:
00.30 Wib Rabu, 3
November 1999
Meulaboh Rusuh
* Lima Kantor dan LP
Dibakar
* 23 Orang Tertembak
* Dua Mobil dan Sepmor
Hangus
Serambi-Meulaboh
Kota Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat,
pagi hingga siang kemarin kekacauan hebat menyusul terjadi pembakaran serta
pengrusakan kantor-kantor pemerintah, mobil, sepeda motor saat puluhan ribu
massa melaksanakan Pawai akbar referendum. Dalam insiden itu, 24 orang
dilaporkan tertembak saat aparat berupaya membubarkan massa yang antara lain
berupaya menyerbu ke Mapolres dan Makodim setempat. (Lihat daftar nama korban di
halaman 7).
Massa yang berjumlah puluhan ribu orang itu datang bergelombang
menggunakan truk, mobil pribadi, dan sepeda motor. Convoi massa mulai memasuki
Meulaboh sekitar pukul 09.15 WIB diiringi dengan arak-arakan spanduk referendum
keliling kota. Setelah prosesi arak-arakan itu selesai, sekitar pukul 10.10 WIB
massa berhenti di depan Kantor DPRD Aceh Barat yang berlokasi di kawasan Tugu
Pelor.
Massa yang turun dari truk itu langsung "menyerbu" kantor wakil rakyat
itu guna menjumpai para pimpinan dan anggota DPRD Aceh Barat. Tak lama setelah
massa memasuki kantor dewan, terdengar suara riuh dari lantai bawah, sementara
para pimpinan dewan yang berada di lantai dua sedang bernegosiasi dengan dua
orang wakil massa.
Namun, menjelang detik-detik terakhir prosesi dialog
antara wakil massa dengan pimpinan dewan, tiba-tiba dari lantai bawah terdengar
suara pecahan kaca jendela sehingga membuat suasana yang semula cukup tenang
berubah menjadi kacau dan tak terkendali lagi. Tak lama setelah itu api pun
mulai bekobar dari lantai dua sehingga membuat para pimpinan dewan yang sedang
berdialog dengan utusan massa lari menyelamatkan diri.
Setelah api marak,
massa yang berkumpul di Kantor DPRD bubar dan terpecah menjadi beberapa kelompok
dan menyebar ke seluruh sudut kota. Malah, ribuan massa lain dari kantor itu
bergerak ke Jalan Nasional. Dalam perjalanan itu massa mengobar-abrik gardu
lantas dan Kantor PBB beserta isinya. Akibatnya seorang anggota Satlantas yang
bertugas dilaporkan babak belur dihajar massa.
Usai menghancurkan kedua
kantor itu, massa menuju ke Mapolres Aceh Barat yang berlokasi di Jalan Swadaya.
Namun belum sampai ke Mapolres massa sudah dihadang aparat sambil melepaskan
tembakan mengakibatkan sejumlah massa mengalami luka tembak.
Merasa mendapat
hambatan massa berbalik arah menuju ke Makodim Aceh Barat berlokasi di Jalan
Imam Bonjol. Sekitar ratusan meter belum mencapai Makodim, massa sudah lebih
dulu dihadang dengan tembakan sehingga mengakibatkan puluhan massa mengalami
luka tembak dan bubar. Kedatangan massa ke Mapolres dan Kodim menuntut agar
warga yang ditahan tanpa salah harus dilepaskan.
Gagal menerobos Makodim,
massa kembali berkumpul di depan kantor bupati di Jalan Gajah Mada yang berjarak
dengan lokasi penembakan sekitar ratusan meter. Namun, sesampai di sana massa
tidak berhasil memasuki komplek kantor karena mendapat pengawalan ketat dari
masyarakat sehingga massa bubar.
Namun, setelah masyarakat yang mengawal
Kantor Bupati meninggalkan lokasi massa kembali berkumpul sekitar pukul 13.00
WIB. Di saat itu bangunan milik Pemda Aceh Barat dibumihanguskan termasuk Kantor
Bappeda dan Depperindag yang terletak berdampingan. Selain itu satu unit mobil
Toyota Kijang dan dua sepeda motor ikut dibakar.
