WB01042_.GIF (955 bytes) TELAAH KHUSUS


Ketika Allah Menyertai Mujahidin
Pertolongan Allah selalu datang dari arah yang tak terduga. Dalam sebuah haditsnya Rosulullah pernah bersabda, “Jika seorang muslim telah dalam keadaan terdesak, itu adalah sebuah tanda pertolongan Allah akan segera tiba.” Dan sejarah telah memberi bukti, banyak riwayat para sahabat yang mengisahkan keajaiban-keajaiban yang diturunkan Allah kala mereka dalam kondisi yang terjepit hampir tak berdaya.

Al Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits tentang keluh kesah pasukan kafir saat menghadapi tentara-tentara Islam. Mereka mengatakan, “Ketika kami bertempur dengan pasukan Muhammad, dan telah kami hunus pedang untuk menyerangnya, tiba-tiba muncul orang-orang berwajah tampan. Mereka kemudian berkata pada kami: “Kalian orang-orang buruk rupa, menyingkirlah.” Setelah itu kamipun mengalami kekalahan yang telak dari pasukan Muhammad.”
        Mungkinkah orang-orang tampan dalam riwayat Al Baihaqi itu malaikat yang turun dan diperintah Allah untuk membantu tegaknya Islam? Kenapa tidak. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Menepati Janji untuk menolong agama-Nya. Dan pertolongan Allah turun dengan banyak cara.
        Ath Thabrani juga mengeluarkan riwayat lain tentang karomah yang dialami para sahabat. Ia mendengar Ibnu Mas’ud berkata tentang jumlah musuh yang tampak sedikit di mata pasukan Islam dalam perang Badar. Karena kurang yakin, ia kemudian bertanya pada seorang sahabat yang ada disampingnya, “Apakah engkau juga melihat, jumlah mereka yang hanya tinggal tujuh puluh orang saja?” “Jumlah mereka kira-kira sekitar seratus orang,” jawab sahabat itu. Karena mereka saling berselisih tentang jumlah musuh yang dihadapinya, maka dicarilah seorang tawanan kafir dan ditanya perihal jumlah pasukan musuh yang dibawa. “Jumlah kami seribu orang,” jawab tawanan itu.
        Subhanallah, Allah menanamkan keberanian dalam dada pasukan Islam dengan cara yang ajaib, tak terduga. Coba bayangkan, dalam pandangan pasukan Islam Allah menjadikan pasukan musuh yang jumlahnya hampir ribuan menjadi hanya tujuh puluh orang saja. Pasukan mana yang tak berkobar semangatnya jika menghadapi musuh yang jumlahnya cuma dalam hitungan puluhan.
       Tak cuma cara seperti itu. Riwayat berikut ini juga membuktikan bahwa Allah senantiasa bersama hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Ketika perang Khandaq, penduduk Madinah hampir-hampir saja gugur karena kelaparan. Pasukan kafir Quraisy yang mengepung Madinah membloklir jalur distribusi makanan untuk penduduk Madinah. Bahkan ada di antara penduduk Madinah yang telah memasak terompahnya sendiri untuk dimakan, hal yang sama juga terjadi pada pasukan muslim dan Rosulullah.
        Suatu ketika salah seorang sahabat merasa iba pada keadaan Rosulullah yang kelaparan dan berinisiatif menyembelih seekor kambing muda. Dengan sembunyi-sembunyi kambing muda itu dimasaknya dan dengan sembunyi-sembunyi pula ia mengundang Rosulullah untuk menyantap gulai kambing muda itu. Tapi apa yang terjadi, Rosulullah justru memanggil seluruh pasukan muslim dan orang yang ada untuk ikut menikmati bersama-sama. Kontan saja tuan rumah diserang kekhawatiran yang luar biasa. “Mana cukup makanan ini untuk orang seluruh Madinah,” demikian gelisahnya dalam hati.
       Kemudian setelah semua orang berbaris dan berkumpul, Rosulullah di depan bejana masakan mengangkat tangan dan berdoa. Maka satu lagi mukjizat diperlihatkan Allah pada hamba-Nya. Makanan itu cukup untuk seluruh orang di Madinah dan masih meninggalkan sisa.
