Fajar Islam bercahaya di Kepulauan Maluku, banyaknya manusia
yang berbondong-bondong masuk Islam di beberapa wilayah sebuah
kegembiraan dan tantangan bagi umat Islam untuk menunjukkan ukhuwah
kepada mereka. Apalagi saat mereka masuk Islam kondisi wilayahnya sedang
tidak normal. Aroma pertikaian antarkelompok masih menyelimuti provinsi
seribu pulau itu.
Desa Lata-lata adalah salah satu desa yang penduduknya kembali kepada
pangkuan Islam. Penduduk Desa Lata-lata sejak Februari 2000 mengikrarkan
diri untuk memeluk agama Islam, dan menanggalkan agama yang mereka anut
sebelumnya, Protestan. Islamnya penduduk Desa Lata-lata tanpa ada
paksaan dan intimidasi dari pihak manapun, hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Ishak, kepala Desa Lata-lata. Pengakuan ini disampaikan
kepada Ahmad Zaki dan Dedi Sularso dari Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)
saat berkunjung ke Lata-lata pada 26 Maret 2000 lalu. Saat diwawancarai,
itu Ishak masih mengenakan sarung karena baru disunat. Ia mengatakan,
penduduk Lata-lata masuk Islam tanpa paksaan. ''Kami memeluk Islam
dengan hati yang ikhlas,'' paparnya.
Ia juga mengatakan, mereka butuh perhatian karena baru menjadi
muallaf. Saat aktivis PKPU berkunjung ke Lata-lata, masjid/mushala
sebagai tempat shalat masih dalam bentuk tonggak-tonggak dari batang
pohon yang ada di sekitar desa.
Saat ini Muslim Lata-lata telah memasuki bulan ketiga dan mengalami
perubahan-perubahan dalam beragama Islam. Meskipun hidup sederhana,
tempat tinggal yang terbuat dari pelepah tangkai batang sagu, makanan
sehari-hari pisang dan ubi kayu serta pakaian seadanya, namun mereka
kelihatan lebih tenang. Ukuran rumah rata-rata 3x5 meter persegi,
tingginya tak sampai 160 cm ketika masuk rumah harus membungkukkan
badan. PKPU langsung membina penduduk Desa Lata-lata, dan mengutus dai
yaitu Des Agus Wahid (Jakarta) dan Imam Rosyadi (Ternate). Di samping
itu PKPU juga menempatkan Ustadz Ridwan sebagai pembina di Desa
Lata-lata PKPU Maluku Utara yang bermarkas di Ternate bekerjasama dengan
teman-teman PKPU Bacan membuat jadwal untuk kunjungan ke Lata-lata baik
untuk meningkatkan pendalaman masalah agama maupun kesehatan
penduduknya, selain memberikan bantuan sembako yang memang sangat mereka
butuhkan.
Kini sebuah masjid darurat di Lata-lata telah berdiri dengan ukuran
9x8 m2, atapnya dibuat dari daun sagu kering, dindingnya hanya 1/2 badan
dibuat dari papan yang disusun ke atas. Lantainya dari tikar dilapis
dengan terpal, sangat sederhana. Saat Kepala Desa ditanyakan apa nama
masjid itu, ia mengaku belum mempunyai nama. Oleh karena itu, ketika
salah seorang anggota PKPU datang berkunjung ke sana dan minta izin
kepada Kepala Desa untuk memberi nama masjid tersebut, maka setelah
disetujui akhirnya sejak 3 Mei 2000 masjid di Desa Lata-lata itu diberi
nama ''Masjid Az-Zaki'' yang berarti ''suci'' atau ''bersih''. Saat
Ishak ditanya, ''Ingat nama Pak Zai yang pernah berkunjung ke Lata-lata?
Ishak hanya tersenyum.''
Penduduk desa Lata-lata kini sudah dapat melaksanakan shalat lima
waktu secara berjamaah. Walaupun masih ada yang suka tengak-tengok, tapi
itu bisa dimaklumi karena mereka baru mengenal Islam. Kami pun
bergembira dari tiga bulan pembinaan yang dilakukan ada hasil yang
dicapai walaupun masih banyak yang harus diperbuat. Dan
alhamdulillah kini di Lata-lata sudah terdengar adzan yang
memanggil untuk shalat, bacaan huruf-huruf Alquran pun sudah tidak asing
lagi dilafalkan.
