Republika Online edisi:
09 Jun 2000

Bantuan Bolkiah untuk Pribadi Gus Dur

JAKARTA -- Heboh dana bantuan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah sebesar dua juta dolar AS kepada Presiden Abdurrahman Wahid, kemarin, dijelaskan H Masnuh. Orang yang dipercaya Abdurrahman untuk mengurus soal dana itu mengatakan bantuan Bolkiah merupakan bantuan pribadi kepada Abdurrahman.

''Jadi, bantuan itu bukan dari Sultan Hassanal Bolkiah kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Itu bantuan pribadi Hassanal Bolkiah kepada pribadi Gus Dur,'' ujar Masnuh di Jakarta.

Masnuh -- yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha Jawa Timur dan kini menetap di Jl Irian Barat, Jakarta Pusat -- menegaskan pula bahwa bantuan itu diberikan melalui pribadi Abdurrahman untuk membantu bangsa Indonesia, termasuk masyarakat Aceh. ''Bukan hanya untuk masyarakat Provinsi Dista Aceh saja, tetapi juga untuk membantu seluruh bangsa Indonesia,'' kata Masnuh di Jakarta.

Bantuan pribadi tersebut, lanjutnya, sudah disalurkan kepada masyarakat melalui lembaga atau yayasan dan bukan melalui pribadi, termasuk di Aceh. ''Khusus untuk Aceh sudah disampaikan melalui Yayasan Aswaja (Ahlussunnah wal-Jamaah) daerah itu,'' katanya.

Khusus untuk masyarakat Aceh, lanjutnya, bantuan sudah beberapa kali disampaikan. ''Mungkin sudah belasan kali kami penuhi permintaan yang disampaikan melalui Yayasan Aswaja,'' katanya tanpa menyebut jumlah dananya.

Selain untuk masyarakat Aceh, kata dia, Gus Dur juga sudah menyalurkan sendiri bantuan hibah dari pribadi Hassanal Bolkiah kepada masyarakat daerah lainnya di Indonesia. ''Syaratnya, masyarakat yang membutuhkan bantuan kemanusiaan itu harus mengajukan proposal, sedangkan kalau dari Aceh diajukan melalui Yayasan Aswaja,'' katanya.

Bantuan Bolkiah kepada Gus Dur itu menimbulkan pertanyaan kalangan DPR. Rabu lalu, soal ini ditanyakan ketua dan anggota Komisi III DPR kepada Presiden Wahid. Menurut Ketua Komisi III DPR, Awal Kusumah, kemarin, dana dari Bolkiah itu merupakan bantuan pribadi, karena itu tidak dimasukkan sebagai uang negara.

Walaupun untuk diri Presiden pribadi, lanjut anggota Fraksi Partai Golkar itu, namun sumbangan Bolkiah itu tidak mampir ke Abdurrahman, melainkan dilewatkan ke rekening Masnuh.

Oleh Masnuh, lanjutnya, sebanyak 600.000 dolar AS di antaranya disalurkan ke Afdal Yasin, ketua Yayasan Ahlussunah Wal-jamaah (Aswaja), yang juga ketua Pengurus Wilayah PKB Aceh dan anggota DPRD Aceh. Sedangkan Masnuh sendiri menerima uang itu dari Ario Wowor yang berjasa menjadi perantara Bolkiah dengan Abdurrahman.

Atas penyaluran dana tersebut, Wakil Ketua Komisi III Widjanarko Puspoyo dari FDI-P mengatakan walaupun sumbangan tersebut untuk pribadi, namun karena yang diberi itu adalah Presiden, maka pengelolaannya tidak boleh semaunya. ''Artinya, itu mesti harus dipertanggungjawabkan oleh Presiden,'' kata Widjanarko. Selain Widjanarko, anggota Komisi III yang menemui Gus Dur di Bina Graha itu, terdapat juga Rusnain Yahya (FPP), Sukono (FPDI-P), dan Akhmad Risaf Iskandar (Fraksi Reformasi).

Soal bantuan melalui Yayasan Aswaja, dipersoalkan kalangan ulama, tokoh masyarakat, dan DPRD Tk-I Aceh. Mereka mendesak Aswaja mempertanggungjawabkan dana kemanusiaan bantuan Sultan Bolkiah untuk Aceh itu. Ini karena ada dugaan dana tersebut dikelola tidak transparan dan disinyalir banyak tidak mencapai sasaran.

Dugaan penyimpangan dana kemanusiaan bantuan Sultan Brunei itu terungkap setelah disiarkan sebuah surat kabar di Banda Aceh, Senin, sedangkan sebelumnya warga masyarakat dan Pemda Aceh tidak pernah mengetahui dana hibah asing itu.

Ulama Aceh Tengku Imam Sija', Ketua Komisi E DPRD Tk-I Aceh, OK Ibrahim, dan tokoh masyarakat H Muhammad Hadis mendesak semua pranata hukum di Aceh harus segera bergerak untuk menguak ''misteri'' dana sumbangan Sultan Brunei itu. ''Kesimpangsiuran penggunaan dana itu perlu segera diklarifikasi agar masyarakat mengetahui secara jelas,'' kata Ketua Komisi E DPRD Aceh (Kesra), OK Ibrahim.

Dia juga menyebutkan semestinya dana tersebut tidak berhak diberikan kepada lembaga lainnya, kecuali bagi para korban atau keluarga korban tindak kekerasan di Aceh.

Afdal Yasin, pendiri Yayasan Aswaja yang mengaku menerima dana bantuan dari Bolkiah itu, menyebutkan sekitar Rp 3 miliar di antaranya sudah disalurkan. Dana tersebut, lanjutnya seperti dikutip Antara, diberikan kepada mereka yang mengajukan permohonan secara tertulis, termasuk kepada beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM).

H Muhammad Hadis mengatakan jika benar Presiden Wahid menyerahkan dana bantuan kemanusiaan untuk Aceh melalui Yayasan Aswaja, itu terasa sangat aneh karena tidak melibatkan Pemda Aceh. ''Raja Brunei memberikan bantuan itu untuk meringankan penderitaan rakyat Aceh dan bukan kepentingan yayasan tertentu,'' kata Muhammad Hadis.

Untuk meluruskan kecurigaan itu, Hadis mendesak DPRD Aceh sebagai perpanjangan tangan rakyat, meminta penjelasan dari pimpinan Aswaja serta lembaga/organisasi yang dikabarkan ikut menikmati dana bantuan dari Bolkiah itu. ''Saya kira DPRD Aceh tidak boleh tinggal diam karena dana terbut menyangkut kepentingan kemanusiaan,'' katanya.

Sementara itu, seorang tokoh muda Aceh Barat, Adnan Nyak Sarung, mengutuk keras jika benar dana bantuan kemanusiaan dari Pemerintah Brunei Darussalam itu telah disalahgunakan oknum pimpinan yayasan Aswaja. ''Siapa orangnya dan lembaga apa pun namanya, termasuk LSM, jika merasa bukan haknya, mereka harus segera mengembalikan kepada Pemda Aceh untuk disampaikan kepada yang berhak menerimannya,'' ujar Adnan Nyak Sarong. n ban/ant

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000