa
Ulath, Polsek Saparua, RSU Saparua, dan Puskodalops Polres P Ambon dan
PP Lease, Kamis malam, mengatakan korban meninggal maupun luka
berat/ringan sebagian besar terkena peluru tajam, di samping serpihan
bom rakitan dan senjata tajam (Sajam).
Kapolsek Saparua, Lettu Pol A Tatuh, ketika dikonfirmasi membenarkan
peristiwa tersebut. Sementara data Puskodalops P Ambon dan PP Lease,
membenarkan Zet Lumalesil meninggal, seorang luka berat serta empat
lainnya luka ringan.
Data dari masyarakat Desa Ouw dan Ulath menyebutkan lima orang yang
tewas dalam kerusuhan itu yakni Butje Latul, Benny Latul, Pai Parinussa,
Zet Lumalesil, dan Thos Sinanu.
Sedangkan Sekretaris Posko MUI Daerah Maluku, Malik Selang,
membenarkan pertikaian massa di Saparua. Namun, data korban masih dicek
kebenarannya.
Sementara itu Kapolda Maluku, Kolonel Pol Bugis Saman, selaku
pemegang Komando Pengendali (Kodal), juga membenarkan peristiwa yang
saat ini mulai dikendalikan aparat Brimob Parepare dan Lintas Udara
733/BS.
''Saya belum bisa merinci data resminya karena masih menunggu laporan
dari Kapolsek Saparua maupun Polres P Ambon dan PP Lease,'' katanya.
Situasi di kota Ambon, Kamis malam (21/10) sekitar pukul 20.20 WIT,
cukup tenang, tidak terpengaruh dengan pertikaian massa di Saparua
karena sebagian besar masyarakat terpaku di depan pesawat TV untuk
mengikuti jalannya pemilihan wapres.
Pada kesempatan lain, Gubernur Maluku Saleh Latuconsina mengharapkan
terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden ke-4 RI, dapat menyelesaikan
kerusuhan bernuansa SARA di daerah ini yang peristiwanya berawal 19
Januari lalu.
''Kami mengharapkan dengan terpilihnya Gus Dur sebagai Kepala Negara,
maka ia bisa menentukan kebijakan bagi penghentian pertikaian, termasuk
berbagai macam bentuk provokasi sehingga dapat membangun kehidupan lebih
baik,'' katanya di Ambon, Kamis.
Gubernur Latuconsina yang didampingi Pangdam XVI/Pattimura Brigjen
TNI Max Tamaela, Kapolda Kolonel Pol Bugis Saman, dan Kahumas Pemda
setempat Drs Cak Saimima, itu mengharapkan Kepala Negara bisa berkunjung
ke Maluku dalam waktu dekat sebagaimana pernah dijanjikannya.
''Kepala Negara tahu banyak tentang perkembangan kerusuhan di Maluku.
Jadi beliau diharapkan bisa berkunjung ke daerah ini sesegera mungkin,''
katanya.
Selanjutnya, Gubernur atas nama Pemerintah dan masyarakat Maluku
mengucapkan selamat atas terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden di era
reformasi.
''Yang pasti diharapkan tidak terjadi munculnya hal-hal yang
macam-macam sebagaimana diduga sebelumnya sehingga bisa merambah ke
Maluku karena kondisi keamanan di daerah ini berangsur-angsur membaik,''
ujar Gubernur Latuconsina.
Sementara itu, Uskup Diosis Amboina Mgr Mandagi MSc, secara terpisah
mengharapkan Presiden memenuhi janji di Jakarta sebulan lalu untuk
berkunjung ke Maluku guna membantu menyelesaikan kerusuhan
berkepanjangan.
''Bapak Uskup, saya akan ke Ambon dalam waktu dekat sebagai tanda
perhatian bagi masyarakat Maluku yang mengalami keadaan memilukan atau
tidak mengenakkan,'' katanya mengutip dialognya dengan Gus Dur.
Ia melihat Presiden Gus Dur merupakan tokoh nasional yang tidak
membedakan ras dan latar belakang. ''Terpenting dari Presiden baru
adalah penghargaannya terhadap manusia sebagai makhluk Allah,'' kata
Uskup Amboina.
Ia juga menyoroti peranan Presiden Gus Dur dan Megawati Soerkanoputri
sebagai dua tokoh nasional yang memiliki rasa kemanusiaan tinggi.
''Keduanya memiliki moralitas tinggi, bukan pembohong, pendusta, dan mau
mencelakakan bangsa sebagaimana pandangan oknum-oknum tertentu
akhir-akhir ini. Jadi, pantas bila keduanya dipercayakan memimpim bangsa
Indonesia baru,'' kata Uskup Mandagi.