Republika Online edisi:
02 Jun 2000

Ambon Rusuh Lagi, Dua Tewas

AMBON -- Sedikitnya dua warga sipil meninggal dunia, tiga lainnya luka ringan/berat ketika terjadi konflik antarwarga di kawasan Jalan AY Patty, AM Sangadji serta di Jalan Anthony Rheebok Ambon, kemarin petang.

Wartawan Antara Ambon yang turun ke lokasi menyaksikan dua unit panser mondar-mandir mengitari kawasan konflik guna mencegah berkeliarannya para penembak jitu di atas bangunan-bangunan bertingkat.

Dua korban yang tewas tertembak bernama Adi Buang (24), diduga kuat menjadi korban sniper, serta Jamil Hehanussa (21). Korban luka adalah Dudy dan dua lainnya yang belum teridentifikasi.

Korban tewas saat ini masih disemayamkan di Rumah Sakit Bersalin Al Fatah Ambon. Mereka yang luka-luka juga dirawat di RS itu.

Insiden berawal pukul 15.00 WIT di mana ada konsentrasi massa di kawasan AY Patty dan Anthony Rheebok. Mereka mulanya saling melempar batu, kemudian meningkat menjadi pertikaian.

Pangdam XVI/Pattimura Brigjen TNI Max Tamaela yang dikonfirmasi membenarkan adanya insiden tersebut dan menambahkan bahwa saat ini pihaknya tengah mengamankan satu oknum aparat yang diduga sebagai penembak gelap (sniper). ''Saat ini yang bersangkutan ditahan untuk diproses di Detasemen Polisi Militer,'' ujar Pangdam.

Rentetan tembakan aparat dari sebuah panser cukup membuat dua kelompok warga yang bertikai mengurungkan niatnya untuk keluar dari persembunyian mereka.

Sementara itu, guyuran hujan yang terjadi di kota Ambon dan sekitarnya, Kamis petang hingga malam turut meredakan pertikaian antarwarga di kawasan Jl AY Patty, Jl Anthony Rebhok dan Jl AM Sangadji.

Menurut laporan Antara Ambon, redanya pertikaian bernuansa SARA itu berkat kesigapan aparat keamanan. Tapi, guyuran hujan turut membatasi aktivitas kedua kelompok massa yang mencoba menyusup di kawasan-kawasan pemukiman guna melakukan penyerangan maupun pelemparan bom rakitan dan granat tangan.

Cuaca kurang bersahabat itu memaksa sebagian besar warga masyarakat memilih berdiam di rumahnya atau berjaga-jaga di pos kamling pada masing-masing pemukiman.

Kendati demikian, masyarakat pada sekitar kawasan pertikaian terlihat mengungsi ke daerah-daerah yang dianggap aman dengan membawa pakaian secukupnya karena sebagian besar telah diangkut sebelumnya, menyusul ''tragedi kemanusiaan'' di Ambon, sejak 19 Januari 1999 lalu.

Mereka mempercayakan kawasan pemukiman, termasuk rumah dan peralatannya kepada aparat keamanan yang ditugaskan pada sektor-sektor pengamanan yang diatur Pangdam XVI/Pattimura selaku Dansat Banmil Maluku dan Maluku Utara.

Terbatasnya aktivitas masyarakat di malam hari karena Pangdam Tamaela pun memberlakukan pembatasan keluar malam tanpa tujuan jelas yang dimulai pukul 21.00 WIT hingga 05.00 WIT.

Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 23.15 WIT, tidak terdengar tembakan senjata, baik standar milik aparat keamanan maupun rakitan, di mana sesekali ledakan granat rakitan di tengah guyuran hujan gerimis.

Pangdam Tamaela, secara terpisah mengimbau masyarakat agar menahan diri dan tidak terprovokasi untuk memicu kerusuhan baru. ''Percayakan berbagai perkembangan negatif terhadap aparat keamanan yang siap bertindak sesuai prosedur hukum,'' katanya. n ant

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000