Sudah pernah dengar Republik Islam Aceh?

CONTENTS

"Abu Geudong" [geudong@yahoo.com]

Date: Mon, 15 May 2000 00:45:02 +0800
Siaran Pers - 10 Safar 1421H/14 Mei 2000M

Biro Informasi dan Komunikasi
REPUBLIK ISLAM ACEH

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

Tanggapan RIA Terhadap Nota Kesepahaman mengenai Jeda Kemanusiaan
antara Pemerintah Republik Indonesia dan ASNLF


Republik Islam Aceh (RIA) dengan ini menyatakan bahwa kami menyambut Nota Kesepahaman (NK) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Acheh Sumatra National Liberation Front/Gerakan Aceh Merdeka (ASNLF/GAM) dengan penuh rasa keprihatinan. Perlu kami tegaskan bahwa kami menyambut baik setiap usaha yang bertujuan untuk mengembalikan kedamaian dalam kehidupan masyarakat Aceh. Namun ada beberapa hal yang perlu dicatat mengenai NK tersebut, dan hal-hal inilah yang menimbulkan keprihatinan kami.

Pertama, NK itu tidak memuat kesepakatan apapun mengenai target-target apa yang akan dicapai dalam "jeda kemanusiaan" ini, serta tidak ada kerangka waktu yang harus dikejar dalam mencapai target itu. Kami memandang perlu agar target-target itu seharusnya tercantum dengan jelas dalam NK, dan disebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat Aceh. Hal ini disebabkan karena tanpa adanya target dan kerangka waktu yang jelas, maka NK ini hanya akan menjadi akrobat politik, sementara korban dari kalangan sipil terus berjatuhan di Aceh. Kami perlu sekali mengingatkan bahwa kedua belah pihak yang menandatangani NK inilah yang justru sedang menjadi "mesin pembunuh" yang mengakibatkan masyarakat sipil terkorbankan. Tanpa adanya target yang jelas dan kerangka waktu yang tegas, NK ini hanya akan menjadi saksi bagi kelanjutan pertumpahan darah di kalangan sipil.

Kedua, NK ini dibuat oleh dua pihak selama ini dikenal memiliki senjata, yaitu Pemerintah RI dan ASNLF/GAM. Korban-korban di kalangan masyarakat sipil, boleh dikatakan, hanya disebabkan oleh salah satu dari kedua pihak ini. Kami ingin mengungkapkan kekhawatiran kami bila NK ini nantinya juga menjadi awal bagi dilupakannya pengusutan terhadap praktek-praktek kekejaman terhadap warga sipil yang telah dilakukan oleh anggota militer kedua belah pihak. Kedua belah pihak TELAH melakukan kekejaman militer terhadap warga sipil di Aceh. Dan kami ingin mengingatkan kepada semua kalangan terutama kepada seluruh masyarakat Aceh agar tetap menuntut pengusutan terhadap kekejaman-kekejaman tersebut.

Ketiga, NK ini ditandatangani bersama oleh Duta Besar RI dan Zaini Abdullah. Kami menyatakan keraguan kami apakah kedua tokoh yang menandatangani NK ini benar-benar mewakili kalangan militer yang berkonflik di Aceh. Sekalipun Presiden RI tampaknya telah dapat menguasai semua kelompok yang ada di dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia, masih tetap tidak ada jaminan bahwa tidak ada petinggi militer yang "bermain sendiri" di Aceh. Keadaan yang lebih parah terjadi di tubuh ASNLF/GAM. Sejauh mana komando dari pimpinan tertinggi ASNLF/GAM akan ditaati oleh prajurit mereka di hutan masih menjadi tanda tanya besar.

Dalam hal ini kami ingin mengingatkan apa yang telah terjadi di Filipina Selatan, ketika Nur Misuari (mewakili MNLF) mengadakan perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina. Salah satu butir perjanjian itu adalah bahwa seluruh pasukan MNLF diminta menyerahkan senjatanya kepada Nur Misuari untuk diteruskan kepada pemerintah Filipina. Sebagian besar pasukan MNLF menolak menyerahkan senjatanya kepada Nur Misuari karena senjata itu bukan milik MNLF. Nur Misuari dan MNLF tidak pernah membawa pulang senjata ke Filipina Selatan. Senjata yang ada di tangan mujahidin Mindanao adalah hasil jerih payah mereka sendiri, bekerja mengumpulkan uang di luar negeri, kemudian dibelikan senjata di pasar gelap. Satu pucuk senjata itulah yang mereka beli sendiri, kemudian mereka pakai sendiri dalam perjuangan menegakkan Islam di Mindanao. Ketika Nur Misuari memerintahkan agar senjata itu diserahkan, sudah pasti mereka tidak mau.

Hasan Tiro sebagai pucuk pimpinan ASNLF/GAM boleh dibilang tidak pernah membawa pulang senjata ke Aceh, apalagi Zaini Abdullah. Sebagian terbesar dari senjata yang dipegang oleh prajurit GAM adalah hasil jerih payah mereka sendiri, dibeli dengan uang mereka sendiri, baik itu dari pasar gelap di luar negeri, ataupun dari kalangan TNI sendiri. Kami ingin mengungkapkan kekhawatiran kami bahwa tingkat terbawah dari struktur militer kedua belah pihak tidak mentaati jeda kemanusiaan ini.

Kekhawatiran kami sedikit banyak sudah terbukti dengan adanya sedikitnya dua peristiwa kekerasan yang terjadi sehari setelah penandatanganan NK. Kejadian pertama adalah kontak senjata antara GAM dan TNI di Geudumbak Kecamatan Jambo Aye Aceh Utara yang menyebabkan beberapa warga sipil cedera. Insiden kedua adalah pelemparan granat di pusat kota di dekat Hotel Kartika Banda Aceh. Kami berharap agar kedua insiden ini hanyalah ekses dari keterlambatan kedua belah pihak dalam mensosialisasikan jeda kemanusiaan ini ke tingkat paling bawah dalam hirarki militer masing-masing, agar tidak ada lagi korban yang jatuh di kalangan warga sipil.

Dalam kesempatan ini kami ingin menyerukan kepada semua pihak, terutama kepada pemerintah RI, agar penyelesaian permasalahan yang ada di Aceh diserahkan sepenuhnya kepada rakyat Aceh. Kami menyerukan kepada semua komponen masyarakat Aceh untuk duduk bermufakat, untuk menentukan sendiri masa depan Aceh. Kami menyatakan dukungan kami, dan meminta seluruh komponen masyarakat Aceh untuk ikut mendukung dan menyukseskan Kongres Rakyat Aceh (KRA). Kami juga mengutuk bentuk-bentuk intimidasi yang dilakukan oleh semua pihak - di antaranya adalah pembakaran rumah Tgk. Syech Syamaun Risyad - yang berupaya menggagalkan KRA.

Kami juga ingin mengingatkan kepada seluruh komponen masyarakat Aceh untuk selalu berpegang teguh kepada risalah Islam. Janganlah kita melupakan sejarah kita, bahwa Bangsa Aceh tampil sebagai bangsa pejuang adalah karena mereka selalu berpegang teguh kepada jalan jihad sebagai garis perjuangan. Setiap penyimpangan dari kesucian jalan jihad hanya akan membawa kehinaan kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Semoga Allah menurunkan pertolongannya kepada bangsa Aceh.

Wallaahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq.


Demi tegaknya kalimat Allah di bumi Aceh,
Biro Informasi dan Komunikasi
REPUBLIK ISLAM ACEH
ttd
Abu Geudong
geudong@yahoo.com


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


Source : birojkt@hidayatullah.com [birojkt@hidayatullah.com]