Judul: Mendung di Atas Istana Merdeka
Penulis: Atmadji
Sumarkidjo
Penerbit: TImEs Communications dan Pustaka Sinar
Harapan
Cetakan: Pertama, April 2000
Tebal: xx + 259 halaman
Dalam era keterbukaan itu, keberhasilan Orde Baru membangun sebuah
citra juga terus digugat. HM Soeharto yang selama ini berhasil
menempatkan diri sebagai salah seorang pahlawan yang paling berjasa
dalam penumpasan PKI juga mulai disoal. Lebih fatal lagi, mantan
penguasa Orde Baru itu malah dituduh ikut mendalangi, atau setidaknya
pura-pura tidak tahu rencana pemberontakan karena berharap akan memetik
keuntungan. Salah satu indikasinya adalah pertemuannya dengan Kol (inf)
A Latief di RSPAD sehari menjelang pemberontakan.
Beberapa sempalan sejarah itulah yang mau kaji lebih detail oleh
Atmadji Sumarkidjo, jurnalis harian sore Suara Pembaharuan dalam
buku Mendung Di Atas Istana Merdeka. Dengan menggunakan
pendekatan investigatif reporting, Redaktur Pelaksana Suara
Pembaharuan itu melakukan pengumpulan data, mulai dari wawancara
layaknya seorang jurnalis hingga risech data ke perpustakaan.
Setelah melakukan kajian mendalam, Atmadji menawarkan enam 'kunci'
untuk mengungkap dalang dari peristiwa G-30-S/PKI. Pertama, pelaku dari
pemberontakan tersebut adalah PKI. Versi kedua menyatakan peristiwa
G-30-S/PKI merupakan cerminan dari konflik internal dalam tubuh TNI AD.
Versi ketiga, muncul dari kecurigaan kalangan mahasiswa, menuduh bahwa
Bung Karno merupakan dalang dari aksi pemberontakan PKI tersebut. Versi
keempat menyatakan bahwa dalang dari aksi tersebut adalah Jendral HM
Soeharto. Salah satu kecurigaannya adalah pertemuannya dengan A. Latief
di RSPAD.
Selain itu, masih ada dua versi lagi: pemberontakan itu digerakkan
oleh kekuatan Internasional melalui badan intelijen USA (CIA), Inggris,
dan China; serta [versi terakhir] adalah sebuah akumulasi dari berbagai
kepentingan, seperti TNI AD, kekuatan Internasional, dan PKI itu
sendiri.
Sebelum memberontak, PKI telah melakukan berbagai persiapan. Biro
khusus, yang berdiri November 1964 dikendalikan oleh DN Aidit yang
pernah menjadi Wakil Ketua MPRS (1964-66) dan Syam Kamaruzzaman, itu
merupakan think thank PKI. Konon, biro inilah yang melakukan
kajian mendalam mengenai strategi yang harus dilakukan oleh PKI.
Termasuk menetapkan dua target yakni menyingkirkan para jendral yang tak
simpati terhadap PKI dan menciptakan negara sosialis melalui proses
pembentukan pemerintahan koalisi Nasakom.
Sebagai sebuah karya, tentu saja buku yang dicetak dalam edisi cukup
luks itu tidak terlepas dari berbagai kelemahan. Antara lain, terlalu
dominannya sumber berita yang berasal dari aparat keamanan (Teperpu)
serta hilangnya halaman 40 terasa sangat mengganggu alur cerita yang
disusun penulis.n mms
Mengenal Diri Manusia
Judul: Mengenal Diri, Tuntutan Islam dalam Memahami Jiwa, Watak dan
Kepribadian
Penulis: Mohammad Ali Shomali
Penerjemah: M
Hashem
Penyunting: Ali Yahya
Penerbit: Lentera Jakarta
Tebal:
160 Halaman
Manusia itu unik. Berbagai hal di luar dirinya dia perhatikan,
dipikirkan dan dipahami sungguh-sungguh. Tapi, bagaimana dengan hakikat
dirinya sendiri? Terlalu sedikit di antara kita yang mau merenungkannya.
Apalagi benar-benar berusaha untuk memahami dan mengenalinya. Padahal,
pemahaman diri itu sangat penting dalam menapaki kehidupan.
Dalam buku ini, penulis memaparkan manfaat-manfaat pengenalan diri,
nilai dan kemuliaan manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, tentang
kehendak bebas manusia, kehidupan akhirat serta pembahasan lain yang
terkait dengannya.
Menurut Islam, kata penulis, manusia mempunyai kemungkinan tertinggi
untuk penyempurnaan dan pendekatan kepada Allah. Sejak roh ditiupkan dan
ia menjadi khalifah Allah di muka bumi, manusia tak akan puas selain
dengan kedekatan dan mencapai keridlaan-Nya.
Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa hamba yang bersih dapat
menunjukkan segala kesempurnaan manusiawi. Untuk mencapainya, beliau
menyeru: ''katakanlah bahwa tak ada Tuhan selain Allah, maka engkau akan
mencapai kebahagiaan.'' Pada saat yang sama beliau juga bersabda: ''Saya
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.'' Betapa indahnya tauhid
yang terjalin dengan kebajikan, dan iman yang terjalin dengan amal.
Merupakan bagian dari bahan ajar di jamia'at az-Zahra dan Institut
Imam Mahdi di Qum, Iran, buku ini diawali dengan bab tentang pentingnya
makrifat [mengenal] iri. Makrifat diri sekurang-kurangnya punya manfaat:
mengetahui kemampuan dan keterbatasan diri; menyadari kehampaan nilai
hawa nafsu; memahami bahwa wujud terdiri dari jasad dan roh; memahami
bahwa manusia bukanlah sekadar produk kebetulan, tetapi punya tujuan dan
konsekuensi. Selain itu, makrifat diri mengantarkan kepada suatu
penilaian yang lebih mendalam tentang kesadaran dalam perbaikan diri dan
merupakan pintu gerbang ke wilayah malakut. Al-Quran memandang manusia
sebagai makhluk yang punya kelebihan/kebaikan dan kekurangan/keburukan.
kelebihan dan kebaikan manusia [cenderung kepada tauhid, berakal dan
bernalar, punya hati dan kemuliaan serta punya kehendak dan angan-angan]
membuat dia terpilih sebagai pemegang amanah menjadi khalifah di muka
bumi: untuk memanfaatkan dan memakmurkan kehidupan di bumi. Sedang
adanya kekurangan dan keburukan membuat dia butuh petunjuk dan panduan
dari Ilahi agar dia tugas kekhalifahan dan tujuan penciptaan dicapai
sebaik-baiknya.
Al-Quran dan hadits Nabi SAW menyebut sejumlah sifat-sifat buruk yang
perlu diwaspadai. Antara lain kecenderungan lalim dan bodoh, tidak
bersyukur, suka melanggar batas, tergesa-gesa dan tak sabaran, suka
membantah, kikir, dan serakah.
Dengan potensi baik dan buruk, plus petunjuk serta kehendak bebasnya,
manusia dimungkinkan naik ke martabat yang setara bahkan lebih dari
malaikat. Atau malah jatuh merosot ke derajat yang lebih rendah dari
hewan bila dia menolak petunjuk atau panduan yang sengaja diwahyukan
Allah kepada utusannya. Arah mana yang dipilih, terserah manusia sendiri
untuk memilih jalan hidupnya.