Republika Online edisi:
25 May 2000

'Cara Kerja KPP Priok tak Profesional'

JAKARTA -- Keluarga korban Tanjung Priok hingga kini tetap merasa bingung mengapa Komisi Penyelidikan dan Pemeriksaan Pelanggaran HAM Tanjung Priok (KP3T Priok) tetap tidak bisa menunjukkan di mana letak korban dimakamkan. Dan mereka pun merasa semakin hari kerja KP3T kian tidak profesional serta sepertinya mempunyai grand stretegi tertentu.

''Saya lihat KP3T kebingungan menunjukkan makam korban Priok. Hal ini makin meneguhkan saya bahwa kerja mereka tak profesional. Sepertinya ada desain tertentu. Dan ke depan saya percaya kesimpulan akhir kerja KP3T akan menganggap peristiwa Priok hanya sekadar insiden belaka,'' kata Beni Muchtar Biki, di Jakarta, kemarin (24/5).

Sejak pukul 08.20 WIB, beberapa anggota KP3T Priok yang dipimpin oleh BN Marbun dan Syafruddin Bahar bersama puluhan wartawan media cetak dan elektronik serta korban Priok, mencoba mencari lokasi makam para korban Priok. Dan makam yang sempat dikunjungi sepanjang hari kemarin itu adalah TPU Sukapura, pemakaman wakaf Pondok Rangon, dan makam Amir Biki.

Selain itu, pada awal kunjungan di depan Polres Jakarta Utara sempat juga dilakukan rekonstruksi singkat mengenai tempat di mana 'bentrokan' berdarah itu pernah terjadi. Dan melalui keterangan seorang korban Priok, Musolih, dinyatakan bahwa antara massa dan aparat militer tidak pernah konflik secara langsung.

''Tidak pernah kami saling melakukan secara langsung. Jarak aparat dengan saya yang saat itu berada di rombongan terdepan massa pengajian terpisahkan sekitar 20 meter. Dan tak ada aksi rebut senjata,'' kata Musolih.

Setelah rekonstruksi di tempat bentrokan, rombongan kemudian pergi mengunjungi markas Arhanud I Kodam Jaya. Di tempat itu anggota KP3T mengecek data serta rekonstruksi mengenai jenis senjata yang dipakai oleh aparat keamanan dan truk untuk mengangkut jenazah korban Priok.

Hasilnya, Kasi Intel Resimen Arhanud I Kodam Jaya Mayor TNI Subagyo di depan anggota KP3T Priok mengatakan untuk jenis senjata SSK pihaknya tidak pernah mengetahuinya. Sedangkan untuk truk pengangkut pasukan ia mengatakan Arhanud semenjak dahulu hanya menggunakan jenis Reo.

Dan setelah itu, rombongan kemudian pergi ke TPU Mengkok, Sukapura. Melalui keterangan Try Sutrisno ketika dimintai keterangan oleh anggota KP3T Priok, di pemakaman itu memang telah dikubur delapan jenazah korban Priok. Namun, ketika sampai di tempat itu, ditemukan fakta yang berbeda. Dari catatan pemakaman, di TPU itu dimakamkam delapan jenazah korban Priok. Tapi ketika dicek ke lapangan, hanya ditemukan lima nisan saja, yakni Romli,Tukimin, Zaianal Amran, Asmoro, dan Andi Samsi. Sedangkan tiga sisa korban lainnya tidak jelas dikuburkan di mana.

Suasana kunjungan ke makam korban Priok yang berlangsung hingga pukul 15.30 WIB sendiri berlangsung cukup panas. Keluarga dan korban Priok terus saja merasa tidak puas dengan melihat sikap KP3T yang tetap saja tidak bersedia melakukan penggalian kuburan.

Sebagai puncak suasana 'panas' itu meledak ketika romongan sampai ke Pemakaman Pondok Rangon, Jakarta Timur. Pihak korban dengan anggota KP3T Priok, BN MArbun terlibat dalam 'perang mulut'. Korban menginginkan agar KP3T segera saja menunjuk tempat pemakaman dan melakukan bongkar kuburan. Dan oleh Marbun keinginan ini kemudian ditolaknya mentah-mentah. n uba

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000