       Cerita sejenis juga pernah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdulllah ra. Kala itu orang-orang muslim mengadukan pada Rosulullah bahwa mereka dalam keadaan kekurangan dan kelaparan. Kemudian Rosulullah bersabda, “Semoga Allah menganugerahkan makanan pada kalian.” Tiba-tiba setelah kami tiba di pinggir pantai air laut pasang dan ikan-ikan besar keluar seakan dilemparkan ke daratan. “Kami mengambil separuh dari badan ikan itu membakarnya sampai kami kenyang,” tutur Jabir ra.
        Cerita yang tak kurang dahsyat juga pernah terjadi ketika Rosulullah dalam medan peperangan Hunain. Ath Thabrani meriwayatkan, Al Harits pernah berkata, “Pada waktu perang Hunain aku melihat Rosulullah ditinggalkan para sahabat kecuali al Abbas bin Abdul Muthalib dan Abu Sufyan bin Al Harits. Kemudian Rosulullah menaburkan debu ke muka orang-orang musyrik dan karena itu mereka kalah. Yang terlihat oleh orang-orang musyrik saat itu bukan segenggam tanah atau debu, melainkan batu-batu dan pepohonan yang berlari memburu.”
        Kisah yang agak unik terjadi pada Hanzalah, salah seorang sahabat Rosulullah. Dalam perang Uhud Hanzalah berhadapan dengan Abu Sufyan, ketika Hanzalah hampir memenangkan pertempurannya dengan Abu Sufyan, tiba-tiba datang Syaddad bin Al Aswad yang datang membantu Abu Sufyan. Akhirnya Hanzalah pun gugur sebagai seorang syahid.
        Ketika pertempuran usai Rosulullah memeriksa barisan pasukannya. Mengecek siapa yang gugur dan siapa pula yang terluka, sampai beliau tiba pada tempat tergeletaknya jenazah Hanzalah. Ada yang aneh pada jenazah Hanzalah, sekujur tubuh jenazah itu basah kuyup seperti habis dimandikan. “Rekan kalian ini dimandikan oleh para malaikat,” sabda Rosulullah ketika menemui hal itu. Kemudian Rosulullah memerintahkan salah seorang sahabatnya datang ke rumah Hanzalah untuk mencari tahu apa yang terjadi sebelum Hanzalah berangkat ke medan jihad.
        Ketika istri Hanzalah diberitahu perihal suami dan menanyakan apa yang sebelumnya terjadi, istri Hanzalah menjawab, “Ia langsung pergi ketika ketika mendegar seruan jihad dikumandangkan, padahal ia dalam keadaan junub.” Mendengar hal itu Rosulullah pun bersabda, “Karena itulah ia dimandikan oleh para malaikat.”
        Berbagai karomah yang terjadi pada zaman sahabat dan tabi’in juga dialami para mujahidin setelah mereka. Jihad Afghanistan mengusir beruang merah komunis Uni Soviet mencatat banyak peristiwa karomah yang dialami para mujahidin. Satu contoh kecil, Dr. Abdullah Azzam, salah seorang panglima mujahidin Afghan yang terkenal, menulis sebuah buku khusus berjudul “Ayatur Rahman fi Jihadil Afghan” (Tanda-tanda Kekuasaan Allah dalam Jihad Afghanistan).
        Ragam keajaiban banyak terjadi dan dialami mujahidin Afghan. Seorang mujahidin bernama Abdulmannan menceritakan pengalaman yang dialami salah seorang rekannya. “Dalam sebuah pertempuran di batas desa, seorang mujahid bernama Amirjan dan musuh berhasil menghalau pasukan mujahid dan memasuki desa. Kemudian putra Amirjan yang masih berumur tiga tahun keluar rumahnya dengan membawa korek api lalu menghadap tank musuh yang sedang berjalan. Komandan pasukan musuh bertanya apa maksud anak kecil itu menghadap tanknya. “Si kecil ini hendak membakar tank kita dengan korek apinya,” kata sang bawahan. Subhanllah, anak sekecil itu diberikan keberanian yang luar biasa menghadapi musuh.