Selanjutnya, massa yang
terpecah dalam beberapa kelompok menuju ke kawasan Suak Puntong berjarak lebih
kurang 8 kilometer dari Kota Meulaboh. Sesampai di sana mereka membakar bangunan
Rutan yang sedang dalam tahap pekerjaan. Bangunan itu pun musnah dilalap si jago
merah. Sekembali dari Suak Puntong, massa bergerak menuju ke Rutan Meulaboh
berlokasi di Ujong Kareung. Seluruh napi di dalamnya yang diperkirakan berjumlah
26 orang dilepaskan massa.
Dilaporkan, aksi massa yang melanda Kota Meulaboh
sepanjang Selasa kemarin selain menghanguskan lima bangunan milik pemerintah,
dua dirusak juga ikut memusnahkan satu unit mobil milik militer. Mobil yang
sedang diperbaiki di satu bengkel itu berlokasi di Simpang Titi Mirik dibakar
massa menjelang petang. Jadi kendaraan yang dibakar terdiri dua mobil dan tiga
unit sepeda motor.
Ketika aksi massa sedang berlangsung mulai siang hingga
petang hari kemarin suasana Kota Meulaboh benar-benar mencekam. Seluruh
pertokoaan tutup total dan suara rentetan tembakan hampir terdengar setiap saat
sejak siang hingga menjelang petang.
Warga Meulaboh massa yang berada di
sudut-sudut kota, beberapa kali melakukan tiarap ketika mobil militer dari arah
Lapang masuk kota. Karena Mobil yang lari dengan kecepatan tinggi yang
dilengkapi pasukan bersenjata lengkap itu sepanjang jalan yang dilaluinya tidak
henti-hentinya melepaskan tembakan. Akibatnya masyarakat menjadi ketakutan dan
lari menyelamatkan diri.
Pasukan itu, dilaporkan melampiaskan kemarahannya
menyusul mobilnya yang sedang diperbaiki di salah satu bengkel berlokasi di
kasawan Titi Mirik dibakar massa. Hingga tadi malam suasana Kota Meulaboh
benar-benar mencekam. Sepanjang jalan utama sangat sepi dan masyarakat mengurung
diri di dalam rumah.
Saat aksi itu berlangsung kemarin, sejumlah bendera Aceh
Merdeka dilaporkan sempat berkibar. Antara lain di Kantor PLN, Perkebunan,
Peternakan, BPN, dan di puncak Tugu
Pelor.
-----------------------------------------------------------------
DAFTAR KORBAN KERUSUHAN MEULABOH
(Dihimpun
dari Berbagai Sumber, Terutama RSU Cut Nyak Dhien
Meulaboh)
-------------------------------------------------------------------
---
No: Nama/Umur : Alamat : Kondisi
------------------------------------------------------------------
01:
Jauhari (33): Pasie Ara Peureumeu : tertembak di leher
02: Nurdin (28): Sarah
Perelak Tutut : tertembak di tangan
03: Mukhtar (32): Mns Gantung Peureumeu :
tertembak di kaki
04: Taufik (29): Kedai Tanjong Kaway XVI: tertembak di
kaki
05: Rustam (32): Pasi Aceh Baroh : tertembak di kepala
06: Mukhlis
(26): Pasi Aceh Baroh : tertembak di kepala
07: Saiful (22): Lancang Tutut :
tertembak di tangan
08: Abdullah(25): Woyla : tertembak di kaki
09: Dahlan
(17): Baro Paya Muge : tertembak di tangan
10: M Nasir (20): Woyla :
tertembak di tangan
11: Isar Nasir (22): Mns Ara : tertembak di tangan
12:
Didi Musa (21): Simpang Peunia : tertembak di punggung
13: Ranta (22): Mugo
Kaway XVI : tertembak di kaki
14: Ramudin (20): Putim Peureumeu : tertembak
di leher
15: Ubit AR (32): Mugo Rayek : tertembak di punggung
16:
Admuliadi (25): Kuta Padang Mbo : tertembak di kaki
17: Musliadi (24): Suak
Timah : terserempet peluru
18: Jailani (22): Suak Pangkat : tertembak di
pinggang
19: Zainuddin (40): Lhok Buya Calang : tertembak di bahu
20:
Bangsawan (24): Cot Manggi : tertembak di kaki
21: Zainulhaga (8): Blang
Beurandang : luka lecet
22: Karimuddin (20): ?? : ??