Pembinaan yang dilakukan oleh PKPU bukan tanpa hambatan karena selain
Desa Lata-lata masih banyak lagi desa-desa lain seberang pulau yang di
dalamnya bermukim muallaf cukup besar seperti di Desa Geti Baru 282
muallaf, Geti Lama 176 muallaf, Desa Imbu-imbu 130 muallaf, dan
Kecamatan Loloda. Masih banyak yang harus PKPU kerjakan dan sampaikan
kepada mereka. Mereka masih membutuhkan sarung dan mukena untuk
melaksanakan shalat, jilbab, sandal, buku Iqra untuk belajar Alquran,
Alquran terjemahan, sajadah dan tidak ketinggalan sembako untuk
kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk memulai ekonomi, mereka membutuhkan
penggilingan (parut) kelapa, motor laut untuk mencari ikan, jaring/jala
dan perlengkapan pertanian. Guna memenuhi kebutuhan mereka tentu saja
PKPU tidak dapat berjalan sendirian dan butuh dukungan dari umat Islam
Indonesia baik di dalam maupun luar negeri agar pembinaan terhadap
muallaf ini dapat berkesinambungan. Bagi umat Islam yang ingin
memberikan bantuan khusus muallaf di Kepulauan Maluku dapat menghubungi
PKPU Jakarta, Jl Mampang Prapatan XII No 9 Jakarta Selatan. Siapa
peduli??? pkpu
Data muallaf s/d 10 April 2000
--------------------------------------------------
No Desa 0-5 6-18 Dewasa Jumlah L P L P L P
--------------------------------------------------
Kec Bacan 145 242 304 281 555 524 2051
1 Akedabo 3 1 9 10 6 5 34
2 Amasing Kota 8 3 2 12 21 24 70
3 Geti Baru 24 24 37 36 82 79 262
4 Geti Lama 12 13 25 27 53 46 176
5 Imbu-Imbu 10 17 23 20 32 28 130
6 Indari - 1 3 3 3 2 12
7 Lata-lata 78 177 185 157 323 306 1226
8 Mari Kapal 4 3 3 3 10 8 31
9 Nang 1 - 6 7 8 6 28
10 Nondang 1 1 3 5 10 7 27
11 Nusa Jaya 4 2 8 1 7 13 35
--------------------------------------------------
Kec Gane Barat 26 16 38 29 56 57 222
12 Jibubu 18 8 29 18 34 37 144
13 Paspalete - 1 - 1 4 4 10
14 Yomen Sekli 8 7 9 10 18 16 68
--------------------------------------------------
Kec Loloda 10 15 32 33 47 47 184
15 Dagusuli 4 5 13 10 18 14 64
16 Salobe 6 10 19 23 29 33 120
--------------------------------------------------
Jumlah 181 273 374 343 658 628 2457
--------------------------------------------------
Sumber: PKPU Ternate (Bacan, Saketa, Loloda)
Berbagi Rasa dengan Yatim Piatu Halmahera
Pertikaian antarkelompok di propinsi seribu pulau (Maluku dan Maluku
Utara), menyisakan kesedihan. Rumah-rumah yang mereka tinggali hancur,
sumber mata pencaharian hilang dan mereka harus hidup dalam pengungsian.
Menurut data terakhir yang kami terima tanggal 10 April 2000 dari PKPU
Ternate pengungsi di Maluku Utara saja sebanyak 96.831 yang tersebar di
sembilan wilayah (Kec Ternate Selatan, Ternate Utara, Pulau Ternate,
Makian, Tidore, Kayoan, Gane Barat, Bacan, dan Galela).
Pertikaian antarkelompok di provinsi seribu pulau itu juga
mengakibatkan ayah kehilangan anak, istri kehilangan suami dan harus
menjadi janda menggantikan posisi suami mendidik anak-anaknya, serta
anak-anak harus kehilangan bapak atau ibu dan menjadi yatim piatu.
Dengan kondisi ini, PKPU baik di Ternate maupun Jakarta mencoba
memperhatikan permasalahan anak yatim yang berasal dari Maluku Utara.
Di Jakarta dan Sukabumi sementara ini ada 70 yatim piatu. Mereka
diboyong ke Jakarta untuk bisa meneruskan sekolah yang sempat terputus
karena kerusuhan. Alhamdulillah PKPU pada 6 Mei 2000 bertatap
muka dengan 70 yatim/piatu dari Maluku (Ambon) dan Maluku Utara
(Malifut, Tobelo, Ternate) di Pesantren Hubbul Quran, Cileungsi, Bogor
di bawah bimbingan Ustadz H MH Abdul Basyir. Tatap muka yang dimulai
pada pukul 09.30 diawali dengan tilawah Alquran oleh ananda Ikram Umar
(Tobelo) dengan membaca surat Ad-Duha dan Al-Maa'un.
Dari surat Ad-Duha tersebut kami teringat akan Rasulullah SAW yang
pada saat dilahirkan dalam kondisi yatim dan Allah SWT langsung yang
memberikan bimbingan melalui Malaikat Jibril. Dan dalam surat Al-Maa'un
kami teringat peringatan Allah SWT terhadap orang-orang yang enggan
memberi makan kepada anak yatim, yang disebut sebagai pendusta agama.
Sebagai wujud dari pelaksanaan kedua surat Alquran itu, PKPU membuat
program kegiatan santunan anak yatim terutama untuk masalah pendidikan
yatim piatu. Dalam kesempatan itu kami menyampaikan satu paket alat
sekolah, uang untuk pembelian baju seragam, serta sepatu untuk 70 yatim
yang berasal dari Maluku dan Maluku Utara. Kegiatan pemberian santunan
pendidikan yatim ini dipimpin langsung oleh Direktur PKPU, dr H Naharus
Surur. Dalam kesempatan ini PKPU berhasil mengundang Lembaga Pendidikan
Islam Fajar Hidayah, Cileungsi Bogor yang juga memberikan bantuan kepada
mereka melalui Ustadz Abdul Basyir. Kegiatan santunan pendidikan yatim
ini selesai pukul 11.00 WIB yang ditandai dengan doa oleh Ustadz Mirdas
dari Fajar Hidayah.
Dari kegiatan inilah kami akan terus melangkah membantu anak-anak
yatim yang senasib dengan mereka. Apalagi masih banyak yatim piatu yang
berasal dari Maluku dan Maluku Utara butuh bantuan, dan mereka masih
berada di sana. Strategi yang ingin dikembangkan oleh PKPU adalah
bagaimana agar anak-anak yatim/piatu yang putus sekolah itu dapat
kembali sekolah tanpa harus meninggalkan daerah mereka. Atau kalau
terpaksa harus meninggalkan daerahnya, mereka dapat bersekolah di
Ternate/Tidore, daerah yang aman, agar mereka dapat bersekolah dengan
tenang.
Guna mendukung program tersebut, PKPU mengajak seluruh umat Islam
baik pribadi maupun lembaga untuk bersama-sama peduli terhadap
pendidikan anak-anak yatim/piatu maupun anak-anak di pengungsian, baik
yang ada di Maluku, Maluku Utara, Aceh, dan lain-lainnya.