Republika Online edisi:
02 May 2000

Ketua DPRD Maluku Minta Pangdam XVI Bertindak Tegas

AMBON -- Ketua DPRD Maluku, Etty Sahuburua SH, meminta Pangdam XVI/Pattimurra, Brigjen (TNI) Max Tamaela, selaku Dansat Banmil Maluku dan Maluku Utara agar bertindak tegas dalam mengatasi kerusuhan bernuansa SARA yang kembali merebak di Ambon akhir-akhir ini.

''Saya bersama dua Wakil Ketua DPRD telah menemui Pangdam Tamaela untuk menyampaikan hal tersebut, karena bila tidak ditangani secara tegas, maka kerusuhan terus berlanjut dengan akibat masyarakat mengalami penderitaan berkepanjangan,'' kata Sahuburua di Ambon kemarin.

Oleh karena itu, menurut Sahuburua, Pangdam perlu meningkatkan pengamanan secara ekstra ketat di kawasan-kawasan perbatasan karena kenyataan selama ini merupakan daerah rawan dimulainya pertikaian.

''Sudah setahun lebih tragedi kemanusiaan di Maluku berlangsung sehingga paling tidak Pangdam telah memahami kondisi di lapangan tentang apa sebetulnya langkah yang harus dilaksanakan,'' kata Sahuburua.

Ketua DPRD juga mengharapkan Pangdam agar memperketat kegiatan sweeping, baik senjata tajam maupun senjata api, termasuk kepada masyarakat yang berada di Ambon maupun Maluku pada umumnya dengan maksud-maksud memperkeruh situasi yang sebenarnya sebelum sepekan terakhir ini semakin kondusif sejak Februari lalu.

Menurut catatan Antara, kerusuhan pada Ahad sore (30/4) terjadi akibat konvoi becak yang memeriahkan usaha perdamaian masyarakat bawah Kudamati (Kristen) serta Waihaong dan Batumerah, Rabu malam (26/4) dengan korban empat tewas serta insiden speedboat di pantai Gudang Arang, Jumat (28/4), di mana tercatat tiga orang meninggal.

Hingga Senin siang, situasi kota Ambon dan sekitarnya telah terkendali, menyusul pertikaian di perbatasan kawasan Mardika-Batumerah, Ahad sore (30/4) yang mengakibatkan enam tewas dan puluhan lainnya luka berat- ringan. Di lokasi pertikaian terlihat aparat keamanan tetap siaga berjaga-jaga, didukung empat unit panser.

Sementara itu, Kapendam XVI Letkol Iwa Budiman dalam surat yang ditujukan kepada Republika kemarin memohon penjelasannya dalam berita Ambon Kembali Membara, 13 Tewas pada halaman 1 Republika (1/5) diralat. Kejadian yang sebenarnya, menurut Iwa, pada Ahad (30/4) kurang lebih pukul 16.30 telah terjadi konsentrasi massa di kawasan Batumerah dan Mardika.

Penyebab terjadinya konsentrasi massa, lanjut Kapendam, diakibatkan adanya ledakan bom rakitan satu kali di reruntuhan rumah kosong di dekat bioskop Victoria. Diperkirakan bom meledak akibat dari perbuatan orang yang tidak dikenal (pihak ketiga).

Aparat keamanan yang bertugas di kawasan tersebut, jelas Iwa, berupaya melerai dan menahan kedua kelompok massa yang hendak bertikai namun terdengar adanya tembakan dari senjata rakitan, maka terjadilah tembakan dari kedua belah pihak. ''Selanjutnya aparat keamanan mengeluarkan tembakan ke atas sebagai tembakan peringatan (sesuai prosedur) untuk masing-masing kelompok mundur ke daerah netral daerah yang telah ditentukan. Akibat dari insiden tersebut diketahui nada beberapa orang korban kena luka tembak yang diduga terkena senjata rakitan.''

Masih kata Kapendam, korban meninggal dunia dari masyarakat berjumlah enam orang, luka berat/ringan 40 orang, dan TNI-AD terkena tembakan senjata rakitan 3 orang luka ringan dan lukanya akibat pecahan bom rakitan 1 orang, adapun rumah kosong yang terbakar sebanyak 4 bangunan.

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000