Republika Online edisi:
04 Jun 2000

Tim Medis Mer-C dan Obat-obatan Mulai Masuk Poso

PALU -- Empat orang relawan tim medis dari MER-C (Medical Emergency Resque Committee) mulai masuk kota Poso, tempat pertikaian antara umat Islam dan Nashara sejak Kamis pekan lalu (25/5).

''Mereka diperkirakan mulai masuk kota Poso malam ini (Sabtu 3/6) karena harus singgah terlebih dulu di Parigi (90 km dari Palu --Red),'' ungkap Ketua MUI Sulawesi Tengah KH Saggaf Al-Jufrie MA kepada Republika, kemarin.

Tim medis dari MER-C tersebut tiba di Palu, Ibukota Sulteng, Jumat (2/6) malam. Sebelum berangkat mereka terlebih dulu berkonsultasi dengan ketua MUI Sulteng yang juga ketua utama Al-Khairaat -- sebuah lembaga Islam tertua dan terbesar di Indonesia Timur. Ketika akan meninggalkan Palu, mereka berdoa bersama yang dipimpin KH Saggaf Al-Jufrie, ulama kharismatis di Indonesia Timur.

Pimpinan MER-C dr Azis menyebutkan keberangkatan tim mereka ke Poso karena panggilan profesi. ''Bila ada hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan, kita langsung meresponnya tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras, maupun golongan. Pokoknya kita peduli terhadap masalah-masalah kemanusiaan,'' ujar Azis yang menyebutkan timnya terdiri dari satu medis, satu para medis dan dua penunjang medis.

Perlengkapan yang dibawa guna menanggulangi korban Poso itu, sambung Azis, ada dua macam yakni perlengkapan bedah dan nonbedah serta perlengkapan peningkatan gizi. Mereka sendiri akan berada di Poso selama satu bulan. ''Tergantung kondisi di lapangan,'' papar Suseno tim medis lainnya.

Sementara itu, Mimin (24), satu-satunya tim medis perempuan yang masuk ke Poso, mengaku sangat berbahagia dapat membantu saudara-saudaranya yang terkena musibah karena akibat pertikaian bersifat SARA.

Ketika ditanyakan apakah dirinya tidak takut masuk ke wilayah yang sedang dilanda kerusuhan, dengan enteng wanita asal Surabaya, Jawa Timur, ini mengatakan, ''Biasa saja. Saya malah senang dan bangga bisa diterjunkan ke Poso,'' tutur Mimin ceria. Mesti ini untuk kali pertama ia terjun ke daerah pertikaian, namun ia siap untuk membantu saudara-saudaranya. ''Ini merupakan panggilan jiwa,'' ujar Mimin yang mengaku baru bergabung dengan MER-C bulan Maret lalu.

Selain bantuan tim medis dan obat-obatan yang sudah mulai masuk ke Palu, kemarin juga datang bantuan tiga ton beras, 200 karton mie instan, 100 kardus air mineral dan ikan asin sebanyak 4 ton dari Komite Penanggulangan Krisis Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (KOMPAK-DDII). ''Mudah-mudahan ke depan masih akan ada bantuan lagi,'' tutur Agus Dwikarna, ketua KOMPAK Sulsel.

Agus berharap agar apa yang terjadi sesungguhnya di Poso tak perlu ditutup-tutupi. ''Saya sendiri melihat ada enam orang yang terluka akibat kerusuhan Poso di RS Palu. Empat di antaranya luka tembak. Jelas, luka tembak,'' papar Agus menambahkan.

Mengenai korban, informasi terakhir yang didapat, lebih dari 20 mayat mengapung di sungai Poso. Mayat yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak itu dalam kondisi tangannya terikat. ''Diperkirakan, mayat-mayat tersebut adalah sebagian dari umat Islam yang disandera para agresor,'' tandas Kiai Saggaf.

Ia mengaku Sabtu pagi ditelepon salah seorang pengurus Al-Khairaat Poso, Nurdin Thaher. ''Dari 20 mayat tersebut, hanya enam orang yang masih utuh sehingga bisa dishalatkan dan dimakamkan. Selebihnya, tubuh dan wajah mereka sudah rusak,'' tutur Kiai Saggaf.

Sayangnya, begitu para wartawan yang sehari-hari meliput di Departemen Agama ingin mengkonfirmasikan kondisi di Palu kepada Menteri Agama Tolchah Hasan yang Sabtu pagi (3/6) mengunjungi kampus Al-Khairaat, dengan sikap yang agak kurang bersahabat menolak memberikan keterangan. ''Sorry, saya sudah ditunggu orang,'' tandas Menag sambil memasuki kendaraannya.

Tentu saja, sikap Menag tersebut mengecewakan para wartawan yang tengah berada di Palu guna meliput pelaksanaan MTQ. ''Mestinya Pak Menteri tidak boleh bersikap seperti itu. Apa salahnya sih kalau dia menjelaskan sekitar dua hingga lima menit,'' ujar seorang wartawan yang tak kuasa menyembunyikan kekecewaannya. ''Pak Menteri kan bisa mengimbau melalui pers agar pertikaian dapat dihentikan,'' ujar wartawan lainnya.

Sementara masyarakat, pemuda, dan mahasiswa Kristen Kabupaten Poso di Makassar, Sabtu, melalui juru bicaranya Brani Limbong menyampaikan sikap agar kerusuhan yang bernuansa SARA di daerah itu segera dihentikan. Kerusuhan itu nantinya akan mengarah kepada perpecahan persatuan dan kesatuan bangsa yang selama ini telah terjalin dengan baik.

Pernyataan sikap terdiri dari lima poin itu antara lain mengimbau kepada pihak pers agar dalam pemberitaannya mengedepankan berita yang benar-benar proporsional dan tetap berpegang pada kode etik jurnalistik sehingga tidak memperuncing kondisi yang ada.

Dalam pernyataan sikap itu juga disebutkan penyesalan atas terjadinya insiden aksi kerusuhan massa yang telah menimbulkan korban jiwa, rusaknya fasilitas sarana ibadah, fasilitas umum termasuk rumah penduduk.

Selain itu warga Poso yang berada di Makassar mengimbau kepada masyarakat di Poso menghindari tindakan yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat daerah setempat khususnya bangsa Indonesia. Mereka pun mendesak kepada para tokoh-tokoh masyarakat maupun agama di daerah itu agar segera mengambil tindakan nyata dalam meredam emosional masyarakat yang sedang dalam pertikaian. dam/ant

 

   

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999