TERNATE -- Tokoh masyarakat Maluku Utara, Abdul Gani Hasan,
mengimbau petinggi TNI dan Polri untuk segera membuka isolasi atas Desa
Soasio, Galela. Dia mencemaskan nasib warga Muslim desa tersebut yang
kian terkurung, sementara sejak Kamis (27/1), Soasio diserang dari lima
penjuru.
Para pengungsi di desa tersebut dikabarkan dalam kondisi
memprihatinkan. Mereka yang umumnya perempuan dan anak-anak itu kian
terdesak ke pinggir laut. ''Di sana hanya ada empat dokter dari Tim
Mer-C (Medical Emergency Rescue Committee). Persediaan obat-obatan
semakin tipis,'' ujar Abdul Gani.
Dokter yang masih bertahan adalah dr Yose Rizal Jurnalis, dr
Indragiri, dr Yogi, dan dr Herman. Ahad siang kemarin, Abdul Gani
menerima informasi terakhir Galela dari dr Wahyu Widodo yang bertugas di
Ternate dan telah berkomunikasi melalui radio single side band
dengan dr Yose Rizal.
Lewat komunikasi SSB pukul 09.30, dr Yose Rizal menyatakan umat Islam
di Galela makin terdesak akibat penyerangan yang dilakukan kelompok
merah. Penyerangan kelompok tersebut melibatkan belasan ribu orang
melalui lima penjuru mata angin. Sementara kelompok putih Muslim,
termasuk wanita dan anak-anak, berjumlah sekitar 10 ribu orang, ditambah
ratusan anggota pasukan jihad.
Menurut Abdul Gani, logistik bagi tim dokter, pasukan mujahidin fii
sabilillah, dan para pengungsi juga semakin tipis. ''Kini hitungan
pertahanan secara jasmani dan psikis tinggal hitungan jam saja,'' kata
Ketua Umum Forum Komunikasi Umat Beragama Maluku Utara itu.
Para pengungsi, lanjutnya, kini dalam keadaan lemah dan sudah hampir
putus asa. Mereka hanya bisa melihat ke arah laut, namun tak ada jua
kapal yang berlabuh. Pemda Ternate dikabarkan bakal mengirim kapal
perang Mandar 514 TNI AL untuk menjemput dan menambah personel keamanan.
Namun, yang dinanti tak kunjung tiba.
Karena tak ada kapal, tenaga tim medis Mer-C dan sukarealwan sosial
yang membawa sembako dan obat-obatan pun akhirnya tak bisa memasuki
Soasio. Dikabarkan, kapal perang tersebut memang belum diizinkan
berlabuh oleh sejumlah pejabat di Ternate.
Abdul Gani memohon kesediaan pimpinan ormas Islam, pesantren, dan
tokoh Islam, untuk menekan pemerintah pusat agar mengirimkan bantuan
kemanusiaan ke Galela. Pembukaan isolasi, menurutnya, akan mencegah
terjadinya aksi pembantaian.
Dia juga mengungkapkan sekitar 400 KK yang lari menyelamatkan diri ke
hutan Papilo, dekat Desa Soasio dan perbatasan Tobelo, sampai kemarin
sore belum bisa dievakuasi. Jika aparat keamanan yang jumlahnya hanya
400 orang dikerahkan untuk mengevakuasi, dikhawatirkan pertahanan Desa
Soasio akan jebol.
Menurut dr Wahyu Widodo, aparat sejumlah itu berasal dari Batalyon
512 Marabunta. Namun, jumlahnya berkurang karena sebagian dikirim ke
Pulau Morotai. ''Mengingat besarnya jumlah kelompok merah yang menyerang
Galela, dikhawatirkan pertahanan Muslim Galela dan aparat yang ada akan
kewalahan,'' urai Wahyu mengutip Yose Rizal.
Kondisi kian buruk akibat terputusnya segala komunikasi. Transportasi
laut terhitung jauh, sekitar 120 mil. Sementara jalur darat sudah tak
bisa dilalui karena sudah dikuasai pasukan merah.
Saat ini, kaum Muslimin di Maluku Utara hanya mampu berdoa qunut
nazilah, memohon umat Islam di hutan Popilo diselamatkan Allah.
''Kami berharap masih ada orang di Jawa yang bersedia mendengar jeritan
hati Muslimin Maluku Utara yang sedang berjihad melawan pemberontak RMS,
sehingga membuka isolasi daerah Galela dan Tobelo,'' ujar Abdul Gani.
Sementara itu dilaporkan pula, pasukan mujahidin Sabtu (29/1) malam
mengalami serangan di daerah Akelamo Kao, Kec Jailolo, Halmahera, Maluku
Utara. Sejumlah warga Muslim menjadi korban penembakan senjata canggih
dari arah bukit tambang emas Barnabas.
