Update: 00.30 Wib Kamis,  09  Desember 1999


3 Polisi, 1 Sipil Tewas


* Pos Lantas Cunda Dibom

Serambi-Lhokseumawe
Hanya sehari menjelang Ramadhan, situasi Kamtibmas di Aceh Utara kembali memanas. Serangkaian tindak kekerasan bersenjata api terjadi sepanjang Rabu kemarin yang mengakibatkan tiga anggota Polri dan seorang sipil tewas. Di antara suasana itu, malam tadi Pos Polisi Lalulintas Cunda, Lhokseumawe, dibom. Dan suasana wilayah Kecamatan Gandapura, dilaporkan, mencekam.
Suasana panas di bumi Malikussaleh itu, kemarin mulai menjelma sekitar pukul 07.00 WIB ketika seorang anggota Satlantas Polres Aceh Utara, Kopka Jailani (36), tewas ditembak empat pria tak dikenal di depan rumahnya kawasan Panggoi, Kecamatan Muara Dua, 5 Km barat Kota Lhokseumawe.
Keadaan semakin tak menentu ketika menjelang Maghrib, di Geureugok, Kecamatan Gandapura, terdengar suara tembakan selama hampir satu jam nyaris tanpa henti. Wartawan Serambi yang hendak pulang ke rumah orang tuanya saat itu melaporkan terpaksa menempuh jalur jalan desa karena jalan raya Medan-Banda Aceh diblokir aparat sehingga antrean kendaraan umum tak terelakkan selama beberapa jam. Baik dari arah Medan maupun Banda Aceh.
Menurut Kapolres Aceh Utara, Letkol Pol Drs Syafei Aksal, yang dikonfirmasi tadi malam, peristiwa Geureugok berawal dari perampasan senjata api jenis rager mini dari dua anggota Brimob yang di-BKO-kan di Polsek tersebut oleh dua sipil bersenjata api.
Satu dari dua pucuk senjata api tersebut, kata kapolres, berhasil dirampas dari anggota Brimob yang sedang minum kopi di satu warung di Geureugok. Satu lainnya berhasil dipertahankan yang kemudian dipergunakan anggota Polri itu untuk melumpuhkan pelaku perampasan. "Karena mereka juga bersenjata, daripada ditembak anggota mengambil inisiatif menembak duluan. Dan senjata yang sempat dirampas berhasil dikuasai kembali," ungkap Kapolres.
Dari dua pelaku perampasan senjata anggota Brimob tersebut, jelas Kapolres, satu orang berhasil kabur. Sementara yang berhasil dilumpuhkan anggota diidentifikasi bernama Sulaiman, penduduk Sawang, Aceh Utara. "Kita masih terus melakukan penyisiran untuk menangkap tersangka pelaku perampasan senjata yang kabur."
Pasca kejadian itu, dilaporkan, situasi di wilayah Gandapura tampak mencekam. Masyarakat yang sedianya akan ke masjid untuk shalat tarawih perdana tadi malam banyak yang memilih shalat di rumah masing-masing.
Belum reda situasi mencekam di Gandapura, menjelang Isya tadi malam, Lhokseumawe kembali diguncang gelegar suara bom yang dilemparkan dua pengendara sepeda motor yang meluncur dari arah Lhokseumawe ke Medan, ke arah Pos Lantas Cunda.
Kendati tidak ada korban jiwa, dentuman suara bom itu sempat membuat Lhokseumawe dan Cunda serta sekitarnya panik. Apalagi, suaranya terdengar hingga ke Ujong Blang. "Bom itu jenis rakitan. Tidak ada korban jiwa kecuali kaca Pos Lantas hancur," ungkap Kapolres.
Sementara itu, setelah melalui penyisiran selama dua hari, Kapolres Syafei menduga kuat, dua anggota Shabara Polres Aceh Utara, Serda Jimmi Serda Saiful Baruna, yang diculik Senin petang di Matanggeulumpang Dua telah tewas dibunuh penculiknya. Kedua anggota Polri itu diculik di sebuah tempat tambal ban di ibukota Kecamatan, Peusangan, itu menjelang malam dua hari lalu.
Secara rinci, Kapolres menguraikan, peristiwa penembakan anggota Satlantas, terjadi sekitar pukul 07.00 WIB. Kala itu, Kopka Jailani yang mengenakan seragam dinas hendak berangkat ke kantor dengan mengendarai sepeda motor.