23: Zainuddin (48):
Sarah Perlak Tutut : ??
24: TM Surya (??): ?? :
??
----------------------------------------------------------------
148 Warga Dilepas, 11 Masih
Ditahan
Serambi-Bireuen
Sebanyak 148 orang warga Juli,
Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Jeumpa yang menjadi ditangkap saat aparat
melakukan penyisiran setelah terjadinya penghadangan terhadap anggota Yonif
113/JS Bireuen, sudah dilepas, sehingga yang masih ditahan hingga kini ada 11
orang.
Keterangan yang dihimpun Serambi, menyebutkan ke 159 warga sipil yang
ditahan itu, sudah menjalani pemeriksaan di Mapolsek Jeumpa. Namun, hanya 148
orang yang baru dilepas secara bertahap, dan pihak kepolisian masih menahan 11
orang lagi, yang kemarin telah dibawa ke Mapolres Aceh Utara.
Beberapa
korban penyisiran yang telah kembali ke desanya kepada Serambi mengatakan,
sempat mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Menurut Suryadi M Yusuf (29)
--salah seorang yang ditahan dan kini telah dilepas-- dia mendapat menganiayaan
berupa tendangan dan pukulan dengan senapan. "Di kantor polisi, saya juga
dipukuli aparat keamanan," ujar M Yusuf seraya memperlihatkan bekas penganiayaan
di tubuhnya.
Seorang anak di bawah umur yang di desanya dikenal lemah mental,
Rinaldi (15), juga babak belur dihajar aparat keamanan. Kepada Serambi dengan
lugu ia mengaku ditendang dengan sepatu di bagian wajahnya, sehingga
mengeluarkan darah.
Luka juga dialami M Yusuf Yacob (59), pemilik warung
kopi. Kepada Serambi ia mengatakan, selain tempat usahanya yang dibakar aparat,
yang memusnahkan seluruh isinya, ia ditendang aparat di bagian dada yang
menyebabkan rusuk kirinya terasa perih. "Sebenarnya saya mau di bawa ke Polsek,
tapi karena fisik tidak tahan lagi. Maka tidak jadi di bawa," ujar M Yusuf yang
memperlihatkan bagian dadanya yang diperban oleh dukun patah.
Ia menyatakan
sangat sedih dan trauma, karena aparat keamanan membakar dua unit Ruko-nya, di
depan matanya sendiri, setelah ia dipukuli. Meskipun sudah menghiba agar aparat
jangan membakar tempat usahanya itu, namun tidak digubris langsung menyiram
minyak dan menyulut dengan api. "Saya tidak punya apa-apa lagi. Perabot rumah,
tape, uang Rp 100 ribu dan barang lainnya, musnah," kata M Yusuf dengan galau.
Korban penganiayaan yang dinilai parah, dan masih dalam perawatan medis dan
dukun patah adalah, Muzakir Idris, M Yacob, Mustafa, Ridwani, M Harun Ahmad,
Yusri Yusuf, Usman Abdullah, Alimuddin A Gani, Nurdin Kaoy, Kamaruddin, Rusli,
dan Junaidi.
Menurut Wasekjen Gamaur Muhibuddin Almans, keseluruh warga Juli
itu, dipukuli sejak ditangkap di desanya, sebelum di bawa ke Mapolsek
Jeumpa.
11 Masih Ditahan
Sedangkan ke 11 warga Juli yang masih ditahan
itu, masing-masing Razali Hanafiah, Ridwan, Mustafa Saleh, Amiruddin AR,
Sudirman Abubakar, Bustami, Abubakar, Hamdani Sudar, Zuwandi M Yusuf, Azhari
Yusuf, dan Rusli. Kemarin, Selasa (2/11) siang, ke 11 warga tersebut, sudah di
bawa dari Polsek Jeumpa ke Mapolres Aceh Utara.
