From: "Syahbuddin Abdurrauf" [abdurrauf.syahbuddin@swipnet.se]
Date: Sun, 13 Jun 1999 23:43:21 +0200
Siaran pers: MB-GAM EROPA
MARKAS BESAR GAM EROPA
P.O.BOX: 2084
145 02 NORSBORG, SWEDEN
FAX: 00-46-8531 88 460
UNTUK KESELAMATAN ACEH DARI BENCANA,
TNI HARUS KELUAR DARI TANAH SERAMBI MEKAH
Dengan semakin banyaknya pasukan militer rezim Jakarta menyerbu Tanah
Aceh, kehidupan dan penghidupan rakyat semakin tertekan. Sekarang penduduk
baik di kota-kota maupun di kampung-kampung jauh ke pedalaman Aceh,
semakin hilang rasa amannya dan semakin me rasa sangat terancam jiwanya.
Dengan dalih untuk "mengamankan pemilu", diiringi penyebaran desas-desus
"pecah perang", serdadu-serdadu berseragam TNI dari berbagai jenis pasukan
yang berwatak kriminal itu dengan senjata berat bahkan memakai panser
memasuki kampung-kampung, untuk menak ut-nakuti rakyat supaya mendaftarkan
diri sebagai pemilih dan supaja mendatangi tempat-tempat kotak suara untuk
mencoblos kartu pemilihan. Disamping itu, untuk mencari anggota intel TNI
yang hilang dihukum massa karena kebrutalan dan keganasannya, dan unt uk
memburu yang difantasikan "Gerombolan Pengacau Liar", serdadu-serdadu TNI
itu secara biadab menerobos masuk rumah-rumah penduduk, mengobrak-abrik
isi rumah, merampok barang-barang didalamnya, menganiaya, menculik,
menangkap dan menembak orang yang dicu rigai bahkan tidak sedikit rumah
yang dibakar. TNI juga menggerakkan pasukan siluman dari kalangan
Kopassus atau dari anasir status-quo yang dikenal sebagai provokator,
untuk membuat kekacauan dan kepanikan masyarakat dengan gerakan-gerakan
pembakaran ka ntor-kantor kecamatan, gedung-gedung sekolah dan bus-bus
umum. Dengan demikian serdadu-serdadu penyerbu itu mengancam ketentraman
kerja pegawai negeri, memporakporandakan bidang pendidikan dan pengajaran
serta melumpuhkan transportasi diseluruh Aceh.
Keadaan yang menyeramkan itu, menyebabkan rakyat Aceh di hampir semua
kabupaten Aceh mengosongkan kampungnya dan berduyun-dujyun mengungsi ke
kota atau tempat-tempat yang dirasa agak aman, menumpang di mesjid-mesjid
atau mendapat tampungan di sekolah-seko lah, dan lain-lainnya. Meunurut
siaran Sentral Informasi Referandum Aceh (SIRA) 10 Juni yl, jumlah
pengungsi telah mencapai 70.000 orang. Akibat daripadanya, tanaman yang
siap dipanen terpaksa ditinggalkan terbengkalai, sementara itu penyakit
pun mulai m erambat ke tengah-tengah mereka, sedangkan kalangan medis
berusaha menolong dan merawat mereka, posko-posko kesehatan telah dibangun
dilokasi pengungsi, tetapi karena kekurangan obat-obatan dan sarana
kesehatan lainnya, maka jatuhnya korban yang meninggal pun sudah mulai.
Ada apa di balik arus pengungsian dan apa yang akan terjadi di Aceh?
Sudah merupakan suatu sistem tentara agresor, baik yang terjadi di dunia
maupun di Nusantara ini. Di Jogoslavakia, ras Serbia menciptakan suasana
teror untuk membuat rakyat Kosovo Albania meninggalkan kampung dan
negerinya, sehingga dengan mudah wilayah Kosovo mau dijadikan sepenuhnya
milik serbia. Di Timor Timur, penduduk secara paksa dipindahkan dari
kampung-kampung di pedalaman ke barak-barak yang dibuat ABRI/TNI di tepi
jalan besar. Dengan cara itu rezim lalim Jakarta mau memisahkan rakyat
Timor Timur dari gerakan kemerdekaan dan kekuatan bersenjatanya Fretilin.
Bersamaan itu mereka masukkan kaum transmigrasi dari Jawa, Bali. Susunan
tata adat kehidupan maupun struktur adat pedesaannya dirombak dan
dijawanisasikannya. Selain itu, kita juga harus in gat pengakuan yang
pernah dibuat Jenderal ABRI Yoga Sugama, bahwa untuk menumpas PKI pada
tahun 1965-1966, ABRI mengorganisasi berbagai kekuatan kriminal dan
gerombolan liar, antara lain bekas-bekas DI/TII di Jawa Barat. Di Aceh
sekarang dengan strategi yang sama seperti dilakukan ras Serbia terhadap
Kosovo Albania dan seperti yang dipraktekkan rezim Jakarta dan TNInya di
Timor Timur, di aceh sedang diciptakan siasat yang lebih "halus". Mereka
mengorganisasi gerombolan provokator untuk mebuat huru-hara dan suasana
tak aman di kampung-kampung, sehingga penduduk terpaksa mengungsi ke kota.