Namun, ketika korban sedang melambai anak-anaknya untuk berangkat tiba-tiba empat pria bersenjata api keluar dari semak-semak dekat rumah korban sekaligus memberondong korban yang sedang berada di atas sepeda motor hingga tersungkur bersimbah darah.
Kapolres menyebutkan, korban yang putra Aceh itu ditembak dari jarak dekat. Namun, sementara ini ia menolak menyebutkan jenis empat peluru yang bersarang di tubuh anggotanya itu. "Yang pasti pelakunya berasal dari sekitar rumah korban. Namun, untuk kepastian kita masih terus melakukan penyelidikan," jelasnya.
Setelah beberapa jam disemayamkan di Mapolres, jenazah korban dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Lhokseumawe, siang kemarin.
Sementara itu, ia membenarkan berdasarkan informasi yang dikumpulkan anggotanya dua personil Polres Aceh Utara yang diculik di Matang Geulumpang Dua, Senin petang, diduga telah tewas dibunuh.
Menurutnya, dua anggotanya yang putra Aceh itu, Serda Jimmi dan Serda Saiful Baruna, Senin sore minta izin untuk berangkat ke Bireuen, 75 km barat Kota Lhokseumawe, guna mengantar uang meugang bagi orang tuanya yang menetap di Kota Juang itu.
Namun nahas, setiba di Matang Geulumpang Dua, 50 km barat Kota Lhokseumawe, sepeda motor yang dikendarai mereka kempes bannya. Dan ditambal di sebuah tempat penambalan ban. Tetapi, belum berapa lama kedua anggota Polri itu berada di tempat tersebut tiba-tiba kedua anggota Polri tersebut diserang beberapa orang tak dikenal. "Satu di antara anggota saya sempat melepaskan tembakan. Namun, ia kalah tangkas dengan orang banyak yang menyerangnya. Senjata genggamnya dirampas dan kedua mereka dibawa kabur," jelas Kapolres.
Menyusul dua peristiwa pembunuhan dan penculikan anggota polisi itu, aparat kepolisian sepanjang Rabu kemarin melakukan penyisiran untuk mengejar tersangka pelaku penembakan dan penculikan sekaligus mencari mayat dua anggotanya yang diduga telah tewas dibunuh penculiknya.
Namun, hingga tadi malam, baru senjata yang dirampas yang berhasil ditemukan. Sedangkan pemegang senjata rampasan itu berhasil kabur.
Kapolres mengatakan, aksi pembunuhan dan penculikan tiga anggota Polres Aceh Utara dilakukan kelompok GAM. "Ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Setiap menjelang Ramadhan, bahkan pada bulan puasa, intensitas aksi mereka meningkat. Kita masih punya catatan, mereka juga membunuh Mayor Marinir Ediyanto pada bulan puasa lalu," ungkap kapolres.
Pengganggu keamanan ini, menurut Kapolres, sengaja hendak memanfaatkan kelengahan dan kekosongan aparat yang beribadah di bulan puasa untuk menjalankan aksinya. "Kita sangat prihatin dan menyesalkan aksi demi aksi itu. Sebab, selain menodai kesucian bulan Ramadhan, aksi tersebut juga dapat berbias pada tidak tenteramnya masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah puasa dan shalat malam. Ini benar-benar tidak dapat ditolerir. Kita akan bekerja maksimal untuk memburu para pelaku yang ingin membuat kekacauan.
9 Ditangkap
Dari lokasi penyisiran pencarian dua anggota Polri dilaporkan, aparat keamanan dari kesatuan Brimob menangkap sembilan warga desa, serta melakukan penganiayaan dan diduga menjarah milik masyarakat setempat, Rabu (8/12).
Keterangan langsung yang didata Serambi di lapangan bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) PT Almuslim Peusangan, Rabu (8/12) menyebutkan, kesembilan warga desa itu, ditangkap selama operasi penyisiran yang berlangsung dua hari. Satu di antaranya, M Yazir (28) warga Desa Pante Pisang, ditangkap di desanya, Selasa (7/12). "Ia sekarang ada di Polres Aceh Utara," sebut seorang keluarganya.