Tim penasehat hukum dari
Bireuen seperti Burhanuddin SH, M Ali Ahmad SH, Malik Dewa SH, dan Hanafiah SH
telah mendatangi Polsek Jeumpa untuk menangani kasus penangkapan ke 11 warga
Juli itu. Mereka langsung menjumpai Kapolsek Jeumpa, dan Kapolres Aceh Utara
Letkol Pol Drs Syafei Aksal yang kebetulan kemarin, datang ke Bireuen.
Kepada
Serambi, Burhanuddin SH yang didampingi Malik Dewa SH mengatakan, telah mendapat
penjelasan dari kapolres, jika ke 11 warga itu, masih dalam pemeriksaan lanjutan
di Polres. Karena, berkaitan adanya foto-foto, sehingga perlu diklarifikasi
lebih lanjut. "Namun, belum tentu mereka bersalah. Jadi, foto itu harus diteliti
lagi," ujar Burhanuddin yang juga anggota DPRD Aceh Utara.
Pihaknya, sebut
Burhanuddin, sangat menyesalkan aksi penganiayaan terhadap warga yang ditangkap
aparat keamanan. Termasuk musnahnya puluhan rumah dan toko milik masyarakat,
sehingga harus kehilangan seluruh harta benda, dan akhirnya warga mengungsi.
"Kasus ini harus diusut tuntas," papar Burhanuddin.
Gamaur
mengutuk
Gabungan Mahasiswa Almuslim untuk Rakyat (Gamaur) Peusangan yang
mendirikan posko kemanusian di Juli mengutuk dan menyesalkan tindakan aparat
keamanan yang telah bertindak semena-mena terhadap rakyat.
Menurut Wakil
Sekjen Gamaur, Muhibuddin Almans kepada Serambi, pihaknya telah mendata
berdasarkan hasil investigasi dan pengaduan masyarakat. "Membakar, menganiaya
dan menjarah, adalah tindakan tidak terpuji," katanya.
Hasil pendataan dan
pengaduan masyarakat yang diterima Gamaur mengungkapkan 50 rumah dan toko
berikut isinya, musnah dibakar aparat, termasuk dua sepeda motor Astrea. Juga
terjadi penjarahan harta benda milik penduduk, seperti uang tunai, dan
barang-barang.
Mengungsi
Sebanyak 1.506 jiwa (149 KK) warga desa Juli
Tambo Tanjong, Kecamatan Juli, Kabupaten Aceh Jeumpa terpaksa mengungsi ke
Meunasah Desa Juli Keude Dua sejak, Senin (1/11) malam.
Pengungsian warga
desa tersebut, berkaitan dengan musnahnya 53 unit rumah yang dibakar aparat
keamanan, dalam satu penyisiran menyusul penyerangan kelompok bersenjata
terhadap anggota Yonif 113/JS, Senin (1/11) pagi, yang menewaskan seorang
anggota TNI, satu kritis, dan satu luka ringan.
Sebagian besar kaum pengungsi
itu, adalah yang sudah kehilangan rumahnya, dan sebagian kecil lainnya didera
rasa takut dan trauma, setelah aparat keamanan menyisir desa mereka, yang
disertai hamburan peluru ke udara. Para pengungsi itu bersal dari Dusun Keude
Dua, Dusun Paya, dan Dusun Tanjong. Bantuan dari pengungsi mulai mengalir dari
pada dermawan, termasuk dari WNI turunan. Namun bantuan masa panik dari pemda
setempat, maupun Pemda Aceh Utara belum datang.
Meninggal
Sementara itu,
Anwar yang sempat di rawat di RSU Bireuen, karena kena peluru aparat keamanan di
KM 11, Senin (1/11) siang, meninggal sekitar pukul 22.00 WIB, dua jam setelah
operasi di bagian perutnya.
Guru ngaji itu, kena tembak, ketika akan memberi
minum ternak miliknya. Dari arah Bireuen meluncur mobil pikap beranggotakan
aparat keamanan yang meluncur ke arah Krueng Simpo. Sebutir peluru bersarang di
perutnya, dan kemudian oleh keluarganya dilarikan ke RSU Bireuen. Namun, dua jam
setelah operasi meninggal dunia di rumah sakit tersebut.
