Republika Online edisi:
26 Jan 2000

Enam Marinir Tewas Saat Shalat Maghrib

BANDA ACEH -- Sehari sebelum kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid ke Aceh, enam anggota Marinir tewas seketika diterjang tiga roket gerakan Aceh Merdeka (GAM) kala mereka tengah melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di posko Kecamatan Bulu, Kabupaten Aceh Utara.

Presiden sendiri minta para pelaku aksi kekerasan di Aceh untuk segera menghentikan kegiatannya. ''Kita minta mereka yang masih inginkan kekerasan melalui organisasi untuk membelokkan keinginan rakyat Aceh, segera menghentikan kegiatannya. Jika tidak rakyat yang akan menghentikan,'' kata Presiden saat mencanangkan Sabang sebagai pelabuhan dan daerah perdagangan bebas di Sabang, Aceh, kemarin sore.

Tewasnya anggota Marinir pada Senin (24/1) petang itu merupakan korban terbesar pihak keamanan dalam beberapa pekan terakhir di Aceh. Kadispen Korps Marinir, Letkol Marinir Ibrahim, mengungkapkan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh anggota GAM.

Menurut Ibrahim, serangan atas Marinir itu dilakukan oleh sekitar 200 orang secara tiba-tiba. ''Untungnya ada anggota Marinir yang jaga 10 orang. Dan, yang 20 orang lainnya sedang shalat,'' ujar Ibrahim di Jakarta Selasa (25/1). ''Sehingga, serangan Gerakan Aceh Merdeka itu bisa ditahan.''

Kontak senjata antara Marinir dan GAM berlangsung sengit dan cukup lama yakni sejak pukul 18.45 dan baru berakhir pukul 21.00. Dari pihak GAM, tutur Ibrahim, sedikitnya empat orang tewas.

Keenam anggota Marinir yang gugur itu adalah Sertu Marinir Tulus, Sertu Marinir Misyanto, Serda Marinir Arif, Pratu Marinir Gatot, Pratu Marinir Antoni, dan Pratu Marinir Tasiriyatinasriyanto. Kemarin petang, jenazah keenam korban masih disemayamkan di Medan. Rencananya hari ini lima jenazah diterbangkan ke Semarang dan satu lainnya ke Surabaya.

Bersama keenam jenazah tersebut, ikut juga diterbangkan tiga anggota Marinir yang luka berat dan tiga anggota Marinir yang luka ringan. Mereka yang luka berat adalah Pratu Marinir Jawar, Pratu Marinir Agus S, dan Pratu Marinir Zairi. Sedangkan yang luka ringan adalah Pratu Marinir Agus W, Sertu Marinir Dedi, serta Pratu Aria Arianto. Semua korban luka tersebut akan diterbangkan ke Surabaya.

Di samping enam korban tewas dan luka-luka, saat ini juga masih ada satu anggota Marinir yang diculik. Dia adalah Prada Marinir Yudi. Sampai kemarin keberadaannya belum diketahui. Penculikan seperti ini, kata Ibrahim, merupakan kejadian kedua kali menimpa Korps Marinir di Aceh. Dalam dua peristiwa pertama, anggota Marinir korban penculikan tidak berhasil ditemukan.

''Anggota Marinir yang diserang itu sebenarnya Satgas yang sudah hampir diganti,'' tandas Ibrahim. Sebab, memang satgas Marinir yang mengawal pantai timur Aceh itu diganti setiap enam bulan sekali.

Saat ini, sambungnya, Korps Marinir yang diterjunkan ke Aceh 600 orang. Mereka ditugaskan mengawal pantai timur Aceh yang panjangnya 300 kilometer. Tugas utama mereka adalah menangkal kemungkinan terjadinya penyelundupan-penyelundupan ke Aceh.

Bentrokan senjata antara Marinir dan GAM itu mengundang perhatian Presiden Abdurrahman Wahid. Menurut Gus Dur, rakyat Aceh sudah bosan dengan kekerasan dan konflik yang berkepanjangan. Ia juga mengharapkan Aceh dapat kembali menjadi daerah penopang Indonesia sebagaimana pernah dilakukan rakyat Aceh di masa perang kemerdekaan.

Mengutip pernyataan seorang dayah (ulama), Gus Dur mengatakan bentuk Pemda Aceh yang otonomi atau federal bukan hal utama tetapi yang penting ''Jadikanlah Aceh sebagai satu daerah yang unik yang khas Aceh''.

Selain meresmikan pelabuhan bebas Sabang, Presiden juga menyaksikan pernyataan damai dengan upacara adat yang disebut Peuseujeuk antara Brimob dan Thaliban. Dalam kunjungan kerja yang diikuti sejumlah menteri itu, Gus Dur juga akan menyerahkan secara simbolis bantuan dari Pemerintah Arab Saudi kepada Gubernur KDH Istimewa Aceh.

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000