Sedangkan delapan warga lainnya masing-masing, Kamaruddin Muhammad (37), Husaini Husen (35), Muntasir Muhammad (22) alias Nasir, ketiganya warga Desa Ruseb Dayah. Seterusnya, Ismail Daud (35) warga Desa Bayu, Jalaluddin Ismail (19) warga Desa Pante Cut, Zulkarnen Sudirman (22) warga Desa Jangka Alue Bie, Faisal Usman (18) warga Desa Jangka Alue, serta Jailani Usman (42) warga Desa Kuala Ceurape yang KTP-nya dirobek aparat, karena masa lakunya sudah berakhir.
Kedelapan warga desa tersebut ditangkap aparat, Rabu (8/12) petang, dan belum diketahui kemana mereka dibawa, yang tentu saja membuat keluarganya sangat resah.
Keterangan yang dihimpun Serambi, selain menangkap sembilan warga Peusangan itu, aparat keamanan dalam penyisiran di Desa Jangka Alue Bie, telah menjarah pula 2 Kg udang windu di depot Ismudi (21), serta merusak lampu sepeda motor RX King milik Amri. Di Desa Jangka Keutapang, aparat merusak pintu kios milik Arafik dan menjarah minuman kaleng serta uang kontan Rp 20 ribu.
Begitu juga yang dialami Mursyid yang harus kehilangan sepatu, senter serta topi yang diambil aparat di Desa Jangka Keutapang. Sementara sepeda motor milik Taleb Hasan, warga Desa Bayu dengan Nopol BL 6380 KI, juga dibawa aparat. "Kebetulan STNK tidak saya bawa. Karena mau cari rumput untuk lembu," ujar Taleb seraya menyebutkan, saat itu ia membawa serta arit (sadeup).
Bukan hanya itu, setidaknya tujuh warga desa dipukuli aparat keamanan yang melakukan penyisiran di desa mereka. Ke tujuh warga yang mengadukan kepada BEM PT Almuslim dan wartawan Serambi masing-masing Mawardi (25), Marzuki AR (33), Ramlan (23), ke tiganya warga Desa Jangka Mesjid, dan Mursyad HA (39) warga Desa Jangka Alue yang seluruhnya dipukuli ketika sedang minum kopi di Keude Jangka.
Sementara Maimun, Rasyidin, dan Muhammad Gustur Hamdani dipukuli aparat di Desa Jangka Alue Bie. Seluruh korban mendapat perlakukan kasar, karena aparat tidak mendapatkan informasi menyangkut dua anggota Polres yang diculik, Senin (5/12) siang. "Sekujur tubuh saya dipukuli, hanya karena menanyakan kuburan dua anggota polisi. Saya sendiri tidak tahu apa-apa, namun mereka tidak peduli," papar Rasyidin yang berlepotan lumpur.
Saat dikunjungi Serambi di Desa Jangka Alue Bie, ibunda Zulkarnen menangis histeris seraya menyatakan anaknya tidak bersalah. "Kenapa anak saya ditangkap. Ia tidak tahu apa-apa. Tolong kembalikan anak saya," katanya dengan histeris sehingga harus ditenangkan aktifis mahasiswa dari Gabungan Aksi Mahasiswa Almuslim untuk Rakyat (Gamaur) Peusangan.
Suasana haru juga tampak di Desa Pante Pisang, yang keluarga M Yazir tidak mampu menahan tangisnya ketika didatangi Serambi, kemarin. Malah di desa tersebut, maupun Desa Ruseb Dayah, dan Bayu tampak sangat mencekam, karena seluruh rumah tertutup rapat, dan nyaris tidak ada orang di luar. "Mareka menanyakan tentang mayat ke dua temannya, dan dimana dikuburkan. Tentu, saja kami tidak tahu, mengingat tidak melihat orang yang membawa mayat," ujar salah seorang warga desa Ruseb Dayah.
Ketua BEM PT Almuslim Muhibuddin Almans yang didampingi Rizannur menjawab Serambi, sangat menyesalkan tindakan aparat yang bertindak semena-mena terhadap rakyat yang tidak bersalah. Berdasarkan hasil investigasi dan laporan keluarga korban, aparat keamanan telah melakukan penganiayaan, penjarahan dan tindakan tidak terpuji lainnya. "Rakyat sudah cukup trauma. Jadi, jangan buat masyarakat semakin ketakutan. Cari mereka yang melakukan kesalahan, bukannya mengorbankan rakyat yang tidak tahu apa-apa," kecam Muhibuddin seraya minta Kapolres Aceh Utara untuk melepaskan mereka yang ditangkap aparat yang dinilai sangat arogan.(tim)