Sedangkan dua
anggota Satgana Palang Merah Indonesia (PMI) Bireuen dan Lhokseumawe, menjadi
korban berondongan peluru aparat keamanan di depan Losmen Murni Bireuen,
kondisinya semakin membaik. Ke duanya adalah Burhanuddin (PMI Bireuen), dan
Mawardi (PMI Lhokseumawe), yang terkena tembakan di bagian
pahanya.
Mencekam
Kendati Selasa siang kota Bireuen sudah pulih, namun
menjelang Maghrib suasana mulai mencekam. Malah, aparat keamanan memerintahkan
pertokoan tutup. Sejak pagi, berbagai aktifitas mulai lancar, meski aksi
berondongan peluru aparat ke udara sepanjang Senin (1/11), belum lagi luput dari
ingatan warga, menyusul tragedi penyerangan anggota Yonif 113/JS di perbatasan
Desa Juli Tambo Tanjong-Desa Meunjimjim, sekitar 4 Km dari kota Bireuen.
Suasana kota terasa tenang, sejak pagi sampai sore. Namun menjelang maghrib
kemarin, mendadak mencekam, dan masyarakat berlarian dari berbagai arah,
seakan-akan terjadi sesuatu yang menakutkan.
Begitu juga dengan berbagai
pemakai kendaraan tiba-tiba berpacu kencang seperti ada yang
mengejar.
Berbagai isu berkembang. Ada yang menyebutkan terjadi kontak
senjata di Cot Gapu, di Juli, malah dikabarkan di Matanggeulumpang Dua.
Tidak
mengherankan, tadi malam Bireuen bagaikan kota hantu, karena seluruh tempat
usaha tidak buka. Sedangkan warga banyak yang mengurung diri.
Selasa (2/11)
pagi masyarakat sempat dikejutkan dengan terbakarnya gudang PT Marjaya di Cot
Gapu, Bireuen. Diduga, gudang yang pernah disewa rekanan PLN Sumut itu, dibakar
orang tak dikenal, Selasa (2/110 dinihari sekitar pukul 02.00
WIB.(tim)
Selamatkan Uang Rp 4 M, Empat Polisi
Tertembak
Serambi-Takengon
Empat anggota Polres Aceh Tengah
yang bertugas mengawal dua unit mobil milik Bank Danamon mengalami luka tembak
dalam sebuah pemberondongan oleh "sepasukan" tak dikenal di kawasan km 9 Juli
Teupin Mane, Aceh Utara, Senin (1/11) siang. Namun uang sebesar Rp 4 milyar yang
mereka bawa berhasil diselamatkan.
Menurut keterangan, aparat penegak hukum
itu bersama sejumlah pegawai Bank Danamon membawa uang rakyat dari Lhokseumawe
menuju Takengon. Penyerangan kelompok bersenjata itu terjadi sekitar pukul 11.30
WIB-- beberapa saat setelah terjadinya kontak senjata antara pasukan GAM versus
TNI di kawasan Juli Keude Dua, Bireuen. Saat itu, menurut saksi mata, tengah
terjadi penyisiran oleh pihak TNI.
Dua unit mobil milik Bank Danamon
masing-masing Isuzu Panther B 1204 AD disupiri Mawardi (23) dengan dikawal Serda
Dani Faisal HRP (Bako Brimob) dan Serda Windi S (anggota Sabhara). Satu lagi
mobil Kijang BL 118 AA disupiri Ridwan (26) yang dikawal Serka Suganda (Bako
Brimob) dan Serda Hendrik Uslam (anggota Sabhara) Polres Aceh Tengah.
Ketika
melintasi km 2 (Bireuen-Takengon), menurut korban, mereka berpapasan dengan
massa yang tengah menyaksikan kebakaran beberapa unit rumah penduduk, namun
tidak berhenti. Sedangkan di km 7 kawasan Markas Yonif 113/JS, anggota polisi
sempat mengangkat tangan kepada aparat yang sedang duduk di pos
penjagaan.
Setiba di km 10, mobil Panther yang berada di depan diserang
secara sporadis oleh sekitar 10 orang dari jarak sekitar 15 meter dengan senjata
semi otomatis. Dua anggota polisi dan supir Panther terkena tembakan. Polisi
yang berada di mobil Kijang membalas tembakan tersebut.
