Republika Online edisi:
26 May 2000

Fajar Islam Bersinar di Desa Lata-lata, Bacan

Fajar Islam bercahaya di Kepulauan Maluku, banyaknya manusia yang berbondong-bondong masuk Islam di beberapa wilayah sebuah kegembiraan dan tantangan bagi umat Islam untuk menunjukkan ukhuwah kepada mereka. Apalagi saat mereka masuk Islam kondisi wilayahnya sedang tidak normal. Aroma pertikaian antarkelompok masih menyelimuti provinsi seribu pulau itu.

Desa Lata-lata adalah salah satu desa yang penduduknya kembali kepada pangkuan Islam. Penduduk Desa Lata-lata sejak Februari 2000 mengikrarkan diri untuk memeluk agama Islam, dan menanggalkan agama yang mereka anut sebelumnya, Protestan. Islamnya penduduk Desa Lata-lata tanpa ada paksaan dan intimidasi dari pihak manapun, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ishak, kepala Desa Lata-lata. Pengakuan ini disampaikan kepada Ahmad Zaki dan Dedi Sularso dari Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) saat berkunjung ke Lata-lata pada 26 Maret 2000 lalu. Saat diwawancarai, itu Ishak masih mengenakan sarung karena baru disunat. Ia mengatakan, penduduk Lata-lata masuk Islam tanpa paksaan. ''Kami memeluk Islam dengan hati yang ikhlas,'' paparnya.

Ia juga mengatakan, mereka butuh perhatian karena baru menjadi muallaf. Saat aktivis PKPU berkunjung ke Lata-lata, masjid/mushala sebagai tempat shalat masih dalam bentuk tonggak-tonggak dari batang pohon yang ada di sekitar desa.

Saat ini Muslim Lata-lata telah memasuki bulan ketiga dan mengalami perubahan-perubahan dalam beragama Islam. Meskipun hidup sederhana, tempat tinggal yang terbuat dari pelepah tangkai batang sagu, makanan sehari-hari pisang dan ubi kayu serta pakaian seadanya, namun mereka kelihatan lebih tenang. Ukuran rumah rata-rata 3x5 meter persegi, tingginya tak sampai 160 cm ketika masuk rumah harus membungkukkan badan. PKPU langsung membina penduduk Desa Lata-lata, dan mengutus dai yaitu Des Agus Wahid (Jakarta) dan Imam Rosyadi (Ternate). Di samping itu PKPU juga menempatkan Ustadz Ridwan sebagai pembina di Desa Lata-lata PKPU Maluku Utara yang bermarkas di Ternate bekerjasama dengan teman-teman PKPU Bacan membuat jadwal untuk kunjungan ke Lata-lata baik untuk meningkatkan pendalaman masalah agama maupun kesehatan penduduknya, selain memberikan bantuan sembako yang memang sangat mereka butuhkan.

Kini sebuah masjid darurat di Lata-lata telah berdiri dengan ukuran 9x8 m2, atapnya dibuat dari daun sagu kering, dindingnya hanya 1/2 badan dibuat dari papan yang disusun ke atas. Lantainya dari tikar dilapis dengan terpal, sangat sederhana. Saat Kepala Desa ditanyakan apa nama masjid itu, ia mengaku belum mempunyai nama. Oleh karena itu, ketika salah seorang anggota PKPU datang berkunjung ke sana dan minta izin kepada Kepala Desa untuk memberi nama masjid tersebut, maka setelah disetujui akhirnya sejak 3 Mei 2000 masjid di Desa Lata-lata itu diberi nama ''Masjid Az-Zaki'' yang berarti ''suci'' atau ''bersih''. Saat Ishak ditanya, ''Ingat nama Pak Zai yang pernah berkunjung ke Lata-lata? Ishak hanya tersenyum.''

Penduduk desa Lata-lata kini sudah dapat melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah. Walaupun masih ada yang suka tengak-tengok, tapi itu bisa dimaklumi karena mereka baru mengenal Islam. Kami pun bergembira dari tiga bulan pembinaan yang dilakukan ada hasil yang dicapai walaupun masih banyak yang harus diperbuat. Dan alhamdulillah kini di Lata-lata sudah terdengar adzan yang memanggil untuk shalat, bacaan huruf-huruf Alquran pun sudah tidak asing lagi dilafalkan.

Pembinaan yang dilakukan oleh PKPU bukan tanpa hambatan karena selain Desa Lata-lata masih banyak lagi desa-desa lain seberang pulau yang di dalamnya bermukim muallaf cukup besar seperti di Desa Geti Baru 282 muallaf, Geti Lama 176 muallaf, Desa Imbu-imbu 130 muallaf, dan Kecamatan Loloda. Masih banyak yang harus PKPU kerjakan dan sampaikan kepada mereka. Mereka masih membutuhkan sarung dan mukena untuk melaksanakan shalat, jilbab, sandal, buku Iqra untuk belajar Alquran, Alquran terjemahan, sajadah dan tidak ketinggalan sembako untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk memulai ekonomi, mereka membutuhkan penggilingan (parut) kelapa, motor laut untuk mencari ikan, jaring/jala dan perlengkapan pertanian. Guna memenuhi kebutuhan mereka tentu saja PKPU tidak dapat berjalan sendirian dan butuh dukungan dari umat Islam Indonesia baik di dalam maupun luar negeri agar pembinaan terhadap muallaf ini dapat berkesinambungan. Bagi umat Islam yang ingin memberikan bantuan khusus muallaf di Kepulauan Maluku dapat menghubungi PKPU Jakarta, Jl Mampang Prapatan XII No 9 Jakarta Selatan. Siapa peduli??? pkpu