Gegana Tembak Seorang Pemuda


*AGAM: Kami akan Balas

Serambi-Sigli
Seorang pemuda tewas diterjang peluru panas ditembak pasukan Gegana yang sedang melakukan patroli di kawasan Desa Sagoe Kecamatan Glumpangtiga Kabupaten Pidie, Rabu (8/12) sekitar pukul 12.30 WIB. Pada hari sama, sesosok mayat ditemukan warga Sigli, di kawasan jembatan Kelurahan Benteng.
Korban tewas adalah Zulfan Budiman (23) warga Desa Kayee Jatoe Kecamatan Glumpangtiga, sedang temannya Haibar (25) warga Mamplam kecamatan sama berhasil ditangkap aparat. Korban diperkirakan meninggal di tempat, setelah sekujur tubuhnya disirami peluru.
Kapolres Pidie, Letkol Pol Endang Emiqail Bagus kepada Serambi, malam tadi mengatakan peristiwa itu terjadi ketika pasukan Gegana sedang melewati wilayah itu. Tiba-tiba mobil Kijang yang ditumpangi aparat dihadang kedua pemuda tersebut, dengan mengendarai sepeda motor.
Ketika melihat pasukan Gegana di dalam mobil itu, menurut Kapolres Bagus, korban lari ke arah sawah. Kendati aparat sudah melakukan tembakan peringatan ke udara, namun korban tak berhenti. "Gegana terpaksa menembak korban karena melarikan diri," kata Bagus.
Peluru bersarang di tubuh korban, sehingga ia terjatuh di areal sawah. Sedangkan temannya yang berhasil ditangkap aparat kini sudah diamankan di Mapolres. Polisi juga mengamankan dua unit sepeda motor dan satu pucuk senjata api (senti) jenis Pen Gun dengan satu butir amunisi kaliber 22 sebagai barang bukti.
Sejumlah warga lokasi tempat penembakan korban kepada Serambi melalui telepon, malam tadi mengatakan hari itu warga setempat bersama korban sedang melacak maling ternak. Sehari sebelumnya di wilayah tersebut ada warga yang kehilangan ternak piaraannya. Karena itu, setiap mobil yang dicurigai tetap distop dan ditanyakan tujuan yang jelas.
Sebelumnya, mayat seorang laki-laki dengan tangan terikat dan leher tergorok, sekitar pukul 8.30 WIB pagi kemarin ditemukan di bawah jembatan Kelurahan Benteng, Sigli. Penemuan mayat itu menghebohkan warga ibukota Kabupaten Pidie.
Pihak keamanan dibantu sejumlah masyarakat Sigli, mengangkat mayat Muhammad Pakeh (45) Warga Kunyet Kecamatan Pangdangtiji dari pinggiran sungai di bawah jembatan. Kemudian mayat tersebut dilarikan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Sigli, untuk divisum. Sekitar pukul 16.00 WIB, mayat itu dijemput keluarganya.
Panglima Perang Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM), Tgk Abdullah Syafiie melalui juru bicara Komando Pusat Tiro, Tgk Maad Muda lewat saluran telepon ke redaksi Serambi, malam tadi mengatakan pihaknya mengutuk keras penembakan rakyat sipil oleh aparat.
Hampir setiap hari, menurut Maad Muda, adanya pembantaian rakyat sipil yang dilakukan aparat. "Kalau begini terus, kami tak sanggup lagi bersabar. Jika aparat terus membantai rakyat, kami akan membalasnya," kata Maad Muda.(tim)



