NGANJUK -- Sebuah mobil Suzuki Carry Futura warna merah hati
dengan muatan penuh amunisi meledak di Nganjuk, Jawa Timur, Selasa
(30/5), sekitar pukul 11.30. Musibah meledaknya bom mobil di jalan Gatot
Subroto sekitar 50 meter dari terminal baru Nganjuk, menyebabkan dua
orang meninggal dunia di tempat kejadian, seorang korban menderita luka
berat dan saat ini dirawat di RSI Nganjuk. Sedangkan penumpang lainnya
melarikan diri.
Di dalam mobil bernopol AB-7224-FA ditemukan ribuan peluru tajam --
sebagian peluru dalam format terangkai -- di antaranya berukuran kaliber
38, sejumlah granat tangan, buku-buku agama dan buku petunjuk merakit
senjata, sebuah dokumen berisi pengumpulan dana laskar jihad untuk
Maluku, tabungan BCA dan BNI Yogyakarta atas nama Rifzikka Helta, serta
sebuah kotak uang berisi lembaran uang kertas Rp 50 ribuan dan Rp 20
ribuan.
Seorang warga Nganjuk yang dihubungi Republika kemarin,
mengisahkan mobil tersebut melintas dari arah timur (arah Surabaya)
menuju ke barat (arah Madiun).
''Semula, ada suara ledakan-ledakan kecil dari dalam mobil itu.
Kemudian, mobilnya berhenti menepi di dekat toko Mapan, jalan Kauman.
Tak berapa lama, tiba-tiba ada suara ledakan keras. Sebelum mobil
terbakar, saya lihat ada dua orang penumpangnya di depan keluar dan
melarikan diri,'' kata warga Nganjuk yang tak mau disebut jati dirinya.
Ledakan keras dari mobil tersebut menimbulkan kobaran api yang dengan
cepat membesar dan menyebabkan sebagian badan mobil terkoyak akibat
meledaknya bahan amunisi.
''Saya lihat memang ada serpihan granat yang tercerai berai. Juga ada
buku-buku agama dan ratusan peluru tajam dan dokumen-dokumen di dalam
mobil itu,'' lanjut sumber Republika yang rumah tinggalnya tak
jauh dari lokasi kejadian.
Kadit Serse Polda Jatim, Kol Pol Suharto, ketika dihubungi
membenarkan adanya kejadian tersebut. ''Kita masih melakukan pemeriksaan
secara intensif, penyebab kejadiannya. Apakah, meledaknya mobil
disebabkan granat atau sebab lain,'' katanya.
''Saat ini, petugas masih konsentrasi di lokasi kejadian, dari mana
asal amunisi tersebut serta akan dikirim ke mana, karena jumlah
pelurunya cukup banyak dan ada granat tangannya yang masih aktif dan
belum meledak. Ini pasti ada maksud tertentu,'' papar Kadit Serse.
Menurutnya, petugas dari Polres Nganjuk belum berhasil menemukan
identitas korban yang meninggal dunia, karena kondisi tubuhnya hangus
terbakar. Sedangkan korban yang kini dirawat di RSI Nganjuk bernama Asmi
Ishaq (32) semula mengaku sebagai santri dari pondok pesantren
Al-Ikhlas, Jember.
Namun menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlas Jember KH Ahmad
Amar, bahwa Asmi Ishaq hanya menantu, bukan warga pesantren Al-Ikhlas.
''Jadi tidak benar kalau dia itu penghuni pondok sini, saya tegaskan
sekali lagi bahwa dia itu sekadar menantu dan tinggalnya pun tidak satu
kompleks dengan saya,'' tegasnya.
Kadit Serse berharap keterangan dari Asmi akan bisa membeberkan
peristiwa peledakan dan asal usul amunisi tadi. Diakuinya, dari catatan
Polres Nganjuk menyebutkan salah seorang dari penumpang mobil berhasil
melarikan diri.
''Kemungkinan dia masih berada di sekitar Nganjuk. Petugas sudah
siaga di stasiun kereta api dan terminal antarkota, siapa tahu dia
melarikan diri,'' ujarnya.
Polda Jatim, tambah Suharto, kemarin meluncurkan empat anggota
Brimob, empat anggota tim Jihandak, dua petugas dari Laboratorium
Forensik Polri Cabang Polda Jatim, dan sebuah kendaraan taktis (rantis)
penjinak bom.