REKAYASA MANILA di BALIK AKSI ABU SAYYAF

CONTENTS

Muslim World News On-line

Date of Publication: May 2000
INDONESIAN MUSLIMS FOR GLOBAL PEACE AND JUSTICE

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


REKAYASA MANILA di BALIK AKSI ABU SAYYAF


Citra perjuangan mujahidin Moro makin tercoreng. Siapa sebenarnya kelompok Abu Sayyaf?

Kelompok Abu Sayyaf lagi-lagi bikin heboh. Beberapa waktu lalu, mereka menculik 21 orang warga sipil di pulau Sipadan Malaysia. Jum_at (30/4) kelompok Abu Sayyaf mengancam bakal memenggal sandera kulit putih bila keinginannya tidak dikabuli. Bukan baru kali ini Abu Sayyaf melakukan aksi penculikan. Sebelumnya mereka juga melakukan penyanderaan terhadap 43 orang termasuk 27 murid SD dan menengah, seorang pastor dan 15 guru. Mereka diculik dari sekolah Claret kota Sumisip, Basilan.

Aneh memang, setelah menghilang dalam kurun yang cukup lama, aksi-aksi brutal Abu Sayyaf muncul lagi, dan selalu di saat konflik antara mujahidin Moro dan pemerintah Manila meruncing. Kelompok Abu Sayyaf pun selalu menggunakan cara-cara keras dalam memperjuangkan misinya. Aksi mereka tak jauh dari penculikan, penyanderaan dan pembunuhan. Siapa Abu Sayyaf?

Nama itu pertama kali muncul pada tahun 1992, ketika para anggota Abu Sayyaf melakukan serangan di sisi selatan kota Zamboanga. Mereka melempar bom ke sebuah kapal yang dijadikan toko buku sejumlah misionaris Nasrani, MV Doulous. beberapa orang terluka dalam serangan itu. Di tahun yang sama, Abu Sayyaf juga menyerang Bandara Zamboanga, disusul serangan ke sejumlah gereja Katolik Roma. Tahun berikutnya sejumlah orang tewas dalam sebuah serangan di sebuah Katedral di selatan kota Davao. Bulan April 1995 kelompok Abu Sayyaf melakukan serangan biadab atas penduduk sipil mayoritas Nasrani di Ipil. Mereka meratakan pusat kota, menembak 53 orang penduduk sipil dan menewaskan sejumlah tentara.

Sejak saat itu, kelompok Abu Sayyaf mulai banyak dibicarakan. Konon, mereka menyempal dari kelompok perjuangan MNLF (Moro National Liberation Front) pada tahun 1991. Pendirinya adalah Abdurrajak Janjalani yang kemudian tewas dalam sebuah serangan polisi pemerintah pada 1998. Tapi kematian Abdurrajak tak berpengaruh pada gerakan Abu Sayyaf. Kepemimpinannya digantikan oleh adiknya, Khadafy Janjalani.

Pasukan Abu Sayyaf diperkirakan memiliki basis di kepulauan Basilan, Sulu, Tawi Tawi yang terletak di bagian paling selatan Filipina.

Tahun 1993 Abu Sayyaf menculik Charles Walton, 61, asal Philadelphia. Walton adalah ahli bahasa pada Summer Institute of Linguistic yang berbasis di AS dan menerjemahkan Injil ke dalam bahasa setempat. Ia dibebaskan setelah 23 hari disekap. Tahun berikutnya, mereka menculik lagi tiga orang biarawati dan seorang pendeta Spanyol dalam serangan terpisah. Pada 1998, korban mereka meliputi dua pria Hong Kong, seorang warga Malaysia dan Taiwan. Kali ini, ketika mereka menyekap sejumlah sandera di Basilan, mereka menuntut pemerintah Manila agar melakukan usaha membebaskan Ramzi Yusuf seorang anggota mereka yang ditahan di AS karena dituduh mendalangi pemboman World Trade Centre, New York, pada 1993. Dan tentu saja, Manila menyatakan mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Abu Sayyaf mengklaim telah memenggal dua sandera. Melihat ragam aksi mereka yang kerap menjadikan warga asing sebagai sasaran, terutama missionaris, banyak pihak yang mengaitkan keberadaan Abu Sayyaf dengan organisasi terorisme internasional. Apalagi, meski tak jelas sejauh mana kebenarannya, salah satu anggota Abu Sayyaf pernah mengaku, mereka didanai Usamah bin Laden, donatur jihad Afghanistan.

Banyak versi yang menceritakan proses kemunculan kelompok Abu Sayyaf. Ada yang menyebutkan bahwa mereka muncul setelah sejumlah militer Islam muda merasa tidak puas terhadap para pemimpin sparatis dari generasi tua. Karena itulah mereka membuat barisan pertahanan sendiri. Ada juga yang menyebutkan bahwa mereka sebenarnya adalah rekayasa pemerintah Manila.

Analisa kedua ini boleh jadi benar. Aksi-aksi Abu Sayyaf mungkin saja dibuat oleh pemeintah Filipina untuk menjadi alasan penggunaan kekuatan besar menggempur dan melumatkan Mujahidin Moro dari MILF (Moro Islamic Liberation Front).

Dalam konteks ini, pemerintah Manila menginginkan agar mujahidin Moro yang memperjuangkan kemerdekaan dicap dan diberi label teroris, pembunuh, penculik oleh dunia internasional. Hanya dengan begitu, mereka tidak menerima bantuan meskipun dari negara Islam sendiri. Menurut salah satu sumber mujahidin Moro, khusus dalam kasus Sipadan, pulau itu memang sengaja dipilih karena Malaysia adalah jalur transportasi yang menghubungkan MILF dengan dunia luar. Dengan mengambil alih jalur tersebut, setelah kejadian ini, pemerintah dengan mudah memblokir jalur transportasi tersebut.

Kedua, tak lama lagi Organisasi Konferensi Islam (OKI) akan mengadakan konferensi di Malaysia. Ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk menunjukkan kepada negara-negara peserta konfrensi bahwa semua perjuangan muslim Filipina hanya dilakukan oleh grup penculik dan teroris. Logikanya, sama dengan yang dilakukan Rusia terhadap mujahidin Chechnya. Ketika pemerintah Rusia ingin mengambil tindakan keras terhadap mujahidin Chechnya, Rusia memerlukan kejadian pemicu. Dengan sejumlah pemboman di Moskow mereka mengkambinghitamkan mujahidin dan menjadi sah untuk menggunakan kekuatan besar melumatkan mujahidin.

Benarkah analisa ini? Waktu yang akan berbicara. "Ya Allah perlihatkan yang hak itu hak, dan yang bathil itu bathil."


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

(DI-12/05/00)


Source : Islam on-line & BBC