Lagi, Korban Pawai HUT GAM Meninggal

Serambi-Meulaboh
Zainal Abidin (45) warga Desa Rambong Payong, Kecamatan Teunom, Aceh Barat, yang kena tembak ketika berlangsungnya pawai HUT ke-23 GAM, 4 Desember 1999, Rabu (8/12) kemarin sekitar pukul 08.30 WIB meninggal dunia di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh. Sebelumnya, dua dari ribuan massa dari Kabupaten Bireuen yang berpawai HUT GAM juga meninggal akibat kecelakaan dan kena tembakan aparat.
Menurut keterangan Direktur RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh dr T Amir Hamzah SpPD kepada kemarin, Zainal Abidin meninggal akibat pendarahan berat di bagian perut dan usus. Meskipun sehari sebelumnya korban sempat dioperasi di rumah sakit tersebut.
Menurut T Amir Hamzah, beberapa tempat yang sempat dioperasi di tubuh korban adalah bagian perut, usus besar, dan rusuk sebelah kanan serta sejumlah serpihan peluru yang bersarang di tubuh korban telah diangkat. Dan kemarin juga korban langsung diantar kepada keluarganya di Teunom dengan mobil Ambulance rumah sakit tersebut.
Sementara itu, M Isa korban penembakan di kawasan Arongan Kecamatan Samatiga beberapa hari lalu, yang hingga saat ini masih di rawat di RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh. Pedagang buah langsat itu terpaksa dioperasi/diamputasi (potong tangan) sebelah kanan, akibat kena tembakan.
Amputasi terhadap penduduk Desa Napai Kecamatan Woyla itu, kata T Amir Hamzah, adalah tindakan terbaik dilakukan, karena tangan kanan korban yang tertembak itu telah membusuk. Bahkan, korban juga sempat mengalami pendarahan berat sebelumnya.
Rumah warga diserang
Masih dari Aceh Barat, Musliadi Amd (Ketua Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Krueng Sabee), kepada Serambi kemarin mengatakan, saat kontak senjata aparat TNI dengan sipil bersenjata di kawasan Gunong Kabong juga mengakibatkan tiga rumah penduduk dan Masjid Baitul Makmur Keude Krueng Sabee terkena serangan aparat.
Menurut Musliadi, pihak aparat melepaskan tembakan yang mengarah ke rumah-rumah penduduk di sekitar wilayah Keude Krueng Sabee dan Masjid Baitul Makmur setempat.
Akibatnya, rumah M Thaib, rumah Hamail Ibrahim, rumah Hasan Yatim dan Masjid Baitul Makmur Keude Krueng Sabee mendapat terkena tembakan. Secara umum, akibat tembakan tersebut kaca jendela, dinding rumah mereka pecah diterjang peluru. Sedangkan Masjid bagian dindingnya didapatkan sekitar tujuh titik tembakan.
Informasi lain menyebutkan, insiden itu berawal dari sweeping yang dilakukan aparat TNI di Keude Panga. Dalam sweeping tersebut aparat menangkap tiga orang masyarakat dan dinaikkan ke mobil Rocky yang dikemudikan aparat.
Masih menurut versi masyarakat, sekembalinya setelah membawa tiga orang warga tersebut, mobil Rocky dihadang sipil bersenjata di kawasan Gunong Kabong (Krueng Sabee). Dan sempat terjadi kontak senjata antara pihak TNI dengan sipil bersenjata. Meskipun dalam insiden tersebut tidak ada korban jiwa, namun pihak aparat sempat melakukan penyisiran yang menyebabkan rumah penduduk dan Masjid terkena tembakan.
Sementara itu, Dandim 0105/Aceh Barat Letkol Inf Widhagdo didampingi Pasi Intelnya Lettu Inf Nurhadi kepada Serambi menjelaskan, TNI tidak melakukan sweeping pada saat itu. Namun, sipil bersenjata sempat menghadang dan menembak mobil Rocky aparat TNI ketika kembali mengambil bahan makanan/lauk pauk dari Teunom.
Dalam insiden itu, aparat TNI sempat menangkap empat orang warga yang dicurigai. "Keempat orang warga tersebut kini diamankan di Makorem 012/TU Banda Aceh," ujar Letkol Widhagdo.(tim)



