Republika Online edisi:
24 Apr 2000

Arus Pengungsi Kerusuhan Poso Terus Mengalir

PALU -- Arus pengungsi korban kerusuhan Poso, Sulawesi Tengah, terus mengalir ke lokasi penampungan sementara di asrama militer setempat, bahkan pada hari Sabtu dilaporkan jumlah mereka telah meningkat lebih empat kali lipat.

Informasi diperoleh ANTARA menyebutkan, hingga Sabtu petang pengungsi di Asrama Kompi 711--pusat evakuasi korban kerusuhan Poso di Kelurahan Kawua--sudah mencapai 2.200 orang, atau naik lebih 400 persen dibanding keadaan Senin (17/4) yang sekitar 500 orang.

Kerusuhan bernuansa SARA melanda Poso selama empat hari, 16-19 April 2000. Kerusuhan itu mengakibatkan tujuh korban tewas, 32 luka serius, serta lebih 1.000 jiwa kehilangan tempat tinggal akibat rumahnya dibakar dan dirusak massa bertikai.

Membengkaknya para pengungsi di lokasi penampungan tersebut karena banyak warga setempat masih merasa ketakutan dengan perkembangan situasi di kota Poso, sehingga mereka terpaksa mengosongkan rumahnya dan mencari tempat perlindungan yang lebih aman.

Bahkan ratusan warga di Kelurahan Bukit Bambu, sekitar pemancar Stasiun TVRI, mulai berbondong-bondong mengungsi ke barak militer ini padahal sebelumnya wilayah mereka bebas dari amukan massa yang bertikai.

''Kami takut, Pak, sebab ada isu permukiman kami akan dibumi-hanguskan seperti di Kelurahan Lombogia dan Kasintuwu,'' keluh beberapa warga Bukit Bambu saat ditemui ANTARA di loket pendaftaran pengungsi.

Para pengungsi warga kristiani dan muslim ini juga mengatakan bahwa kondisi kamtibmas di kota Poso hingga kini masih labil sebab setiap saat cenderung berubah-ubah, sehingga dikhawatirkan dapat mengancam jiwa mereka.

Komandan Kompi 711 Poso Kapten Inf Wahyu membenarkan terjadi peningkatan jumlah pengungsi di asrama binaannya kurun lima hari terakhir, dan mengatakan mereka yang terakhir masuk umumnya anak-anak dan wanita.

Pihak militer setempat juga menyatakan tidak menolak masuknya pengungsi baru ke asrama mereka seberapa pun besarnya. Dia mengemukakan, selain tersedia beberapa gedung pertemuan rumah cukup luas juga ada sejumlah rumah tinggal untuk tentara bujangan bisa disulap menjadi perumahan bagi pengungsi.

''Tak ada masalah soal tempat berteduh, kecuali sarana sanitasi, kebutuhan pangan dan sandang yang memerlukan perhatian semua pihak karena kondisi dan persediaan di tempat ini sangat terbatas,'' kata Kapten Wahyu lagi.

Ia mengakui meskipun kondisi banyak pengungsi diliputi kesedihan karena harta bendanya ludes dibakar massa, namun hingga kini belum ada yang terserang penyakit kronis sebab tim medis gabungan terus memantau kesehatan mereka.

Sementara itu pemda setempat melaporkan, sedikitnya sudah empat ton beras dan ratusan dus mie instan asal berbagai berpihak telah disalurkan kepada para pengungsi di lokasi penampungan Asrama Kompi dan Aula Kodim Poso.

Bantuan pangan darurat ini, termasuk bagian bantuan yang diserahkan Gubernur HB Paliudju, Bupati Poso Abdul Muin Pusadan, dan beberapa instansi setempat pada Rabu lalu.

Hingga berita ini diturunkan kondisi kota Poso dalam kendali aparat keamanan, namun secara umum masih rawan sebab selain masih banyak orang berkeliaraan di jalanan dilengkapi senjata tajam juga pasca pucak kerusuhan Senin lalu (17/4) masih ditemukan empat mayat baru sehingga kembali memicu konsentrasi massa di beberapa tempat.

Setelah dua hari sebelumnya menemukan tiga jenazah baru di lokasi kerusuhan kelurahan Lombogia, aparat kepolisian di Kabupaten Poso, Jum'at pagi kembali mengangkat mayat seorang lelaki dewasa dari Sungai Poso.

Mayat yang mulai membusuk dan penuh luka di sekujur tubuhnya itu, ditemukan warga kelurahan Sayo mengapung di Sungai Poso, sungai yang membelah dua kota Poso.

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000