RAMALLAH -- Sedikitnya tiga orang tewas dan ratusan lainnya
luka-luka dalam bentrokan antara pasukan Israel dan Palestina, Senin
lalu (15/5). Aksi kekerasan yang terjadi di beberapa tempat terpisah di
Palestina itu adalah yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Senin itu Tepi Barat dan Jalur Gaza benar-benar membara. Awalnya,
ribuan warga Palestina turun ke jalan dengan maksud berunjuk rasa.
Maklum, hari itu bertepatan dengan peringatan Al-Nakba (bencana).
Peringatan itu menandai tergusurnya orang-orang Palestina akibat
didirikannya negara Zionis Israel 52 tahun silam.
Tapi belakangan aksi unjuk rasa itu berubah menjadi bentrokan. Dan
bentrokan terburuk pecah di Beit-El, sebelah utara kota Ramallah, Tepi
Barat. Di sana, seorang anggota pasukan keamanan Palestina, Ahmed Gamal
Abdel Fatah (20) tewas tertembak dalam bentrokan senjata yang
berlangsung selama beberapa jam.
Selain menewaskan Fatah, bentrokan di Beit-El juga melukai puluhan
orang. Di antara mereka dilaporkan mengalami luka-luka akibat tertembus
peluru tajam tentara Israel.
Di Nablus, Tepi Barat, warga sipil Palestina Ayed As-Saffadi (19)
tewas menyusul baku tembak antara pasukan Israel dan demonstran.
Sementara korban tewas yang ketiga adalah Basher Shenir (21). Ia
ditembak kepalanya oleh tentara Israel, Senin malam. Kala itu, sekitar
seribu demonstran menggelar unjuk rasa di dekat makam Yusuf, salah satu
tempat suci Yahudi yang berada di bawah penguasaan Israel.
Bentrokan juga pecah di beberapa kota lain yaitu Bethlehem, Hebron,
dan Jenin.
Tiga hari sebelumnya, sejumlah orang juga cedera dalam unjuk rasa
untuk mendukung sekitar 1.600 tahanan Palestina yang mendekam di
penjara-penjara Israel. Perlu diketahui, beberapa tahanan itu kini
melakukan mogok makan.
Mengomentari gelombang unjuk rasa ini, Menteri Komunikasi Palestina
Emad al-Falouji berkata, ''Hari ini rakyat Palestina memposisikan diri
mereka sebagai orang yang melawan Israel. Di semua tempat, rakyat kami
berdemonstrasi dan berkonfrontasi.''
Malah, katanya, satu unjuk rasa di Gaza City dihadiri oleh lebih dari
10 ribu orang.
Gelombang unjuk rasa yang berbuntut bentrokan berdarah ini
mengingatkan kembali pada aksi kekerasan yang pecah pada 1998 ketika
sembilan warga Palestina tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam bentrokan
antara tentara Israel dengan para demonstran Palestina di Nakba.
Sementara pada September 1996, tak kurang 80 orang tewas dalam aksi
kekerasan yang pecah menyusul dibukanya sebuah terowongan di dekat
kompleks masjid Al-Aqsa, Jerusalem.
Sementara itu, Israel dilaporkan marah besar menyusul aksi kekerasan
di sejumlah wilayah Palestina, Senin lalu. Buntutnya, Pemerintah Israel
menunda penyerahan beberapa desa yang didiami orang-orang Palestina di
dekat Jerusalem.
Hingga kapan penundaan itu berlangsung? Tak ada kejelasan soal ini.
Israel cuma mengatakan, penundaan itu dilakukan hingga keadaan kembali
tenang.
Ketika bentrokan demi bentrokan terjadi, kabinet dan parlemen Israel
menyetujui penyerahan tiga desa Arab di dekat Jerusalem di bawah
penguasaan Pemerintah Palestina. Dalam voting, 56 suara
menyatakan setuju, 48 menentang, dan satu abstain. n afp/hid