WB01042_.GIF (955 bytes) GALERI KHUSUS

Hasan Kiat:
Dai PKPU
“Ini Pembantaian Bukan Peperangan”

Bagaimana kondisi di Halmahera saat ini?
Setiap hari terjadi pembantaian, di Tobelo dan Galela juga terjadi. Umat Islam di kedua daerah itu benar-benar tidak berdaya. Di Tugu Liwa, sebelum penyerangan, umat Islam berjumlah 1800 orang. Di antara mereka, 240 orang ditemukan syahid di dalam masjid dan 400 lagi di luar masjid yang berhasil mengungsi 400 orang dan 760 lagi hilang. Jumlah itu belum lagi yang berasal dari desa Popilo, mereka juga lari ke hutan-hutan. Ini benar-benar tragedi kemanusiaan.
         Orang-orang Kristen Tobela menggunakan anjing mengejar muslim, layaknya binatang buruan. Di hutan Tobela kini bermukim sekitar 1000 muslim dari Popilo dan Tugu Liwa, jika mereka tertangkap, kaum lelakinya langsung dibantai. Yang perempuan dibawa ke perkampungan Kristen untuk diintimidasi.
         Di Galela sendiri ada 5000 pengungsi yang setiap pekan pada hari Selasa dan Kamis diserang oleh orang Kristen dari lima penjuru. Pengungsi ini hanya mendapatkan pengamanan dari 300 tentara. Sedangkan di Tobelo lebih parah lagi, disana sudah tidak ada lagi tentara.
Kondisi para pengungsi dan pelarian muslim bagaimana?
        Salah satu di antaranya adalah Zaenab Syamsudin, istri sopirnya Ustadz Kasuba, dia bersama empat orang Ibu lainnya yang membawa anak kecil lari ke hutan selama 21 hari. Mereka diburu dan ditangkap pasukan kafir. Saat akan dibunuh ada seorang yang mengenali mereka sebagai keluarganya dan meminta agar Zaenab tidak dibunuh. Setelah dua hari ditawan, tentara datang dan membawa mereka ke Morotai selanjutnya menuju Ternate.
        Allah menyelamatkan mereka, kalau Pasukan Merah menangkap orang Islam di hutan sebagian mereka pasti dibunuh. Sebagian lagi mereka bawa untuk upacara pembantaian. Sedang yang tertawan dipaksa melihat saudaranya yang lain dibantai dengan keji. Mereka memancung kepala dan memotong tubuh umat Islam.
Ada aparat keamanan, bagaimana sikapnya?
       Aparat keamanan di sana hanya mondar-mandir antara Tobelo dan Galela membunyikan senjatanya sebagai tanda agar umat Islam keluar dari persembunyian untuk mendekati tentara. Tapi kebanyakan dari umat Islam tak bisa membedakan bunyi senjata rakitan atau organik, sehingga saat mendengar mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan. Di hutan, meraka mungkin sudah banyak yang kelaparan atau mati dibantai. Ada seorang Ibu yang melarikan diri dengan lima orang anak, selama 23 hari dalam pelarian satu persatu anaknya meninggal hanya tinggal dua orang. Tapi banyak juga Ibu-ibu yang tidak lari ke hutan tapi turun ke medan perang.
Di daerah mana saja umat Islam dibantai?
       Pada saat terjadi pembantaian Panglima Max Tamaela tidak bertindak sama sekali. Padahal, dia tahu persis yang terjadi di Tobelo dan Galela. Kini sebanyak 7 kecamatan sudah mereka kuasai, Tobelo, Galela, Kao, Malifut, Tibu, Pulau Loda, Sau. Di Halmahera Selatan mayoritas muslim, di Halmahera Tengah gereja-gereja sudah habis tinggal satu kampung, itupun dijaga ketat oleh aparat.
Bagaimana kondisi muslim di daerah tersebut?
        Semangat Jihad pasukan muslim sangat tinggi, tapi tidak ditunjang dengan kemampuan logistik. Tanggal 6 Pebruari pasukan muslim 2000 orang bertempur dnegan jumlah yang tak seimbang, kalah jauh. Mereka akhirnya lari karena selama dua hari dua malam tidak makan.
Kini situasi sudah relatif aman, bagaimana selanjutnya?
        Keberadaan aparat memang mengurangi peperangan, tapi bukan berarti peperangan sudah reda sama sekali. Saya berharap pers tidak berhenti memberitakan, di Maluku pembantaian muslim masih terus terjadi.


Misbah


HAK CIPTA © PT. BINA MEDIA SABILI 1999
JL. Cipinang Cempedak II/16 Polonia, Jakarta Timur 13340 INDONESIA