JAKARTA -- Kontroversi jumlah korban Tanjung Priok mulai sedikit
terkuak. Penjaga kamar mayat RSPAD Gatot Subroto H Abdul Aziz mengatakan
seusai insiden berdarah di Priok, pihaknya merawat 23 jenazah korban.
Mayat tersebut, katanya, diangkut dengan dua buah truk ke rumah sakit
khusus tentara.
''Saya memang merawat jenazah itu. Setelah dirawat 14 mayat pada
malam itu juga diambil. Dan sisanya delapan mayat itu diambil
kemudian,'' kata H Abdul Aziz, seusai memberikan keterangannya kepada
anggota KPP HAM Kasus Priok, kemarin (1/5).
Dia selanjutnya mengatakan, sewaktu jenazah itu diambil pihaknya
memang tidak tahu atau menanyakan akan dibawa ke mana. Tapi yang jelas
pihaknya hanya tahu satu jenazah saja yang diambil keluarganya. ''Dan
jenazah itu kemudian saya tahu jenazah Amir Biki.''
Mulai pukul 10.00 pagi hingga lepas tengah hari KPP HAM Priok kemarin
kembali melanjutkan proses pemeriksaan atas sejumlah saksi kasus itu.
Pemeriksaan itu dilakukan oleh Aisyah Aminy, BN Marbun, dan Syamsudin.
Pada pemeriksaan itu, kata Abdul Aziz pihaknya juga menceritakan Try
Sutrisno yang waktu itu menjabat Pangdam Jaya sempat melakukan
pengecekan atas jenazah itu. ''Beliau berpesan agar para jenazah dirawat
dengan baik,'' katanya lagi.
Jumlah korban yang tewas pada waktu tragedi Priok hingga hari ini
memang masih menjadi tanda-tanya besar. Pada waktu jumpa pers Pangab
Jenderal TNI-AD LB Moerdani ketika itu mengatakan mereka yang tewas
sembilan orang dan 53 orang luka-luka.
Tapi penjelasan ini dalam pertemuan antara Pangab dengan para Lurah
se-Jakarta Utara kemudian berubah. Waktu itu dia mengatakan yang tewas
sekitar 40 orang. Dan ini kemudian sewaktu di Singapura Benny mengatakan
berbeda. Katanya, jumlah yang tewas pada tragedi Priok mencapai 53
orang.
Berbeda dengan tahapan pemeriksaan sebelumnya, pemeriksaan kemarin,
menghadirkan para saksi dari para medis RSPAD Gatot Subroto. Selain
penjaga kamar mayat dan seorang medis, Lurah Kramat Genceng Marsudi
serta penggali kubur pemakaman Kramat Maseng, juga ikut dimintai
keterangan.
Dalam kesaksiannya kepala ruangan RSPD, ST Hasanah, mengatakan seusai
kejadian pihaknya memang melakukan perawatan terhadap 36 orang yang
terluka dalam peristiwa Priok. Namun, katanya, dari jumlah itu tak ada
satu pun yang sampai meninggal dunia.
''Yang dirawat saya memang tak ada yang sampai meninggal dunia.
Memang ada yang terkena luka tembak. Tapi untuk persisnya luka apa dan
pada bagian mana saja yang terkena, saya tak bisa lagi persis
mengingatnya,'' kata ST Hasanah. ''Semua yang terluka kemudian dibawa
pulang. Tapi untuk yang menyebut siapa yang membawa pulang dan dibawa ke
mana mereka, saya tidak tahu.''
Sementara Lurah Kramat Genceng Marsudi, mengatakan pada malam
kejadian, sekitar pukul 20.00 WIB pihaknya memang didatangi seorang staf
kelurahan meminta agar segera disediakan lubang pemakaman. Dan mendengar
permintaan itu pihaknya hanya mengiyakan saja serta tidak berupaya untuk
melakukan pengecekan.
''Ya saya memang kemudian tak mengeceknya ke pemakamam. Ini karena
takut di sana sudah dijaga pasukan yang diangkut dengan tiga buah truk.
Dan alasan lainnya pemakaman itu memang tanpa lampu hingga suasana gelap
sekali,'' kata Marsudi.
Marsudi mengatakan akibat malam itu tidak bisa datang langsung ke
kuburan pihaknya pun tidak tahu berapa jumlah orang yang dikubur. Tapi
yang jelas proses pemakaman itu diperkirakan dilakukan mulai pukul 23.00
WIB hingga pukul 0I.00 dinihari.
''Selain itu proses pemakaman itu juga tidak perlu meminta izin
lurah. Sebab, tanah kuburan adalah tanah wakaf. Dengan demikian hanya
cukup meminta izin dari Kuncen (penjaga kuburan --Red). Dan sayangnya
Kuncen ini sekarang sudah meninggal dunia,'' tegas Marsudi lagi. n uba