AGAM Meureuhom Daya tak Mengobar Perang

Serambi-Banda Aceh
Angkatan Perang Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Wilayah Meureuhom Daya, Lamno, Aceh Barat, menyatakan membatalkan rencana penyerangan atau pengobaran perang terhadap anggota TNI/Polri di wilayah itu. Pembatalan ini sebagai upaya menjaga kesucian Ramadhan sebagaimana permintaan ulama dan tokoh masyarakat.
"Kami menghormati dan menghargai imbauan ulama dan tokoh masyarakat itu sepanjang pihak TNI/Polri tidak mengganggu dan menindak masyarakat secara kasar," kata juru bicara AGAM Wilayah Meureuhom Daya, Abu Tausi kepada Serambi melalui telepon tadi malam.
Permintaan ulama itu dilakukan menyusul surat terbuka Panglima AGAM Wilayah Meureuhom Daya, Abu Arafah, yang menantang aparat TNI/Polri untuk berperang secara terbuka melawan pasukan AGAM di sebuah tempat yang jauh dari pemukiman penduduk.
Ajakan perang itu, menurut Abu Tausi, keluar karena warga masyar- akat di wilayah Lamno terlalu sering mendapat perlakuan kasar dari aparat. Dan, terhadap perlakuan itu, katanya, Abu Arafah mengaku sudah sangat jengkel dan tak sabar lagi.
Seorang tokoh ulama Lamno Tgk Abdullah Ibrahim, menyatakan masyarakat sangat gelisah membaca surat tantangan dari AGAM yang menyatakan akan menyerang pihak TNI bila mereka tak mau menantang AGAM Meureuhom Daya di Gunong Mah, Kecamatan Jaya.
AGAM, kata Abu Tausi, menghargai dan menaati permintaan ulama asalkan pihak TNI/Polri tidak lagi mengganggu masyarakat. Kalau tindakan-tindakan kasar masih tetap dilakukan maka permintaan ulama itu akan dipertimbangkan kembali.
"Ulama adalah tempat kita belajar dan selalu menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari, karena itu kami sangat menghargai mereka," katanya.
Bukan AGAM
Sementara itu, Juru Penerangan Wilayah Peureulak, Abu Nidal melalui relis yang dikirimkan ke Serambi tadi malam memberitahukan kepada bangsa Aceh dan masyarakat dunia internasional, apa yang terjadi di Peureulak, Selasa lalu bukanlah kerja dari pihak AGAM. Kerja tersebut murni dilakukan oleh provokator untuk menciptakan suasana yang kacau/balau, dan menginginkan penerapan darurat militer di Aceh sehingga mereka lebih leluasa untuk membunuh.
Dalam siaran pers-nya Abu Nidal juga membantah pernyataan Menlu Alwi Shihab yang mengatakan Pihak GAM tidak membuat huru-Hara dalam menyambut HUT GAM karena mereka menyadari bahwa perjuangan mereka separatis dan tidak mendapat dukungan politik dunia internasional serta tidak berkesudahan/sia-sia.
"Pernyataan Alwi Shihab itu adalah dusta dan bohong, karena bangsa Atjeh adalah bangsa yang cinta keamanan dan perdamaian. Bangsa Atjeh adalah bangsa yang menghormati norma-norma hukum internasional bukan seperti rezim kolonialis Indonesia-Jawa yang lebih mengutamakan cara kekerasan, kebrutalan, banditisme dalam menangani setiap penyelesaian permasalahan yang terjadi serta bertindak tidak profesionalisme dalam menjalankan tugas. (tim)