Korban bertambah
Secara terpisah, Gubernur Maluku Utara Surasmin mengakui korban tewas
akibat kerusuhan bernuansa SARA di Maluku Utara yang hingga 25 Januari
lalu dilaporkan 1.655 orang, kini bertambah lagi menyusul kerusuhan
serupa di Pulau Bacan dan Kec Gane Timur, Selasa pekan lalu.
''Korban tewas di Maluku Utara bertambah 37 orang, yaitu dari Pulau
Bacan 29 orang dan Gane Timur delapan orang, serta puluhan lainnya luka
berat dan ringan,'' kata Gubernur Surasmin seperti dikutip Kepala Biro
Humas Maluku Utara, Drs Adjuan Gafur, di Ternate, Ahad.
Menurut Gubernur, kerusuhan yang merembet ke kawasan bagian timur
Pulau Halmahera dan Pulau Bacan, Selasa pekan lalu, mengakibatkan korban
bertambah dari 1.655 menjadi 1.692 jiwa, hingga 30 Januari 2000. ''Ini
merupakan laporan sementara yang kami terima dari para camat maupun
aparat keamanan di Ternate,'' katanya.
Namun, kedua daerah itu telah kembali normal setelah aparat keamanan
mengerahkan satu kompi TNI dari Batalyon 511 Brawijaya ke Pulau Bacan
dan dua satuan setingkat peleton ke Kecamatan Gane Timur.
Pemda Maluku Utara pada Ahad mengevakuasi sekitar 1.000 jiwa lebih
pengungsi yang kini masih berada di Labuha dan di kompleks Pusat
Pendaratan Ikan (PPI) di Desa Penambuan Kecamatan Bacan, kata Adjuan
Gafur.
Menurut Pangdam XVI/Pattimura Brigjen TNI Max Tamaela, sedikitnya
400-an dari total 2.500 pengungsi yang ada di Pulau Bacan, Provinsi
Maluku Utara, dievakuasi dengan menggunakan Kapal Negara (KN) Mayang
yang dikirimkan Pemda Maluku, menyusul pertikaian di wilayah itu 26
Januari lalu.
''Sebagian besar pengungsi masih tertinggal di Desa Babang dan
Tumorang, Pulau Bacan, sehingga dibutuhkan kapal tambahan untuk
mengangkut mereka ke luar dari lokasi pertikaian itu,'' katanya kepada
watawan di Ambon, Ahad.
Pangdam Tamaela yang juga menjabat Komandan Bantuan Militer (Banmil)
Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Umum (Kamtibum) di Maluku dan
Maluku Utara itu, mengatakan telah meminta Lanal Maluku Utara untuk
membantu menyediakan transportasi untuk mengevakuasi sisa pengungsi.
Menurut Adjuan Gafur, kerugian harta benda akibat kerusuhan
berkepanjangan di Maluku Utara masih sulit dihitung, karena kondisinya
belum memungkinkan untuk menghitung kerugian seiring dengan masih
bergolaknya beberapa tempat.
Menurut Adjuan Gafur, hal yang cukup memprihatinkan adalah masalah
ekonomi, yang keadaannya bertambah buruk di mana persediaan kebutuhan
bahan pokok semakin berkurang dan harganya cukup mahal.
Puluhan pengusaha swasta nasional yang menanamkan modalnya di sekitar
Pulau Halmahera dan Ternate, sejak pecahnya kerusuhan telah pergi
meninggalkan investasinya. Bahkan, beberapa pengusaha di antaranya kini
berancang-ancang untuk memindahkan investasinya ke daerah lain yang
dianggap relatif lebih aman.
Bantuan
Panglima TNI Laksamana Widodo AS memberikan bantuan Rp 100 juta
kepada pengungsi korban kerusuhan di Pulau Halmahera Utara, yang kini
dievakuasi ke Kota Madya Ternate (Maluku Utara) sejak Desember lalu itu.
''Bantuan tersebut diserahkan melalui Gubernur Maluku Utara,
Surasmin, pada saat Panglima TNI bersama sejumlah perwira tinggi TNI dan
Polri berkunjung ke Ternate dan Pulau Morotai beberapa waktu lalu,''
kata Kabiro Humas Maluku Utara Drs Adjuan Gafur, di Ternate, Ahad.
Selain dari Panglima TNI, Mendagri juga memberikan bantuan sebesar Rp
700 juta yang diserahkan dalam dua tahap yakni tahap pertama Rp 500
juta, kemudian menyusul Rp 200 juta.
Pemda Provinsi Sulawesi Selatan juga telah mengirimkan bantuannya
kepada masyarakat pengungsi dari Pulau Halmahera Utara di Kota Madya
Ternate, berupa 100 ton beras dan kebutuhan pokok sehari-hari. ''Pemda
Sulsel juga akan mengirim 12 tenaga dokter guna membantu dan menolong
para pasien korban kerusuhan yang kini dirawat di RSU Ternate,'' kata
Adjuan.