WASHINGTON -- Sebuah dokumen militer menyebutkan, pasukan AS
yang dikomandani Jendral Barry McCaffrey telah membantai pasukan Irak
yang tengah tak bersenjata di akhir Perang Teluk 1991. Bila benar apa
yang termuat dalam laporan terbaru ini, maka pasukan AS telah melakukan
tindakan keji.
Adalah majalah The New Yorker yang bakal memuat laporan itu
dalam edisi terbarunya, 22 Mei mendatang. Dalam laporan itu, muncul
beberapa pernyataan dari sejumlah kolega militer McCaffrey.
Dan di antara mereka, mempertanyakan ulah McCaffrey yang berlaku
berlebihan setidaknya pada tiga kali kesempatan di akhir Perang Teluk
1991. Saat itu, Jendral yang kini memimpin dinas anti-obat bius di
Gedung Putih tersebut mengomandani Divisi Infanteri ke-24.
Pihak militer AS belakangan menyelidiki hal tersebut. Setelah
diselidiki disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu yang salah pada tiga
kesempatan tersebut. Hanya saja, The New Yorker dalam laporan itu
mengklaim, penyelidikan itu kurang sempurna. Sebab, ada informasi dan
saksi kunci yang diabaikan.
Pada kasus pertama, 27 Februari 1991, pasukan McCaffrey memberondong
tembakan ke arah 382 tentara Irak yang luka-luka dan semuanya tak
bersenjata. Sejumlah besar dari mereka muncul dari sebuah bus rumah
sakit sembari melambaikan kain putih tanda menyerah. Tak diketahui
jumlah tentara Irak yang tewas akibat berondongan itu.
Serangan lain terjadi sehari setelah gencatan senjata 28 Februari
1991. Itu terjadi menyusul ditemukannya gudang senjata di sebuah gedung
sekolah yang kosong. Kala itu, tentara McCaffrey mengamuk dan membabi
buta menembaki warga Irak di dekat tempat tersebut. Menurut saksi mata,
15 hingga 20 warga sipil roboh bermandi darah.
Insiden terakhir terjadi pada 2 Maret 1991, sehari sebelum
perundingan damai dimulai. Saat itu, McCaffrey melaporkan bahwa
divisinya mendapat serangan hebat. Karena itu, ia pun melancarkan
serangan habis-habisan yang digambarkan oleh laporan di The New
Yorker sebagai salah satu serangan terbesar dalam Perang Teluk.
Berapa jumlah korban, sejauh ini juga tak diketahui. Tapi tertulis
dalam laporan itu, sedikitnya 700 tank, kendaraan lapis baja dan truk
Irak hancur.
Benarkah laporan ini? Memang masih perlu pembuktian lebih lanjut. Dan
sudah jamak, bila muncul laporan-laporan seperti ini, maka akan ada
pihak yang pro dan kontra. Salah seorang yang tak yakin dengan kebenaran
laporan ini adalah Patrick Lamar, direktur operasi McCaffrey.
Ia mengatakan, semua laporan soal insiden-insiden tersebut hanyalah
omong kosong. Dan kepada para penyelidik militer, Lamar juga
mengemukakan pendapatnya bahwa apa yang dilakukan McCaffrey dalam Perang
Teluk itu memang perlu.
Selain itu, ada pula yang benci berat dengan McCaffrey. Karena itu
tak mengherankan bila kemudian muncul satu surat kaleng yang menuntut
McCaffrey diadili sebagai penjahat perang lantaran apa yang dilakukannya
selama Perang Teluk. Gara-gara surat kaleng itulah, Pentagon lalu
melakukan pemeriksaan terhadap apa yang dilakukan divisi pimpinan
McCaffrey selama Perang Teluk.
Bagaimana komentar McCaffrey? Ia menolak berbicara sepatah kata pun
seputar laporan tadi.