PALU -- Kelompok Merah yang kurun tiga pekan terakhir gencar
melakukan penyerangan gerilya terhadap warga sipil di desa/kelurahan di
dalam dan di luar kota Poso menyatakan siap untuk berdamai, bahkan
berjanji akan menyerahkan semua senjata yang mereka miliki kepada aparat
keamanan setempat.
Kesediaan kelompok merah ini disampaikan hari Jumat oleh tokoh-tokoh
mereka saat pertemuan dengan pimpinan aparat setempat di Gedung Sinode
Tentena, kota kecil di pinggiran Danau Poso, sekitar 260 km tenggara
Palu. ''Langkah ini merupakan perkembangan terbaru dalam penyelesaian
konflik antarkelompok massa di Poso,'' kata Kapolres Poso, Letkol Pol
Drs Djisman Opu, kepada Antara, Sabtu.
Menurut Opu, dalam pertemuan itu, dipimpin Waka Polda Sulteng Kol Pol
Drs Andi Zainal Abidin Ishak, para tokoh kelompok merah yang berjumlah
sekitar 30 orang menyatakan bersedia menghentikan penyerangan. Mereka
juga akan berusaha mengumpulkan semua senjata anggotanya dan menyerahkan
kepada aparat.
Opu tak bersedia menyebutkan identitas para tokoh kelompok merah yang
hadir dalam pertemuan itu, kecuali mengatakan langkah perdamaian yang
mereka usulkan harus pula diikuti oleh tokoh-tokoh kelompok putih.
Polres setempat menyatakan masih kesulitan menghubungi tokoh-tokoh
kelompok putih, sebab sebagian besar mereka sejak pecah kerusuhan ketiga
kalinya tanggal 23 Mei lalu masih terpencar dan berada di luar kota
Poso, untuk menyelamatkan keluarganya ke berbagai lokasi pengungsian.
Tokoh kelompok putih yang masih di dalam kota Poso saat ini tinggal
satu-dua orang, dan mereka beserta puluhan anak-buahnya hanya menjaga
pemukiman penduduk dan rumah ibadah yang masih tersisa dari upaya
pembakaran kelompok perusuh.
Namun demikian, lanjut Opu, pihaknya akan berusaha mempertemukan
tokoh-tokoh dari dua kelompok yang bertikai itu, setelah sebagian besar
tokoh kelompok putih kembali ke Poso.
Tentang korban jiwa akibat kerusuhan ketiga kalinya yang melanda kota
Poso, Kapolres Opu mengatakan tidak sebesar yang diberitakan sejumlah
media massa. ''Berdasarkan inventarisasi Polres Poso sejak 23 Mei hingga
kini, korban meninggal akibat kerusuhan baru terdata 67 orang. Angka ini
sesuai dengan jumlah jenazah yang ditemukan di berbagai tempat, termasuk
yang hanyut di Sungai Poso,'' ujarnya.
Semua jenazah itu, katanya, telah dikebumikan secara massal oleh RSU
Poso setelah dilakukan otopsi.
Sebelumnya, Pangdam VII Wirabuana, Mayjen TNI Slamet Kirbiantoro,
mengatakan berdasarkan laporan yang diterimanya korban meninggal akibat
kerusuhan Poso fase ketiga ini 120 orang. Ia menolak sinyalemen beberapa
pihak yang mengatakan korban jiwa sudah mendekati 1.000 orang.
Sementara itu, Wakil Bupati Poso, Abdul Malik Syahadat, yang
dihubungi di Palu, mengatakan akibat kerusuhan jumlah penduduk yang
masih tetap bertahan di kota Poso tinggal 20 persen.
Di tengah berita damai itu, suasana kota Poso hingga kemarin masih
terasa mencekam, kendati ratusan aparat dari Polri dan TNI telah
didatangkan ke Poso bersama perlengkapan perang, Untuk mengembalikan
rasa aman serta menghidupkan kembali kota Poso, secara perlahan aparat
keamanan mulai melakukan sweeping senjata dari kelompok merah.
Dalam operasi singkat di pinggir jalan, aparat mengamankan 1.187
peluncur busur beracun, 285 bambu runcing, 365 anak panah, 125 parang,
sembilan senjata rakitan, serta puluhan perlengkapan yang lain, seperti
badik, tombak, pisau, keris, serta kapak.
Dalam operasi itu, aparat juga menyita berbagai jenis amunisi seperti
amunisi M-16, 7,62 mm buatan Rusia, amunisi 5,56 mm, 7,6 mm buatan
Rusia, 303 mm buatan Inggris, 62 mm buatan Yugoslavia, dan 7,62 mm
buatan Pindad. Aparat juga berhasil membebaskan 6 anggota Intel Korem
Tatag 142 Parepare yang telah disekap selama 13 hari.
Diperkirakan, senjata yang sampai kini masih disimpan pasukan merah
mencapai ratusan atau bahkan ribuan buah. ''Itu baru operasi di pinggir
jalan saja, kita belum masuk ke dalam lagi serta ke beberapa markas
mereka. Kami tidak ingin gegabah, kami lebih mengutamakan tindakan
persuasif, sebab mereka itu juga militan,'' kata seorang anggota TNI.
Sabtu lalu, TNI kembali mengirimkan pasukan berkekuatan dua SSY
(Satuan Setingkat Batalyon) untuk mengamankan warga sipil dan fasilitas
umum yang masih tersisa di Poso dan sekitarnya dari kemungkinan adanya
penyerangan oleh kelompok perusuh bersenjata api.
Pasukan asal Makassar ini diberangkatkan dengan KRI Teluk Penyu tiba
di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sabtu petang dan disambut Pangdam VII
Wirabuana Mayjen TNI Slamet Kirbiantoro.
Wakil Komandan Pemulihan Pertikaian Poso, Kolonel Inf Hamdan Nasution
kepada wartawan di sela-sela menerima pasukan tersebut, mengatakan
pasukannya dilengkapi dengan tiga panser dan akan berangkat ke Poso hari
Minggu.
Sebelumnya, Kodam VII Wirabuana telah menerjunkan satu SSY ke Poso
dan di-BKO-kan ke Polda Sulteng untuk mengamankan kota Poso, sehingga
total personel aparat keamanan (TNI/Polri) yang berada di kota itu
hingga kini sudah mencapai lima SSY.
Menjawab pertanyaan, Hamdan yang juga Komandan Korem 132 Tadulako
mengatakan dalam mengamankan kota Poso dan sekitarnya, pasukan TNI yang
dikirim ke sana tidak akan melakukan penyerangan terhadap salah satu
dari kedua kelompok yang bertikai.
"Kita akan berusaha bersikap netral, sebab mereka yang bertikai di
Poso itu adalah rakyat yang juga memerlukan perlindungan dari aparat
keamanan," ujarnya.
Namun demikian, Hamdan yang ditugaskan untuk memimpin langsung
pasukan TNI di lapangan itu menegaskan pihaknya akan mengambil tindakan
tegas jika kelompok perusuh (pasukan kelelawar hitam) terus menyerang
warga sipil dan merusak fasilitas umum yang masih tersisa di kota Poso
dan sekitarnya. mms/ant