AMBON -- Ketua DPRD Maluku, Etty Sahuburua SH, meminta Pangdam
XVI/Pattimurra, Brigjen (TNI) Max Tamaela, selaku Dansat Banmil Maluku
dan Maluku Utara agar bertindak tegas dalam mengatasi kerusuhan
bernuansa SARA yang kembali merebak di Ambon akhir-akhir ini.
''Saya bersama dua Wakil Ketua DPRD telah menemui Pangdam Tamaela
untuk menyampaikan hal tersebut, karena bila tidak ditangani secara
tegas, maka kerusuhan terus berlanjut dengan akibat masyarakat mengalami
penderitaan berkepanjangan,'' kata Sahuburua di Ambon kemarin.
Oleh karena itu, menurut Sahuburua, Pangdam perlu meningkatkan
pengamanan secara ekstra ketat di kawasan-kawasan perbatasan karena
kenyataan selama ini merupakan daerah rawan dimulainya pertikaian.
''Sudah setahun lebih tragedi kemanusiaan di Maluku berlangsung
sehingga paling tidak Pangdam telah memahami kondisi di lapangan tentang
apa sebetulnya langkah yang harus dilaksanakan,'' kata Sahuburua.
Ketua DPRD juga mengharapkan Pangdam agar memperketat kegiatan
sweeping, baik senjata tajam maupun senjata api, termasuk kepada
masyarakat yang berada di Ambon maupun Maluku pada umumnya dengan
maksud-maksud memperkeruh situasi yang sebenarnya sebelum sepekan
terakhir ini semakin kondusif sejak Februari lalu.
Menurut catatan Antara, kerusuhan pada Ahad sore (30/4)
terjadi akibat konvoi becak yang memeriahkan usaha perdamaian masyarakat
bawah Kudamati (Kristen) serta Waihaong dan Batumerah, Rabu malam (26/4)
dengan korban empat tewas serta insiden speedboat di pantai Gudang
Arang, Jumat (28/4), di mana tercatat tiga orang meninggal.
Hingga Senin siang, situasi kota Ambon dan sekitarnya telah
terkendali, menyusul pertikaian di perbatasan kawasan Mardika-Batumerah,
Ahad sore (30/4) yang mengakibatkan enam tewas dan puluhan lainnya luka
berat- ringan. Di lokasi pertikaian terlihat aparat keamanan tetap siaga
berjaga-jaga, didukung empat unit panser.
Sementara itu, Kapendam XVI Letkol Iwa Budiman dalam surat yang
ditujukan kepada Republika kemarin memohon penjelasannya dalam
berita Ambon Kembali Membara, 13 Tewas pada halaman 1
Republika (1/5) diralat. Kejadian yang sebenarnya, menurut Iwa,
pada Ahad (30/4) kurang lebih pukul 16.30 telah terjadi konsentrasi
massa di kawasan Batumerah dan Mardika.
Penyebab terjadinya konsentrasi massa, lanjut Kapendam, diakibatkan
adanya ledakan bom rakitan satu kali di reruntuhan rumah kosong di dekat
bioskop Victoria. Diperkirakan bom meledak akibat dari perbuatan orang
yang tidak dikenal (pihak ketiga).
Aparat keamanan yang bertugas di kawasan tersebut, jelas Iwa,
berupaya melerai dan menahan kedua kelompok massa yang hendak bertikai
namun terdengar adanya tembakan dari senjata rakitan, maka terjadilah
tembakan dari kedua belah pihak. ''Selanjutnya aparat keamanan
mengeluarkan tembakan ke atas sebagai tembakan peringatan (sesuai
prosedur) untuk masing-masing kelompok mundur ke daerah netral daerah
yang telah ditentukan. Akibat dari insiden tersebut diketahui nada
beberapa orang korban kena luka tembak yang diduga terkena senjata
rakitan.''
Masih kata Kapendam, korban meninggal dunia dari masyarakat berjumlah
enam orang, luka berat/ringan 40 orang, dan TNI-AD terkena tembakan
senjata rakitan 3 orang luka ringan dan lukanya akibat pecahan bom
rakitan 1 orang, adapun rumah kosong yang terbakar sebanyak 4 bangunan.