        Bentuk keberanian lain yang dikaruniakan Allah pada para mujahidin Afghan juga tercermin pada kisah di bawah ini. Ketika pasukan musuh dengan persenjataan lengkap dan tank-tanknya mengepung sebuah masjid yang dijadikan tempat berlindung para mujahidin. Kemudian datanglah seorang wanita ke depan masjid dan berdoa, “Ya Allah, apabila Engkau akan memberikan kekalahan pada para mujahidin yang ada di dalam sana. Maka jadikanlah aku sebagai tumbal untuk menyelamatkan mereka,” tutur wanita dengan berani, padahal dua hari lagi ia akan melangsungkan pernikahannya. Benar saja, wanita itu tewas diberondong peluru tentara musuh dan para mujahidin bisa menyelamatkan diri.
        Zaman berkembang begitu pula dengan keajaiban yang Allah turunkan. Kalau di zaman sahabat pasukan musuh bisa dikalahkan dengan lemparan tanah dan debu, bentuk keajaiban yang dialami mujahidin Afghan berbeda lagi.
        Maulawi salah seorang komandan mujahidin Afghan menuturkan keajaiban yang dialaminya. Suatu ketika di daerah Syathura, mujahidin yang hanya berkekuatan 25 orang digempur oleh musuh yang berjumlah 2000 orang. Pertempuran sengit terjadi selama empat jam, dengan kemenangan di pihak mujahidin. Musuh yang tewas sebanyak 80 orang dan 26 tertawan. Pada salah seorang tawanan Maulawi bertanya, “Kenapa kalian cepat sekali menyerah?” Kemudian sang tawanan itu berkata, “Pasukan tuan dengan senapan mesin buatan Amerika menghujani kami dari empat penjuru mata angin, bagaimana kami bisa menang dalam pertempuran.”
        Padahal yang terjadi adalah, Maulawi dan pasukannya hanya memakai senapan sederhana, bukan meriam apalagi senapan mesin buatan Amerika. Dan ia hanya menyerang dari satu arah, bukan empat arah.
        Jauh-jauh hari sebelum tragedi Afghan terjadi, Allah telah berjanji dalam Al Qur’an, bahwa malaikat akan datang membantu kaum muslimin, seperti yang telah diturunkan Allah dalam perang Badar dan diabadikan dalam Al Qur’an. “Ingatlah (Muhammad) tatkala Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama dengan kalian, karenanya, tabahkanlah (hati/semangat) orang-orang yang beriman. Aku akan letakkan di hati orng-orang yang kafir itu rasa takut (ngeri), pancunglah leher-leher mereka dan pukul persendiannya (tangan dan kaki) mereka.” (QS. Al-Anfal: 12)
        Kisah lain dituturkan langsung oleh mujahid muslim asal Waihahu, Muhammad Banda. Mujahid yang kini tergolek di RS Cipto Mangunkusumo itu mengaku pernah menghadapi pasukan merah yang memberondong tubuhnya. “Saya ditembak pakai senjata rentetan. Udah tujuh tembakan tapi saya tidak apa-apa.” Menurut Banda, para mujahidin umumnya memang tidak mudah ditembak dan dilukai oleh musuh. Tapi bila mereka sudah emosi, lalu memaki mengeluarkan kata-kata kotor, ia menjadi lemah. Hal ini juga diketahui oleh pasukan merah. Sehingga menurut Banda, “Mereka memancing kita dengan kata-kata kotor, menghina agama, nabi kita dihina, supaya kita emosi, lalu kita marah dan kita balas memaki.”
        Banda punya pengalaman menarik, ketika ia dikepung di sebuah masjid. Pasukan merah melemparkan bom rakitan dalam jarak dekat. Waktu itu, Banda hanya berlindung di balik drum. Ketika bom meledak, drum itu terlempar tinggi dan hancur berkeping. Tapi anehnya, tak secuilpun tubuhnya terluka. “Alhamdulillah tak apa-apa, cuma tanda titik-titik merah pada badan,” kenang Banda.
        Yang diceritakan Banda juga disaksikan oleh dr. Andhika Rachman, salah seorang relawan tim medis MER-C yang bertugas di Maluku Utara. Selama bertugas, dr. Andhika banyak menyaksikan kejadian luar biasa yang tak bisa dinalar dengan akal manusia. Salah satunya, ketika ia mengobati seorang pasien yang terluka akibat panah di tubuhnya. Belum selesai diobati, sang pasien sudah memaksa untuk turun lagi ke medan jihad. “Ayo dok, tolong sembuhkan saya segera. Biar saya balik lagi ke sana...” ujar sang pasien.
