AMBON -- Sedikitnya dua warga sipil meninggal dunia, tiga
lainnya luka ringan/berat ketika terjadi konflik antarwarga di kawasan
Jalan AY Patty, AM Sangadji serta di Jalan Anthony Rheebok Ambon,
kemarin petang.
Wartawan Antara Ambon yang turun ke lokasi menyaksikan dua
unit panser mondar-mandir mengitari kawasan konflik guna mencegah
berkeliarannya para penembak jitu di atas bangunan-bangunan bertingkat.
Dua korban yang tewas tertembak bernama Adi Buang (24), diduga kuat
menjadi korban sniper, serta Jamil Hehanussa (21). Korban luka adalah
Dudy dan dua lainnya yang belum teridentifikasi.
Korban tewas saat ini masih disemayamkan di Rumah Sakit Bersalin Al
Fatah Ambon. Mereka yang luka-luka juga dirawat di RS itu.
Insiden berawal pukul 15.00 WIT di mana ada konsentrasi massa di
kawasan AY Patty dan Anthony Rheebok. Mereka mulanya saling melempar
batu, kemudian meningkat menjadi pertikaian.
Pangdam XVI/Pattimura Brigjen TNI Max Tamaela yang dikonfirmasi
membenarkan adanya insiden tersebut dan menambahkan bahwa saat ini
pihaknya tengah mengamankan satu oknum aparat yang diduga sebagai
penembak gelap (sniper). ''Saat ini yang bersangkutan ditahan untuk
diproses di Detasemen Polisi Militer,'' ujar Pangdam.
Rentetan tembakan aparat dari sebuah panser cukup membuat dua
kelompok warga yang bertikai mengurungkan niatnya untuk keluar dari
persembunyian mereka.
Sementara itu, guyuran hujan yang terjadi di kota Ambon dan
sekitarnya, Kamis petang hingga malam turut meredakan pertikaian
antarwarga di kawasan Jl AY Patty, Jl Anthony Rebhok dan Jl AM Sangadji.
Menurut laporan Antara Ambon, redanya pertikaian bernuansa
SARA itu berkat kesigapan aparat keamanan. Tapi, guyuran hujan turut
membatasi aktivitas kedua kelompok massa yang mencoba menyusup di
kawasan-kawasan pemukiman guna melakukan penyerangan maupun pelemparan
bom rakitan dan granat tangan.
Cuaca kurang bersahabat itu memaksa sebagian besar warga masyarakat
memilih berdiam di rumahnya atau berjaga-jaga di pos kamling pada
masing-masing pemukiman.
Kendati demikian, masyarakat pada sekitar kawasan pertikaian terlihat
mengungsi ke daerah-daerah yang dianggap aman dengan membawa pakaian
secukupnya karena sebagian besar telah diangkut sebelumnya, menyusul
''tragedi kemanusiaan'' di Ambon, sejak 19 Januari 1999 lalu.
Mereka mempercayakan kawasan pemukiman, termasuk rumah dan
peralatannya kepada aparat keamanan yang ditugaskan pada sektor-sektor
pengamanan yang diatur Pangdam XVI/Pattimura selaku Dansat Banmil Maluku
dan Maluku Utara.
Terbatasnya aktivitas masyarakat di malam hari karena Pangdam Tamaela
pun memberlakukan pembatasan keluar malam tanpa tujuan jelas yang
dimulai pukul 21.00 WIT hingga 05.00 WIT.
Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 23.15 WIT, tidak terdengar
tembakan senjata, baik standar milik aparat keamanan maupun rakitan, di
mana sesekali ledakan granat rakitan di tengah guyuran hujan gerimis.
Pangdam Tamaela, secara terpisah mengimbau masyarakat agar menahan
diri dan tidak terprovokasi untuk memicu kerusuhan baru. ''Percayakan
berbagai perkembangan negatif terhadap aparat keamanan yang siap
bertindak sesuai prosedur hukum,'' katanya. n ant