Republika Online edisi:
24 May 2000

Kota Poso kian Mencekam

PALU -- Situasi kota Poso, Sulawesi Tengah, hingga kemarin petang dilaporkan kian mencekam. Kondisi ini membuat ratusan wanita dan anak-anak setempat berusaha mengamankan diri dengan mengungsi di Markas Kodim dan Polres setempat.

Sumber-sumber di Poso melaporkan, selain arus pengungsi terus mengalir di Markas Kodim dan Polres setempat, ratusan wanita dan anak-anak asal Kelurahan Bonesompe, Gebangrejo, Kayamanya, Lawanga, dan Moengko, tengah bersiap-siap meninggalkan kota Poso menuju ke desa-desa sekitarnya yang dianggap aman.

Kejadian ini dipicu adanya isu penculikan dan pembakaran di permukiman mereka oleh salah satu kelompok yang bertikai.

''Istri dan anak-anak saya terpaksa saya berangkatkan ke Parigi -- sekitar 120 km barat laut Poso, dengan menumpang kendaraan truk,'' ujar seorang karyawan Kantor Bupati Poso.

Menurut dia, sejak pecah kerusuhan ketiga kalinya pada Selasa diri hari, situasi kota Poso semakin mencekam. Aksi pembakaran secara sporadis masih terus berlangsung, bahkan pada beberapa tempat terdengar letusan senjata api.

Sementara itu, pihak Polda Sulteng sejak kemarin telah memberangkatkan lagi empat peleton pasukan gabungan untuk membantu aparat keamanan setempat melokalisasi kerusuhan massal bernuansa SARA di kota wisata yang terletak di jantung Trans-Sulawesi itu.

Pasukan kiriman dari Palu tersebut sebagai tambahan kekuatan aparat keamanan yang sebelumnya sudah berada di kota Poso sebanyak empat SSK (Satuan Setingkat Kompi) dari berbagai kesatuan.

Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban tewas akibat kerusuhan tersebut telah mencapai tiga orang, yaitu Serma Kamaluddin (anggota Polres Poso), Abdul Syukur (pegawai Pemda Poso), serta Baba (62), warga Jln Pulau Sabang, Kelurahan Moengko.

Ketiga korban ini tewas saat melakukan piket di pos Siskamling di kelurahannya, diduga kuat terkena bacokan senjata tajam oleh sekelompok orang tak dikenal pada Selasa dini hari.

Akibat tindakan pembacokan di beberapa kantong permukiman muslim itu, telah menyulut bentrok fisik antara 'kelompok putih' dengan 'kelompok merah' selama lebih dua jam di jembatan Poso Dua.

Aksi pembakaran rumah penduduk dan rumah ibadah pun tak terhindarkan. Kota Poso pada 16-20 April lalu sempat dilanda kerusuhan bernuansa SARA, mengakibatkan enam korban tewas dan 380 bangunan penduduk dan fasilitas umum hangus dibakar massa.

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000