Banjir Besar Landa Singkil


* Seorang Meninggal

* Ratusan KK Mengungsi

Serambi-Tapaktuan
Ratusan KK penduduk di Kecamatan Singkil dan Simpang Kiri, Kabupaten Aceh Singkil, terpaksa mengungsi menyusul banjir yang melanda kawasan itu sejak awal bulan dengan ketinggian air mencapai dua meter lebih. Dalam musibah itu, seorang bocah dilaporkan tewas, 3 rumah hanyut dan 35 lainnya rusak parah. Sampai Rabu (8/12) kemarin banjir belum surut tuntas dan ratusan warga masih berada di pengungsian.
"Peristiwa ini sudah kita laporkan kepada Gubernur. Pada saat yang sama masyarakat diminta supaya waspada terhadap kemungkinan banjir susulan," kata Sekwilda Aceh Singkil, Ridwan Hasan SH, ketika dihubungi melalui saluran telepon kemarin.
Banjir mulai melanda Singkil dan Simpang Kiri sejak medio pekan lalu--Rabu (1/12)--menyusul hujan deras yang melanda kawasan itu. Di Kecamatan Singkil, rata-rata perkampungan penduduk di daerah aliran sungai (DAS) Singkil tenggelam dengan ketinggian air mencapai dua meter lebih. Sementara di Simpang Kiri, banjir melanda Desa Lentong dan desa-desa lainnya di sepanjang DAS sungai di Kecamatan Pembantu Rundeng.
Di Kota Singkil, ketinggian air berkisar antara 0,80 - 1 m dan menyebabkan perkantoran, pasar, toko, dan sejumlah rumah penduduk tergenang air. Banjir juga membuat hubungan antara pusat kota Singkil dengan kawasan Ujung putus total setelah jembatan Bengkalan Ujung berukuran 4 x 35 m dibawa hanyut. Sementara jembatan Lipong Pulau Sarok (5 x 6 m) mengalami longsor berat di bagian kepala.
Sekwildla Aceh Singkil, Ridwan Hasan SH kemarin menjelaskan, selain akibat hujan deras, banjir timbul akibat tingginya volume air "kiriman" dari beberapa sungai yang bermuara ke sungai Singkil.
Belum diperoleh data lengkap mengenai jumlah penduduk yang mengungsi maupun jumlah desa yang dilanda banjir, sebutnya.
Namun, diperkirakan ratusan KK yang menghuni puluhan desa di sepanjang DAS Krueng Singkil dan Kecamatan Pembantu Rundeng terpaksa mengungsi. Mereka mengungsi ke rumah-rumah warga lainnya yang lebih aman.
Dan menurut data sementara, jumlah rumah yang rusak parah di Kecamatan Singkil tercatat 35 unit dan tiga unit lainnya hanyut.
Selama kurun banjir yang terjadi sejak awal Desember, di sebuah desa sebuah keluarga kehilangan seorang anak. Dalam suasana panik di tengah banjir, anak yang malang itu terlepas dari gendongan ibunya dan tercebur ke dalam air, kemudian ditemukan kembali dalam keadaan tidak bernyawa. "Data tentang identitas korban serta keluarganya masih diupayakan," kata Ridwan Hasan SH.
Di kota Singkil, banjir sempat memacetkan kegiatan di berbagai sektor, termasuk di sejumlah kantor pemerintahan yang tergenang. Sampai kemarin, menurut Sekwilda Aceh Singkil, di kota Singkil banjir mulai menunjukkan tanda-tanda menyusut, begitu juga di sejumlah kawasan lainnya. Meskipun begitu masyarakat diingingatkan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadi banjir susulan.
Selain mengimbau masyarakat untuk berhati-hati, Pemda Aceh Singkil juga mengajak masyarakat untuk membersihkan saluran, dan dalam masa panik Pemda telah meluncurkan bantuan sejumlah setengah ton beras. Selain itu diterima juga bantuan 100 kg beras dari Himpunan Nelayan (HNSI) dan 100 kg dari Camat Singkil, serta bantuan dari masyarakat.
Beberapa hari yang lalu, Bupati Makmursyah Putra SH mengunjungi sejumlah lokasi banjir yang memungkinkan dijangkau bersama Sekwilda Ridwan Hasan SH, Asisten II Abu Dardak SE, Kadis PU setempat, Ir Azmi, yang dibantu LS Peduli Singkil dan Pemuda Muhammadiyah.
Dijelaskan, Pemda Aceh Singkil sangat berterima kasih kepada LSM Peduli Singkil yang telah ikut memberikan bantuan, seperti menghimpun data dibalik bencana banjir dibawah koordinasi Asisten II Abu Dardak SE dan Camat Drs Azmi. "Untuk selanjutnya, kita sangat mengharapkan bantuan dari Gubernur dan Dinas Sosial Aceh," kata Ridwan Hasan SH.
Blangpidie
Sementara itu, sejumlah desa di tiga kecamatan di Wilayah Blangpidie Minggu (5/12) juga tergenang banjir. Menurut pantauan, belasan desa di ketiga kecamatan tergenang dengan ketinggian mencapai 0,5 - 1 m. Antara lain, Desa Pawoh, Padang Pawoh, Pulau Kayu, Ujung Padang, Iku Lueng, Kuta Kuala, Ie Mameh, Cot Jirat. Di sepanjang pinggiran jalan lintas Blangpidie-Kuala Batee, air terlihat menggenangi rumah-rumah penduduk. Banjir terjadi menyusul hujan lebat selama beberapa jam.
Menurut Keucik Alue Pisang, Krueng Batee, Abdul Rahman, banjir timbul akibat limpahan air sungai Alue Pisang dan Krueng Batee yang tumpah ke Kuala Susoh.
Genangan ini, menurut Abdul Rahman, bisa diatasi kalau saja air sungai Krueng Batee dialirkan ke sungai Alue Pisang sehingga Kuala Susoh tidak terganggu. Selain itu, genangan timbul akibat pendangkalan sungai, baik di kawasan hulu maupun di muara karena pengaruh pasang laut.(ma)



