AMBON -- Dua orang menjadi korban sia-sia, sementara 10 warga
sipil lainnya ditambah satu aparat keamanan menderita luka ringan dan
berat dalam kerusuhan baru yang merebak di kawasan perbatasan
Batumerah-Mardika, Kecamatan Sirimau (Kodya Ambon), kemarin sore.
Sekretaris Eksekutif Posko Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah
Maluku, Malik Selang, yang dikonfirmasi Antara Selasa malam,
menjelaskan korban tewas akibat tertembak saat terjadi konflik
teridentifikasi bernama Andi (25) dan Hasan (23).
Sementara sembilan korban luka-luka lainnya termasuk Kopka TNI Hasrul
Hasanela (38), Anggota Denma Kodam XVI/Pattimura Ambon, tengah dirawat
intensif di RS Bersalin Al Fatah Ambon karena terkena tembakan pada
bagian perut.
Dua korban luka tembak lainnya, seorang di antaranya bocah berusia
lima tahun masih dirawat di RSU Gereja Protestan Maluku (GPM) Ambon
bersama Kapten Pol Yoseph Sainyakit yang dilempari massa di kawasan
perbatasan Batumerah-Mardika.
Satu korban lemparan massa lainnya, Anthon Patty (50), yang berada
bersama tujuh penumpang dalam mobil dinas polisi nomor pol DE 2400 XVI,
telah mendapat perawatan intensif di RSUD Dr Haulussy Ambon.
Enam penumpang yang selamat dalam pengepungan itu terdiri atas
beberapa anggota polisi, satu perwira Polwan Polda Maluku, serta Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Polda Maluku yang baru kembali dari Asrama Brimob
Tantui.
Aksi konsentrasi massa disertai pelemparan hingga timbul korban luka
dan hancurnya mobil dinas itu disebabkan adanya insiden tabrak lari,
yang menewaskan Nyong Ferdinandus (18) di Larier, Kecamatan Baguala
(Kodya Ambon).
Pelaku penabrak yang menggunakan mobil truk yang belum diketahui
nomor polisinya, melaju namun salah satu penumpangnya terjatuh dan
sampai saat ini nasibnya belum diketahui.
Hingga berita ini diturunkan, bunyi letusan senapan aparat keamanan
masih bersahutan diselingi dentuman bom rakitan milik masyarakat. Namun
kondisi dalam kota Ambon kelihatan lengang dan lokasi konflik sangat
gelap akibat padamnya aliran listrik.
Ketua Gerakan Ukhuwah Islamiyah Maluku, Faisal Salampessy, juga
melaporkan kepada Republika tentang pertikaian di Ambon itu.
Menurutnya, pertikaian bermula dari aksi pencegatan kendaraan kaum
Muslim oleh pihak Nasrani di sekitar Jalan Mardika.
''Peristiwa itu tak lepas dari kasus pembakaran kendaraan di Paslo
pada hari sebelumnya,'' ungkap Faisal. Akibat pertikaian yang
berlangsung sejak pukul 15.00 WIT tersebut, menurut Faisal, dua orang
kehilangan nyawanya, serta lima orang mengalami luka-luka berat.
Lebih lanjut Faisal meminta agar pemerintah dapat membantu
penyelesaian konflik berkepanjangan tersebut. ''Konflik ini sudah
terjadi setahun lebih, namun sampai sekarang belum ada titik terang,''
tandas Faisal.
''Kami meminta Gus Dur bersikap arif dan bijak serta menggunakan
pikiran yang jernih dalam menyelesaikan konflik antarumat beragama
ini,'' tambahnya. Selain itu, pihaknya juga meminta agar wapres Megawati
yang diutus oleh Presiden, mengambil langkah-langkah konkret dalam upaya
penyelesaian konflik. n ant/osa