Republika Online edisi:
12 Jun 2000

Kelompok Merah di Poso Bersedia Damai

PALU -- Kelompok Merah yang kurun tiga pekan terakhir gencar melakukan penyerangan gerilya terhadap warga sipil di desa/kelurahan di dalam dan di luar kota Poso menyatakan siap untuk berdamai, bahkan berjanji akan menyerahkan semua senjata yang mereka miliki kepada aparat keamanan setempat.

Kesediaan kelompok merah ini disampaikan hari Jumat oleh tokoh-tokoh mereka saat pertemuan dengan pimpinan aparat setempat di Gedung Sinode Tentena, kota kecil di pinggiran Danau Poso, sekitar 260 km tenggara Palu. ''Langkah ini merupakan perkembangan terbaru dalam penyelesaian konflik antarkelompok massa di Poso,'' kata Kapolres Poso, Letkol Pol Drs Djisman Opu, kepada Antara, Sabtu.

Menurut Opu, dalam pertemuan itu, dipimpin Waka Polda Sulteng Kol Pol Drs Andi Zainal Abidin Ishak, para tokoh kelompok merah yang berjumlah sekitar 30 orang menyatakan bersedia menghentikan penyerangan. Mereka juga akan berusaha mengumpulkan semua senjata anggotanya dan menyerahkan kepada aparat.

Opu tak bersedia menyebutkan identitas para tokoh kelompok merah yang hadir dalam pertemuan itu, kecuali mengatakan langkah perdamaian yang mereka usulkan harus pula diikuti oleh tokoh-tokoh kelompok putih.

Polres setempat menyatakan masih kesulitan menghubungi tokoh-tokoh kelompok putih, sebab sebagian besar mereka sejak pecah kerusuhan ketiga kalinya tanggal 23 Mei lalu masih terpencar dan berada di luar kota Poso, untuk menyelamatkan keluarganya ke berbagai lokasi pengungsian.

Tokoh kelompok putih yang masih di dalam kota Poso saat ini tinggal satu-dua orang, dan mereka beserta puluhan anak-buahnya hanya menjaga pemukiman penduduk dan rumah ibadah yang masih tersisa dari upaya pembakaran kelompok perusuh.

Namun demikian, lanjut Opu, pihaknya akan berusaha mempertemukan tokoh-tokoh dari dua kelompok yang bertikai itu, setelah sebagian besar tokoh kelompok putih kembali ke Poso.

Tentang korban jiwa akibat kerusuhan ketiga kalinya yang melanda kota Poso, Kapolres Opu mengatakan tidak sebesar yang diberitakan sejumlah media massa. ''Berdasarkan inventarisasi Polres Poso sejak 23 Mei hingga kini, korban meninggal akibat kerusuhan baru terdata 67 orang. Angka ini sesuai dengan jumlah jenazah yang ditemukan di berbagai tempat, termasuk yang hanyut di Sungai Poso,'' ujarnya.

Semua jenazah itu, katanya, telah dikebumikan secara massal oleh RSU Poso setelah dilakukan otopsi.

Sebelumnya, Pangdam VII Wirabuana, Mayjen TNI Slamet Kirbiantoro, mengatakan berdasarkan laporan yang diterimanya korban meninggal akibat kerusuhan Poso fase ketiga ini 120 orang. Ia menolak sinyalemen beberapa pihak yang mengatakan korban jiwa sudah mendekati 1.000 orang.

Sementara itu, Wakil Bupati Poso, Abdul Malik Syahadat, yang dihubungi di Palu, mengatakan akibat kerusuhan jumlah penduduk yang masih tetap bertahan di kota Poso tinggal 20 persen.

Di tengah berita damai itu, suasana kota Poso hingga kemarin masih terasa mencekam, kendati ratusan aparat dari Polri dan TNI telah didatangkan ke Poso bersama perlengkapan perang, Untuk mengembalikan rasa aman serta menghidupkan kembali kota Poso, secara perlahan aparat keamanan mulai melakukan sweeping senjata dari kelompok merah.

Dalam operasi singkat di pinggir jalan, aparat mengamankan 1.187 peluncur busur beracun, 285 bambu runcing, 365 anak panah, 125 parang, sembilan senjata rakitan, serta puluhan perlengkapan yang lain, seperti badik, tombak, pisau, keris, serta kapak.

Dalam operasi itu, aparat juga menyita berbagai jenis amunisi seperti amunisi M-16, 7,62 mm buatan Rusia, amunisi 5,56 mm, 7,6 mm buatan Rusia, 303 mm buatan Inggris, 62 mm buatan Yugoslavia, dan 7,62 mm buatan Pindad. Aparat juga berhasil membebaskan 6 anggota Intel Korem Tatag 142 Parepare yang telah disekap selama 13 hari.

Diperkirakan, senjata yang sampai kini masih disimpan pasukan merah mencapai ratusan atau bahkan ribuan buah. ''Itu baru operasi di pinggir jalan saja, kita belum masuk ke dalam lagi serta ke beberapa markas mereka. Kami tidak ingin gegabah, kami lebih mengutamakan tindakan persuasif, sebab mereka itu juga militan,'' kata seorang anggota TNI.

Sabtu lalu, TNI kembali mengirimkan pasukan berkekuatan dua SSY (Satuan Setingkat Batalyon) untuk mengamankan warga sipil dan fasilitas umum yang masih tersisa di Poso dan sekitarnya dari kemungkinan adanya penyerangan oleh kelompok perusuh bersenjata api.

Pasukan asal Makassar ini diberangkatkan dengan KRI Teluk Penyu tiba di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sabtu petang dan disambut Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Slamet Kirbiantoro.

Wakil Komandan Pemulihan Pertikaian Poso, Kolonel Inf Hamdan Nasution kepada wartawan di sela-sela menerima pasukan tersebut, mengatakan pasukannya dilengkapi dengan tiga panser dan akan berangkat ke Poso hari Minggu.

Sebelumnya, Kodam VII Wirabuana telah menerjunkan satu SSY ke Poso dan di-BKO-kan ke Polda Sulteng untuk mengamankan kota Poso, sehingga total personel aparat keamanan (TNI/Polri) yang berada di kota itu hingga kini sudah mencapai lima SSY.

Menjawab pertanyaan, Hamdan yang juga Komandan Korem 132 Tadulako mengatakan dalam mengamankan kota Poso dan sekitarnya, pasukan TNI yang dikirim ke sana tidak akan melakukan penyerangan terhadap salah satu dari kedua kelompok yang bertikai.

"Kita akan berusaha bersikap netral, sebab mereka yang bertikai di Poso itu adalah rakyat yang juga memerlukan perlindungan dari aparat keamanan," ujarnya.

Namun demikian, Hamdan yang ditugaskan untuk memimpin langsung pasukan TNI di lapangan itu menegaskan pihaknya akan mengambil tindakan tegas jika kelompok perusuh (pasukan kelelawar hitam) terus menyerang warga sipil dan merusak fasilitas umum yang masih tersisa di kota Poso dan sekitarnya. mms/ant

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000