Republika Online edisi:
17 May 2000

Bentrok Terburuk Israel-Palestina

RAMALLAH -- Sedikitnya tiga orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam bentrokan antara pasukan Israel dan Palestina, Senin lalu (15/5). Aksi kekerasan yang terjadi di beberapa tempat terpisah di Palestina itu adalah yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Senin itu Tepi Barat dan Jalur Gaza benar-benar membara. Awalnya, ribuan warga Palestina turun ke jalan dengan maksud berunjuk rasa. Maklum, hari itu bertepatan dengan peringatan Al-Nakba (bencana). Peringatan itu menandai tergusurnya orang-orang Palestina akibat didirikannya negara Zionis Israel 52 tahun silam.

Tapi belakangan aksi unjuk rasa itu berubah menjadi bentrokan. Dan bentrokan terburuk pecah di Beit-El, sebelah utara kota Ramallah, Tepi Barat. Di sana, seorang anggota pasukan keamanan Palestina, Ahmed Gamal Abdel Fatah (20) tewas tertembak dalam bentrokan senjata yang berlangsung selama beberapa jam.

Selain menewaskan Fatah, bentrokan di Beit-El juga melukai puluhan orang. Di antara mereka dilaporkan mengalami luka-luka akibat tertembus peluru tajam tentara Israel.

Di Nablus, Tepi Barat, warga sipil Palestina Ayed As-Saffadi (19) tewas menyusul baku tembak antara pasukan Israel dan demonstran. Sementara korban tewas yang ketiga adalah Basher Shenir (21). Ia ditembak kepalanya oleh tentara Israel, Senin malam. Kala itu, sekitar seribu demonstran menggelar unjuk rasa di dekat makam Yusuf, salah satu tempat suci Yahudi yang berada di bawah penguasaan Israel.

Bentrokan juga pecah di beberapa kota lain yaitu Bethlehem, Hebron, dan Jenin.

Tiga hari sebelumnya, sejumlah orang juga cedera dalam unjuk rasa untuk mendukung sekitar 1.600 tahanan Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel. Perlu diketahui, beberapa tahanan itu kini melakukan mogok makan.

Mengomentari gelombang unjuk rasa ini, Menteri Komunikasi Palestina Emad al-Falouji berkata, ''Hari ini rakyat Palestina memposisikan diri mereka sebagai orang yang melawan Israel. Di semua tempat, rakyat kami berdemonstrasi dan berkonfrontasi.''

Malah, katanya, satu unjuk rasa di Gaza City dihadiri oleh lebih dari 10 ribu orang.

Gelombang unjuk rasa yang berbuntut bentrokan berdarah ini mengingatkan kembali pada aksi kekerasan yang pecah pada 1998 ketika sembilan warga Palestina tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam bentrokan antara tentara Israel dengan para demonstran Palestina di Nakba.

Sementara pada September 1996, tak kurang 80 orang tewas dalam aksi kekerasan yang pecah menyusul dibukanya sebuah terowongan di dekat kompleks masjid Al-Aqsa, Jerusalem.

Sementara itu, Israel dilaporkan marah besar menyusul aksi kekerasan di sejumlah wilayah Palestina, Senin lalu. Buntutnya, Pemerintah Israel menunda penyerahan beberapa desa yang didiami orang-orang Palestina di dekat Jerusalem.

Hingga kapan penundaan itu berlangsung? Tak ada kejelasan soal ini. Israel cuma mengatakan, penundaan itu dilakukan hingga keadaan kembali tenang.

Ketika bentrokan demi bentrokan terjadi, kabinet dan parlemen Israel menyetujui penyerahan tiga desa Arab di dekat Jerusalem di bawah penguasaan Pemerintah Palestina. Dalam voting, 56 suara menyatakan setuju, 48 menentang, dan satu abstain. n afp/hid

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000