TNI berkhayal, dengan cara ini mereka mau mengontrol massa dan mau
memisahkannya dari gerakan memperjuangkan referandum dan Gerakan Aceh
Merdeka. Rakyat Aceh dibuat se makin tergencat jiwanya ke dalam suasana
trauma yang lebih parah. Dengan siasat busuk itu, rezim Jakarta dan TNInya
ingin mencapai strategi menguasai Aceh secara mutlak dan menempatkan
rakyat Aceh sebagai budak di tanah airnya sendiri.
Berdasarkan itu, kami menghimbau segala lapisan masyarakat Aceh di Tanah
Aceh dan di perantauan, marilah bersama-sama kita selamatkan Aceh kita
yang mempunyai tradisi sejarah yang gemilang dan buminya yang kaya raya.
Marilah kita menyumbang apa yang dap at kita sumbangkan, baik moril atau
semangat dan material kepada saudara-saudara kita yang sekarang menjadi
pengungsi di Tanah Aceh. Mereka memerlukan obat-obatan, bahan makanan,
pakaian dan sarana-sarana lainnya. Salurkanlah itu melalui badan-badan
kem asyarakatan seperti Palang Merah Nasional/Internasional, LSM,
organisasi mahasiswa Aceh atau organisasi lainnya yang selama ini sangat
bersimpati kepada rakyat Aceh yang ditindas oleh rezim Jakarta dan TNInya.
Kami dari Markas Besar Gerakan Aceh Merdeka menghimbau saudara
Prof.Dr.Syamsuddin Mahmud, Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Aceh untuk
membuat satu kebijaksanaan untuk mengatasi musibah yang menimpa bangsa
kita Aceh ini. Kami memandang Saudara Gubernur ser ta pejabat-pejabat
dibawahnya (bupati-bupati, camat-camat dan kepala desa-kepala desa) adalah
putera-putera Aceh, yang memiliki jati diri bangsa Aceh. Ini berarti dalam
menjalankan tugas Saudara selaku kepala daerah di tingkat masing-masing,
pertama-tama dan terutama tentu demi kepentingan rakyat dan tanah Aceh
serta selalu mengindahkan tuntutan wajar dan rasional rakyat Aceh. Hanya
dengan djiwa dan sikap seperti itu, barulah seorang pejabat akan dicintai
dan didukung oleh rakyatnya. Jika anda dapat mer ingankan langkah
menjenguk serdadu TNI penyerbu Aceh yang dirawat di rumah sakit, tentu
Saudara akan lebih merasa berkewajiban dan berkebajikan untuk mengunjungi
tempat-tempat pengungsian penduduk bangsa kita sendiri yang telah
dibencanakan oleh TNI rezim Jakarta.
Himbauan ini juga kami sampaikan kepada para perwira dan perajurit TNI
asal bangsa Aceh. Janganlah menyarangkan peluru Anda ke tubuh bangsa
Anda, saudara Anda - orang Aceh. Bukankah peluru, bedil, pakaian, makanan,
perumahan Anda itu, hasil cucuran kerin gat dan pajak dari bangsa kita itu
juga asalnya?
Dalam suasana seperti sekarang, rakyat akan melihat, apakah Anda bangsa
Aceh yang duduk dalam pemerintahan RI atau menjadi anggota TNI, berdiri di
pihak rakyat Aceh dan berbicara menurut bahasa nurani bangsa Aceh, ataukah
sebaliknya, mengikuti gemuruh gen derang perang rezim Jakarta dan TNInya.
Dengan rasa cinta dan tanggung jawab kepada rakyat, bimbing dan
lindungilah para pengungsi itu dan bawalah kembali mereka ke kampungnya
dengan jaminan keamanan dari Anda. Mari kita bekerjasama demi tanah Aceh
dan ba ngsa Aceh!
Marilah bangsa Aceh, bersatu padu, tolong menolong, membulatkan tekad
untuk membela tanah air warisan Endatu kita, berjuang dengan cara damai,
menuntut referandum untuk kemerdekaan dan kedaulatan Aceh.
Rakyat Aceh dapat menyelamatkan dan mengamankan tanah airnya sendiri,
untuk itu kita menuntut rezim Jakarta segera menarik semua pasukannya dari
bumi Aceh!
Nasib Aceh ditentukan oleh bangsa Aceh sendiri!
Stockholm, 13 Juni 1999.
MB-GAM EROPA
|