Kedua mobil terebut
baru berhenti sekitar 10 KM dari TKP atau kawasan km 16 Krueng Simpo. Petugas
yang mengalami luka parah berupaya memindahkan uang Rp 4 milyar lebih dari mobil
Panther ke mobil Kijang. Untuk mencegah Panther tidak dibawa kabur, petugas
menembak bannya dan kemudian ditinggalkan. Dalam kondisi pendarahan, polisi dan
petugas bank melanjutkan perjalanan menuju Takengon. Mereka yang cedera saat ini
masih dirawat intensif di RSU Datu Beru Takengon.
Kapolres Aceh Tengah,
Letkol Pol Drs Misik Natari didampingi Ka Ops Sersenya Letda Pol M Zaini,
menyatakan sangat sedih atas musibah yang menimpa anak buahnya. Namun merasa
bangga, karena mereka tegar dan berhasil menyelamatkan uang rakyat sebanyak Rp 4
milyar lebih. "Mereka memang polisi dan sudah mempertaruhkan nyawa untuk
menyelamatkan uang rakyat," ujar Misik Natari dengan suara bergetar yang semalam
mendampingi korban di rumah sakit.
Beberapa saksi mata menyebutkan,
pemberondongan dilakukan oleh sejumlah orang berbaju loreng. "Setelah dua mobil
diberondong, saat itu saya melihat sekitar 15 orang bersenjata dan pakaian
lengkap keluar dari semak-semak," ungkapnya.
Namun Kapolres Misik Natari dan
Dansatgas Brimob Lettu Aritonang menolak memberi komentar tentang siapa yang
menyerang anak buahnya. "Kita hanya terima keterangan warga setempat, dan sudah
mendapat dua proktil peluru. Namun masih diselidiki," ungkapnya.
Menurut
salah seorang korban, ketika berangkat dari Takengon, mobil mereka sempat
dihentikan aparat TNI Yonif 113/JS, sehingga salah seorang Brimob turun sambil
memberi tahu bahwa mereka ke Lhokseumawe untuk mengawal pengambilan uang kas
Bank Danamon. Begitu juga ketika pulang, anggota Polisi itu sempat mengangkat
tangan kepada petugas di depan Markas TNI tersebut.
Korban Ridwan, supir
Panther terkena tembakan di tangan kiri, dan pengawal Serda Windi S tertembak di
lutut kiri-kanan tembus. Sedangkan supir Kijang Mawardi tertembak di pinggul
sebelah kanan hingga tembus, dan anggota pengawal Serda Hendrik Uslam terkena
tembakan di pinggang, lengan kanan, bahu kanan, dan tangan kiri. Sedangkan dua
anggota Polisi Serka Suganda dan Serda Dani Faisal hanya luka ringan.
Mobil
kijang mengalami bolong-bolong, sedang mobil panther yang kedua bannya kempes,
kemarin sudah diamankan petugas Polsek Jeumpa dari TKP.(tim)
Pangdam I/BB: Silakan Periksa Pejabat di
Kodam
Serambi-Medan
Pangdam-I/Bukit Barisan Mayjen TNI A Rahman
Gaffar, mendukung kebijaksanaan Presiden KH Abdurrahman Wahid untuk menuntaskan
pemeriksaan pejabat di lingkungan Kodam-I/Bukit Barisan dalam kaitan pelanggaran
HAM di Aceh.
"Kodam-I/Bukit Barisan tidak keberatan jika ada tim investigasi
yang turun ke Aceh, karena pada prinsipnya setiap pelanggaran yang dilakukan
siapa saja, harus ada sanksinya," ungkap Pangdam menjawab pertanyaan ANTARA di
Makodam-I/BB Medan, Selasa.
Mayjen Rahman Gaffar yang didampingi Asiten
Intel Kolonel Inf M Jahja dan Kapendam Letkol Inf H Nurdin Sulistiyo SIp
menyatakan loyal dan mendukung kebijaksanaan Kepala Negara tanpa "reserve" untuk
menindak semua pihak yang terlibat pelanggaran HAM terhadap rakyat Aceh.