         Yang lebih hebat lagi, kisah Andhika, ada seorang anak perempuan berusia 11 tahun. Dia sampai mengancam orang tuanya, ketika tidak mengizinkan dia untuk berjihad. “Dia ngomong, kalau Bapak Ibu tidak mengizinkan saya berjihad saya akan bunuh diri. Sekarang dia menjadi salah satu pemimpin pasukan jihad, kalau tidak salah, pasukan Jailolo,” ujar Andhika.
        Kisah lain juga dituturkan oleh seorang mujahidin Maluku bernama Bakrie Ohorella (27) yang kini dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta. Bagian dada dan lambungnya tertembus peluru pasukan merah. Tapi dengan ringan ia berkomentar, “Hasil operasi ini saya serahkan pada Allah. Kalau memang ajal saya tiba, saya ikhlas.” Ia seperti tak terluka parah. Hanya terkadang mengeluh napasnya menjadi sesak akibat luka di dadanya.
        Bakrie juga bercerita bagaimana Allah sering kali menurunkan pertolongan berupa kekuatan dan keberanian pada dirinya. Tak jarang ia turun ke medan tanpa membawa sepucuk senjatapun. “Saya sedang duduk-duduk di rumah lalu mendengar Ahuru diserang, tanpa pikir panjang saya langsung berangkat. Allah panggil saya untuk jihad,” tandasnya.
        Masih menurut Bakri, pasukan merah sering kali merasa gentar jika telah mendengar kaum muslim sudah mengumandangkan takbir dengan lantang. “Rata-rata mereka takut kalau mendengar kita takbir. Mereka gemetar, tapi kalau lihat TNI mereka berani.”
        Kini Bakrie terbaring di ranjang rumah sakit yang bersih, di saat-saat ia sendiri dadanya sering dihunjam rasa kerinduan untuk terjun lagi berjihad bersama saudara-saudaranya di Ambon. “Kita mau pergi perang lagi, tapi orang banyak bilang jangan. Saya nggak tahan, sepertinya mau aja ke medan pertempuran. Saya rindu, seakan-akan jihad itu istri saya,” tutur Bakrie berkaca-kaca.
Benarlah apa yang dijanjikan Allah SWT, bahwa tak ada yang bisa menundukkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh berjihad. “Jika kalian sabar dan taqwa, walaupun mereka (pasukan musuh) datang pada kalian secara tiba-tiba sekarang juga, Tuhan kalian akan mengirim bala bantuan kepada kalian dengan lima ribu (pasukan) malaikat penyerbu.” (QS. Ali Imran: 125)
        Al-Qurthubi menafsirkan Ali Imran ayat 125 tersebut, “Bahwa tiap pasukan muslimin yang sabar dan pasrah pada Allah SWT akan mendapat bantuan pasukan malaikat, yang akan berjihad bersama mereka. Karena Allah SWT telah menetapkan malaikat sebagai pasukan mujahidin sampai hari kiamat.” Al-Hasan berkata, “Lima ribu pasukan malaikat itu bagian tak terpisahkan dari pasukan mujahidin sampai hari kiamat.” (Al-Qurthubi, IV/194)
Berbelas abad kemudian keajaiban berulang di Maluku Utara, di Ternate tepatnya. Setelah dengan biadab pasukan merah membantai dan membumihangus kaum muslimin dan perkampungannya, banyak saksi mata bercerita tentang sebuah keajaiban. Terlihat dua orang wanita berwajah bersih berjilbab rapi memimpin sepasukan untuk balas menyerang. Mereka mengobarkan semangat kaum muslimin untuk berjuang.

        Alhasil, perkampungan pasukan merah dan rumah salah seorang pemimpinnya dapat direbut oleh kaum muslim.
Pertempuran pun usai, anehnya saat semua telah reda dua orang wanita dan pasukannya yang terlihat memimpin tadi tak ditemukan. Inikah pasukan malaikat yang Allah janjikan?
n

M. Lili NA/Herry N

   


HAK CIPTA © PT. BINA MEDIA SABILI 1999
JL. Cipinang Cempedak II/16 Polonia, Jakarta Timur 13340 INDONESIA
Design by : CYBERNEWS SABILI