Republika Online edisi:
07 May 2000

Menyingkap Peran Biro Khusus PKI

Judul: Mendung di Atas Istana Merdeka
Penulis: Atmadji Sumarkidjo
Penerbit: TImEs Communications dan Pustaka Sinar Harapan
Cetakan: Pertama, April 2000
Tebal: xx + 259 halaman

Dalam era keterbukaan itu, keberhasilan Orde Baru membangun sebuah citra juga terus digugat. HM Soeharto yang selama ini berhasil menempatkan diri sebagai salah seorang pahlawan yang paling berjasa dalam penumpasan PKI juga mulai disoal. Lebih fatal lagi, mantan penguasa Orde Baru itu malah dituduh ikut mendalangi, atau setidaknya pura-pura tidak tahu rencana pemberontakan karena berharap akan memetik keuntungan. Salah satu indikasinya adalah pertemuannya dengan Kol (inf) A Latief di RSPAD sehari menjelang pemberontakan.

Beberapa sempalan sejarah itulah yang mau kaji lebih detail oleh Atmadji Sumarkidjo, jurnalis harian sore Suara Pembaharuan dalam buku Mendung Di Atas Istana Merdeka. Dengan menggunakan pendekatan investigatif reporting, Redaktur Pelaksana Suara Pembaharuan itu melakukan pengumpulan data, mulai dari wawancara layaknya seorang jurnalis hingga risech data ke perpustakaan.

Setelah melakukan kajian mendalam, Atmadji menawarkan enam 'kunci' untuk mengungkap dalang dari peristiwa G-30-S/PKI. Pertama, pelaku dari pemberontakan tersebut adalah PKI. Versi kedua menyatakan peristiwa G-30-S/PKI merupakan cerminan dari konflik internal dalam tubuh TNI AD. Versi ketiga, muncul dari kecurigaan kalangan mahasiswa, menuduh bahwa Bung Karno merupakan dalang dari aksi pemberontakan PKI tersebut. Versi keempat menyatakan bahwa dalang dari aksi tersebut adalah Jendral HM Soeharto. Salah satu kecurigaannya adalah pertemuannya dengan A. Latief di RSPAD.

Selain itu, masih ada dua versi lagi: pemberontakan itu digerakkan oleh kekuatan Internasional melalui badan intelijen USA (CIA), Inggris, dan China; serta [versi terakhir] adalah sebuah akumulasi dari berbagai kepentingan, seperti TNI AD, kekuatan Internasional, dan PKI itu sendiri.

Sebelum memberontak, PKI telah melakukan berbagai persiapan. Biro khusus, yang berdiri November 1964 dikendalikan oleh DN Aidit yang pernah menjadi Wakil Ketua MPRS (1964-66) dan Syam Kamaruzzaman, itu merupakan think thank PKI. Konon, biro inilah yang melakukan kajian mendalam mengenai strategi yang harus dilakukan oleh PKI. Termasuk menetapkan dua target yakni menyingkirkan para jendral yang tak simpati terhadap PKI dan menciptakan negara sosialis melalui proses pembentukan pemerintahan koalisi Nasakom.

Sebagai sebuah karya, tentu saja buku yang dicetak dalam edisi cukup luks itu tidak terlepas dari berbagai kelemahan. Antara lain, terlalu dominannya sumber berita yang berasal dari aparat keamanan (Teperpu) serta hilangnya halaman 40 terasa sangat mengganggu alur cerita yang disusun penulis.n mms

Mengenal Diri Manusia

Judul: Mengenal Diri, Tuntutan Islam dalam Memahami Jiwa, Watak dan Kepribadian
Penulis: Mohammad Ali Shomali
Penerjemah: M Hashem
Penyunting: Ali Yahya
Penerbit: Lentera Jakarta
Tebal: 160 Halaman

Manusia itu unik. Berbagai hal di luar dirinya dia perhatikan, dipikirkan dan dipahami sungguh-sungguh. Tapi, bagaimana dengan hakikat dirinya sendiri? Terlalu sedikit di antara kita yang mau merenungkannya. Apalagi benar-benar berusaha untuk memahami dan mengenalinya. Padahal, pemahaman diri itu sangat penting dalam menapaki kehidupan.

Dalam buku ini, penulis memaparkan manfaat-manfaat pengenalan diri, nilai dan kemuliaan manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, tentang kehendak bebas manusia, kehidupan akhirat serta pembahasan lain yang terkait dengannya.

Menurut Islam, kata penulis, manusia mempunyai kemungkinan tertinggi untuk penyempurnaan dan pendekatan kepada Allah. Sejak roh ditiupkan dan ia menjadi khalifah Allah di muka bumi, manusia tak akan puas selain dengan kedekatan dan mencapai keridlaan-Nya.

Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa hamba yang bersih dapat menunjukkan segala kesempurnaan manusiawi. Untuk mencapainya, beliau menyeru: ''katakanlah bahwa tak ada Tuhan selain Allah, maka engkau akan mencapai kebahagiaan.'' Pada saat yang sama beliau juga bersabda: ''Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.'' Betapa indahnya tauhid yang terjalin dengan kebajikan, dan iman yang terjalin dengan amal.

Merupakan bagian dari bahan ajar di jamia'at az-Zahra dan Institut Imam Mahdi di Qum, Iran, buku ini diawali dengan bab tentang pentingnya makrifat [mengenal] iri. Makrifat diri sekurang-kurangnya punya manfaat: mengetahui kemampuan dan keterbatasan diri; menyadari kehampaan nilai hawa nafsu; memahami bahwa wujud terdiri dari jasad dan roh; memahami bahwa manusia bukanlah sekadar produk kebetulan, tetapi punya tujuan dan konsekuensi. Selain itu, makrifat diri mengantarkan kepada suatu penilaian yang lebih mendalam tentang kesadaran dalam perbaikan diri dan merupakan pintu gerbang ke wilayah malakut. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang punya kelebihan/kebaikan dan kekurangan/keburukan. kelebihan dan kebaikan manusia [cenderung kepada tauhid, berakal dan bernalar, punya hati dan kemuliaan serta punya kehendak dan angan-angan] membuat dia terpilih sebagai pemegang amanah menjadi khalifah di muka bumi: untuk memanfaatkan dan memakmurkan kehidupan di bumi. Sedang adanya kekurangan dan keburukan membuat dia butuh petunjuk dan panduan dari Ilahi agar dia tugas kekhalifahan dan tujuan penciptaan dicapai sebaik-baiknya.

Al-Quran dan hadits Nabi SAW menyebut sejumlah sifat-sifat buruk yang perlu diwaspadai. Antara lain kecenderungan lalim dan bodoh, tidak bersyukur, suka melanggar batas, tergesa-gesa dan tak sabaran, suka membantah, kikir, dan serakah.

Dengan potensi baik dan buruk, plus petunjuk serta kehendak bebasnya, manusia dimungkinkan naik ke martabat yang setara bahkan lebih dari malaikat. Atau malah jatuh merosot ke derajat yang lebih rendah dari hewan bila dia menolak petunjuk atau panduan yang sengaja diwahyukan Allah kepada utusannya. Arah mana yang dipilih, terserah manusia sendiri untuk memilih jalan hidupnya.

 

   

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 1999