Pangdam mengemukakan hal itu menanggapi pernyataan Presiden KH. Abdurrahman
Wahid sebelumnya yang meminta Panglima TNI untuk memeriksa seluruh pejabat
Kodam-I/Bukit Barisan yang terlibat kasus pelanggaran HAM tersebut dan
menginstruksikan penarikan segera pasukan Kostrad dan Kopassus dari Aceh. "Kita
masih menunggu petunjuk dari tim investigasi pusat untuk melakukan penyelidikan
pelanggaran HAM di Aceh, termasuk tindakan keji yang dilakukan GAM yang membunuh
sejumlah prajurit TNI/Polri dan rakyat yang tidak berdosa," ujar Rahman Gaffar.
"Mungkin saja telah terjadi kesalahan di lapangan dalam pelaksanaan
pengamanan, namun kesalahan itu hendaknya jangan hanya ditujukan kepada prajurit
TNI dan Polri yang bertugas di Aceh untuk menjaga keutuhan wilayah dan
integritas nasional dari ancaman gerakan separatis," papar Pangdam I Bukit
Barisan.
Ketika ditanya tentang peristiwa penembakan Tgk Bantaqiah yang
dilakukan aparat keamanan, Pangdam mengatakan bahwa kejadian tersebut harus
dinilai secara komprehensif, tidak terlepas dari rangkaian kejadian-kejadian
sebelumnya.
Menurut Gaffar, Tgk Bantaqiah adalah terpidana 20 tahun yang
mendapat remisi dari pemerintahan Presiden BJ Habibie yang sebelumnya diketahui
menyimpan sejumlah senjata dan memiliki tanaman ganja. Di samping itu, kata dia,
Bantaqiah juga dikenal sebagai tokoh penyebar ajaran sesat pada masyarakat di
Aceh Barat yang dapat memicu kebencian terhadap pemerintah.
Ia menduga
kelompok GAM pimpinan Tgk Bantaqiah, juga melakukan sejumlah pembunuhan keji
terhadap prajurit TNI dan Brimob di Aceh Barat. "Tercatat 14 prajurit TNI yang
sedang menjalankan tugas mengamankan Pemilu periode Mei lalu tewas dibantai
kelompok itu."
Selain itu juga, lanjut Pangdam, banyak rangkaian pembunuhan
diduga dilakukan oleh kelompok pengacau di daerah Aceh yang perlu mendapat
perhatian dari semua pihak termasuk pembunuhan rombongan petugas medis dr
Fauziah bersama beberapa pengawal yang melakukan tugas kemanusiaan di Aceh
Utara, katanya.
Tak pilih kasih
Menjawab tentang upaya penegakan
disiplin terhadap prajurit TNI di lingkungan Kodam-I/BB, yang meliputi wilayah
Aceh, Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Gaffar menyebutkan, telah
dilakukannya tanpa pilih kasih.
Ia menunjuk contoh pada hukuman yang
dijatuhkan atas para pelaku pemukulan oleh oknum anggota TNI terhadap sejumlah
masyarakat daerah Aceh di gedung KNPI Lhokseumawe, Aceh Utara, di antaranya
pemecatan seorang Pamen yakni Mayor Bayu yang terlibat langsung dalam kasus
pemukulan tersebut.
Menyinggung soal penarikan pasukan Kostrad dan Kopassus
dari Aceh, Gaffar, menyebutkan bahwa tidak ada pasukan Kostrad dan Kopassus di
Aceh saat ini, yang ada hanya pasukan non-organik yang membantu tugas pengamanan
proyek-proyek vital di sana.
"Sekarang hanya tinggal tentara di
Koramil-Koramil yang tempatnya jauh terpencil, bahkan mereka bersama keluarganya
sering diancam oleh kelompok GAM. Ini juga harus mendapat perhatian dalam
penegakkan HAM di daerah ini," ucapnya.
Pangdam-I/BB itu juga mengakui,
banyak istri dan anak-anak prajurit TNI/Polisi yang bertugas di Aceh dipindahkan
ke luar Aceh guna mencegah kemungkinan ancaman keselamatan jiwanya. "Kita hanya
berharap keberanian moral prajurit TNI yang bertugas di Aceh untuk tidak
mengirim keluarganya keluar Aceh," tutur Gaffar, tanpa menyebutkan jumlah
keluarga anggota TNI yang meninggalkan Aceh karena faktor keamanan.
(ant)