PALU -- Situasi kota Poso, Sulawesi Tengah, hingga kemarin
petang dilaporkan kian mencekam. Kondisi ini membuat ratusan wanita dan
anak-anak setempat berusaha mengamankan diri dengan mengungsi di Markas
Kodim dan Polres setempat.
Sumber-sumber di Poso melaporkan, selain arus pengungsi terus
mengalir di Markas Kodim dan Polres setempat, ratusan wanita dan
anak-anak asal Kelurahan Bonesompe, Gebangrejo, Kayamanya, Lawanga, dan
Moengko, tengah bersiap-siap meninggalkan kota Poso menuju ke desa-desa
sekitarnya yang dianggap aman.
Kejadian ini dipicu adanya isu penculikan dan pembakaran di
permukiman mereka oleh salah satu kelompok yang bertikai.
''Istri dan anak-anak saya terpaksa saya berangkatkan ke Parigi --
sekitar 120 km barat laut Poso, dengan menumpang kendaraan truk,'' ujar
seorang karyawan Kantor Bupati Poso.
Menurut dia, sejak pecah kerusuhan ketiga kalinya pada Selasa diri
hari, situasi kota Poso semakin mencekam. Aksi pembakaran secara
sporadis masih terus berlangsung, bahkan pada beberapa tempat terdengar
letusan senjata api.
Sementara itu, pihak Polda Sulteng sejak kemarin telah
memberangkatkan lagi empat peleton pasukan gabungan untuk membantu
aparat keamanan setempat melokalisasi kerusuhan massal bernuansa SARA di
kota wisata yang terletak di jantung Trans-Sulawesi itu.
Pasukan kiriman dari Palu tersebut sebagai tambahan kekuatan aparat
keamanan yang sebelumnya sudah berada di kota Poso sebanyak empat SSK
(Satuan Setingkat Kompi) dari berbagai kesatuan.
Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban tewas akibat kerusuhan
tersebut telah mencapai tiga orang, yaitu Serma Kamaluddin (anggota
Polres Poso), Abdul Syukur (pegawai Pemda Poso), serta Baba (62), warga
Jln Pulau Sabang, Kelurahan Moengko.
Ketiga korban ini tewas saat melakukan piket di pos Siskamling di
kelurahannya, diduga kuat terkena bacokan senjata tajam oleh sekelompok
orang tak dikenal pada Selasa dini hari.
Akibat tindakan pembacokan di beberapa kantong permukiman muslim itu,
telah menyulut bentrok fisik antara 'kelompok putih' dengan 'kelompok
merah' selama lebih dua jam di jembatan Poso Dua.
Aksi pembakaran rumah penduduk dan rumah ibadah pun tak terhindarkan.
Kota Poso pada 16-20 April lalu sempat dilanda kerusuhan bernuansa SARA,
mengakibatkan enam korban tewas dan 380 bangunan penduduk dan fasilitas
umum hangus dibakar massa.