Gerakan Memerdekakan tak Dapat Ditolerir


SIRA: Gelar Referendum Sendiri

Serambi-Jakarta
Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan bisa mengerti dengan aspirasi-aspirasi yang disampaikan kepada Dewan menyangkut masalah Aceh, Maluku, dan Irian Jaya, yang seluruhnya ingin cepat diselesaikan karena rakyat sudah resah.
"Tetapi, penyelesaian tidak semudah yang disangka orang, karena harus membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran," ujar Presiden Abdurrahman Wahid dalam konsultasi dengan pimpinan DPR dan Fraksi DPR di gedung DPR Jakarta, Rabu (8/12), yang juga dihadiri Wapres Megawati Sukarnoputri, serta para menteri.
Dalam rapat konsultasi yang dipimpin Ketua DPR RI Akbar Tandjung, Presiden menegaskan adanya upaya di Aceh untuk memerdekakan dari lingkungan Indonesia tidak dapat ditolerir sama sekali.
"Siapa pun orangnya, dan apapun gerakannya, Aceh tetap berada di dalam lingkungan kita. Adapun bentuk pernyataan apakah Aceh tetap berada di lingkungan RI melalui referendum atau tidak, kita lihat nanti," tegas Presiden.
Dikatakan, pemerintah hanya menjalankan apa keinginan Dewan. Oleh karena itu hendaknya kita nanti mengambil keputusan bersama-sama agar masalah ini selesai dengan baik. "Selain itu pemerintah juga melakukan tindakan-tindakan untuk mengecilkan pengaruh tadi secara internasional pula," katanya.
Gus Dur menjelaskan, dari kunjungan ke berbagai negara, kita telah memperoleh kepastian bahwa mereka tidak menyetujui Indonesia cerai-berai. "Dengan demikian, kita tetap mendapatkan wewenang atas Aceh dari pengakuan internasional. Ini penting sekali, akibat dari ini maka beberapa tindakan untuk melepaskan dari Indonesia yang terjadi di Aceh itu sudah mulai surut," katanya.
Gus Dur mengatakan keadaan Aceh sekarang ini bisa dikendalikan dengan baik dan terhadap penduduk boleh saja mengatakan sikap dan pilihannya secara bebas. Namun di kantor-kantor pemerintahan tetap harus ditunjukkan bahwa Aceh merupakan bagian dari Indonesia. "Jadi jika rakyat Aceh ingin mengibarkan bendera selain Merah Putih, hal itu sah-sah saja, tapi tidak begitu jika dilakukan di kantor-kantor pemerintahan," tegasnya.
Menyikapi pernyataan Gus Dur yang tak menolerir gerakan memerdekakan dari lingkungan Indonesia, SIRA (Sentral Informasi Referendum Aceh) menyatakan pemerintah pusat sebagai pihak yang tidak siap berdemokrasi. "Sangat aneh apabila pihak pusat tidak menerima opsi merdeka. Sedangkan di sisi lain rakyat Aceh yang saat ini telah memperjuangkan referendum secara kolektif tetap tidak bisa menerima referendum tanpa opsi merdeka," tulis pernyataan SIRA yang ditandatangani koordinator pusatnya, Muhammad Nazar.
Dikatakan, bila pusat tidak menerima tawaran yang seimbang dua opsi pisah dan bergabung dengan RI (otonomi yang seluas-luasnya), maka SIRA bertekad akan melaksanakan referendum sendiri. "Hal ini bisa dilakukan dengan memanggil lembaga-lembaga LSM dan organisasi independen internasional untuk menjadi saksi. Apabila hasilnya merdeka, maka secara de facto Aceh akan lebih merdeka lagi secara teritorial," kata Nazar.
Kecilkan pengaruh
Tentang perjalanan LN-nya, Gus Dur mengatakan sebagai perjalanan politik dalam rangka melakukan tindakan untuk mengecilkan pengaruh terjadinya cerai berai persatuan Indonesia secara internasional. Dijelaskan Gus Dur, dirinya selama di luar negeri mengadakan kunjungan ke berbagai negara diantaranya ke seluruh negara Asean, RRC, Jepang, Amerika Serikat dan tiga negara di Timur Tengah, yaitu, Kuwait, Yordania dan Qatar. "Nanti akan disusul kunjungan ke Saudi Arabia dan Mesir. Juga, kami akan melakukan kunjungan ke Ghaza, pelabuhan penting pusat PLO," katanya.
Saat bertemu Yasser Arafat, tambah Gus Dur, kita katakan kepada Yasser Arafat, dalam kunjungan nanti kita juga akan membuka kantor perdagangan Indonesia dengan Palestina. Diharapkan melalui perdagangan ini dapat membantu saudara-saudara kita di Palestina untuk melakukan perdagangan internasional dengan sebaik-baiknya. "Rencananya akan dilakukan setelah Hari Raya, tapi belum tahu tanggalnya. Itu semua terserah dari jawaban mereka kepada kita," ucap Gus Dur.
Perjalanan politik ke luar negeri itu juga menghasilkan penanaman modal untuk Indonesia yang tadi tidak disinggung sama sekali oleh Ketua DPR. "Dapat saya laporkan semangat untuk sharing antara pemerintah dengan DPR, di beberapa tempat telah terjadi kesepakatan untuk penanaman modal di Indonesia, yaitu, pertama dari seluruh negara Asean, bentuknya bermacam-macam dan ini akan diterangkan oleh menteri bersangkutan dalam rapat komisi DPR," katanya.(son/mur/*)