Data muallaf s/d 10 April 2000

--------------------------------------------------
No Desa 0-5 6-18 Dewasa Jumlah L P L P L P
--------------------------------------------------
Kec Bacan 145 242 304 281 555 524 2051
1 Akedabo 3 1 9 10 6 5 34
2 Amasing Kota 8 3 2 12 21 24 70
3 Geti Baru 24 24 37 36 82 79 262
4 Geti Lama 12 13 25 27 53 46 176
5 Imbu-Imbu 10 17 23 20 32 28 130
6 Indari - 1 3 3 3 2 12
7 Lata-lata 78 177 185 157 323 306 1226
8 Mari Kapal 4 3 3 3 10 8 31
9 Nang 1 - 6 7 8 6 28
10 Nondang 1 1 3 5 10 7 27
11 Nusa Jaya 4 2 8 1 7 13 35
--------------------------------------------------
Kec Gane Barat 26 16 38 29 56 57 222
12 Jibubu 18 8 29 18 34 37 144
13 Paspalete - 1 - 1 4 4 10
14 Yomen Sekli 8 7 9 10 18 16 68
--------------------------------------------------
Kec Loloda 10 15 32 33 47 47 184
15 Dagusuli 4 5 13 10 18 14 64
16 Salobe 6 10 19 23 29 33 120
--------------------------------------------------
Jumlah 181 273 374 343 658 628 2457
--------------------------------------------------
Sumber: PKPU Ternate (Bacan, Saketa, Loloda)

Berbagi Rasa dengan Yatim Piatu Halmahera

Pertikaian antarkelompok di propinsi seribu pulau (Maluku dan Maluku Utara), menyisakan kesedihan. Rumah-rumah yang mereka tinggali hancur, sumber mata pencaharian hilang dan mereka harus hidup dalam pengungsian. Menurut data terakhir yang kami terima tanggal 10 April 2000 dari PKPU Ternate pengungsi di Maluku Utara saja sebanyak 96.831 yang tersebar di sembilan wilayah (Kec Ternate Selatan, Ternate Utara, Pulau Ternate, Makian, Tidore, Kayoan, Gane Barat, Bacan, dan Galela).

Pertikaian antarkelompok di provinsi seribu pulau itu juga mengakibatkan ayah kehilangan anak, istri kehilangan suami dan harus menjadi janda menggantikan posisi suami mendidik anak-anaknya, serta anak-anak harus kehilangan bapak atau ibu dan menjadi yatim piatu. Dengan kondisi ini, PKPU baik di Ternate maupun Jakarta mencoba memperhatikan permasalahan anak yatim yang berasal dari Maluku Utara.

Di Jakarta dan Sukabumi sementara ini ada 70 yatim piatu. Mereka diboyong ke Jakarta untuk bisa meneruskan sekolah yang sempat terputus karena kerusuhan. Alhamdulillah PKPU pada 6 Mei 2000 bertatap muka dengan 70 yatim/piatu dari Maluku (Ambon) dan Maluku Utara (Malifut, Tobelo, Ternate) di Pesantren Hubbul Quran, Cileungsi, Bogor di bawah bimbingan Ustadz H MH Abdul Basyir. Tatap muka yang dimulai pada pukul 09.30 diawali dengan tilawah Alquran oleh ananda Ikram Umar (Tobelo) dengan membaca surat Ad-Duha dan Al-Maa'un.

Dari surat Ad-Duha tersebut kami teringat akan Rasulullah SAW yang pada saat dilahirkan dalam kondisi yatim dan Allah SWT langsung yang memberikan bimbingan melalui Malaikat Jibril. Dan dalam surat Al-Maa'un kami teringat peringatan Allah SWT terhadap orang-orang yang enggan memberi makan kepada anak yatim, yang disebut sebagai pendusta agama. Sebagai wujud dari pelaksanaan kedua surat Alquran itu, PKPU membuat program kegiatan santunan anak yatim terutama untuk masalah pendidikan yatim piatu. Dalam kesempatan itu kami menyampaikan satu paket alat sekolah, uang untuk pembelian baju seragam, serta sepatu untuk 70 yatim yang berasal dari Maluku dan Maluku Utara. Kegiatan pemberian santunan pendidikan yatim ini dipimpin langsung oleh Direktur PKPU, dr H Naharus Surur. Dalam kesempatan ini PKPU berhasil mengundang Lembaga Pendidikan Islam Fajar Hidayah, Cileungsi Bogor yang juga memberikan bantuan kepada mereka melalui Ustadz Abdul Basyir. Kegiatan santunan pendidikan yatim ini selesai pukul 11.00 WIB yang ditandai dengan doa oleh Ustadz Mirdas dari Fajar Hidayah.

Dari kegiatan inilah kami akan terus melangkah membantu anak-anak yatim yang senasib dengan mereka. Apalagi masih banyak yatim piatu yang berasal dari Maluku dan Maluku Utara butuh bantuan, dan mereka masih berada di sana. Strategi yang ingin dikembangkan oleh PKPU adalah bagaimana agar anak-anak yatim/piatu yang putus sekolah itu dapat kembali sekolah tanpa harus meninggalkan daerah mereka. Atau kalau terpaksa harus meninggalkan daerahnya, mereka dapat bersekolah di Ternate/Tidore, daerah yang aman, agar mereka dapat bersekolah dengan tenang.

Guna mendukung program tersebut, PKPU mengajak seluruh umat Islam baik pribadi maupun lembaga untuk bersama-sama peduli terhadap pendidikan anak-anak yatim/piatu maupun anak-anak di pengungsian, baik yang ada di Maluku, Maluku Utara, Aceh, dan lain-lainnya.

[TELUSUR] -->

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000