Republika Online edisi:
02 May 2000

23 Orang Meninggal pada Kasus Priok

JAKARTA -- Kontroversi jumlah korban Tanjung Priok mulai sedikit terkuak. Penjaga kamar mayat RSPAD Gatot Subroto H Abdul Aziz mengatakan seusai insiden berdarah di Priok, pihaknya merawat 23 jenazah korban. Mayat tersebut, katanya, diangkut dengan dua buah truk ke rumah sakit khusus tentara.

''Saya memang merawat jenazah itu. Setelah dirawat 14 mayat pada malam itu juga diambil. Dan sisanya delapan mayat itu diambil kemudian,'' kata H Abdul Aziz, seusai memberikan keterangannya kepada anggota KPP HAM Kasus Priok, kemarin (1/5).

Dia selanjutnya mengatakan, sewaktu jenazah itu diambil pihaknya memang tidak tahu atau menanyakan akan dibawa ke mana. Tapi yang jelas pihaknya hanya tahu satu jenazah saja yang diambil keluarganya. ''Dan jenazah itu kemudian saya tahu jenazah Amir Biki.''

Mulai pukul 10.00 pagi hingga lepas tengah hari KPP HAM Priok kemarin kembali melanjutkan proses pemeriksaan atas sejumlah saksi kasus itu. Pemeriksaan itu dilakukan oleh Aisyah Aminy, BN Marbun, dan Syamsudin.

Pada pemeriksaan itu, kata Abdul Aziz pihaknya juga menceritakan Try Sutrisno yang waktu itu menjabat Pangdam Jaya sempat melakukan pengecekan atas jenazah itu. ''Beliau berpesan agar para jenazah dirawat dengan baik,'' katanya lagi.

Jumlah korban yang tewas pada waktu tragedi Priok hingga hari ini memang masih menjadi tanda-tanya besar. Pada waktu jumpa pers Pangab Jenderal TNI-AD LB Moerdani ketika itu mengatakan mereka yang tewas sembilan orang dan 53 orang luka-luka.

Tapi penjelasan ini dalam pertemuan antara Pangab dengan para Lurah se-Jakarta Utara kemudian berubah. Waktu itu dia mengatakan yang tewas sekitar 40 orang. Dan ini kemudian sewaktu di Singapura Benny mengatakan berbeda. Katanya, jumlah yang tewas pada tragedi Priok mencapai 53 orang.

Berbeda dengan tahapan pemeriksaan sebelumnya, pemeriksaan kemarin, menghadirkan para saksi dari para medis RSPAD Gatot Subroto. Selain penjaga kamar mayat dan seorang medis, Lurah Kramat Genceng Marsudi serta penggali kubur pemakaman Kramat Maseng, juga ikut dimintai keterangan.

Dalam kesaksiannya kepala ruangan RSPD, ST Hasanah, mengatakan seusai kejadian pihaknya memang melakukan perawatan terhadap 36 orang yang terluka dalam peristiwa Priok. Namun, katanya, dari jumlah itu tak ada satu pun yang sampai meninggal dunia.

''Yang dirawat saya memang tak ada yang sampai meninggal dunia. Memang ada yang terkena luka tembak. Tapi untuk persisnya luka apa dan pada bagian mana saja yang terkena, saya tak bisa lagi persis mengingatnya,'' kata ST Hasanah. ''Semua yang terluka kemudian dibawa pulang. Tapi untuk yang menyebut siapa yang membawa pulang dan dibawa ke mana mereka, saya tidak tahu.''

Sementara Lurah Kramat Genceng Marsudi, mengatakan pada malam kejadian, sekitar pukul 20.00 WIB pihaknya memang didatangi seorang staf kelurahan meminta agar segera disediakan lubang pemakaman. Dan mendengar permintaan itu pihaknya hanya mengiyakan saja serta tidak berupaya untuk melakukan pengecekan.

''Ya saya memang kemudian tak mengeceknya ke pemakamam. Ini karena takut di sana sudah dijaga pasukan yang diangkut dengan tiga buah truk. Dan alasan lainnya pemakaman itu memang tanpa lampu hingga suasana gelap sekali,'' kata Marsudi.

Marsudi mengatakan akibat malam itu tidak bisa datang langsung ke kuburan pihaknya pun tidak tahu berapa jumlah orang yang dikubur. Tapi yang jelas proses pemakaman itu diperkirakan dilakukan mulai pukul 23.00 WIB hingga pukul 0I.00 dinihari.

''Selain itu proses pemakaman itu juga tidak perlu meminta izin lurah. Sebab, tanah kuburan adalah tanah wakaf. Dengan demikian hanya cukup meminta izin dari Kuncen (penjaga kuburan --Red). Dan sayangnya Kuncen ini sekarang sudah meninggal dunia,'' tegas Marsudi lagi. n uba

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000