Di dalam melakukan segala aktivitas, ajaran Islam menyuruh
umatnya untuk senantiasa memperhatikan tiga hal pokok, agar akhir dari
aktivitas itu adalah kebaikan. Kebaikan itu baik untuk dirinya maupun
bagi masyarakat secara keseluruhan, baik di dunia ini maupun di akhirat
nanti. Amal saleh yang sangat dicintai Allah SWT yang akan melahirkan
kecintaan sesama manusia, adalah amal yang merangkum tiga hal tersebut,
yang pada akhirnya akan mewujudkan kehidupan yang baik di dunia, dan
balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, kelak kemudian hari.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: Barangsiapa yang beramal
saleh, laki-laki ataupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka akan
Kami berikan kehidupan yang baik baginya, dan akan Kami balas mereka
dengan pahala yang lebih baik dari amal perbuatan mereka. (QS 16:
97).
Bagi seorang Muslim yang bertauhid dan yang yakin akan pembalasan
dari Allah SWT, tidak akan mungkin menghalalkan segala macam cara untuk
mencapai sesuatu tujuan, apalagi tujuan yang sifatnya pragmatis dan
sesaat, seperti materi, jabatan ataupun kedudukan. Tidak mungkin seorang
Muslim melakukannya sambil memfitnah lawan-lawannya apalagi sesama
Muslim, menyebarkan isu dan berita bohong, mengancam dengan tindakan
kekerasan, menghasut masyarakat banyak yang tidak tahu-menahu untuk
berpihak kepadanya.
Rasulullah saw bersabda, ''Seorang Muslim tidak boleh menzalimi,
mendustakan, serta menghina dan merendahkan martabat sesamanya. Kemudian
Rasulullah saw menunjuk dadanya sambil berisyarat bahwa takwa itu ada di
sini, yang memberikan pengertian bahwa sangat buruklah Muslim yang
merendahkan martabat Muslim lainnya,'' (HR Bukhari-Muslim).
Jika seseorang mengaku sebagai Muslim, apalagi sebagai tokoh yang
seharusnya perilakunya menjadi suri teladan yang lainnya, kemudian
perilaku politiknya sangat bertentangan dengan akhlak dan etika Islami,
seperti menghujat, memfitnah, berkhianat, mengadu domba, memprovokasi
massa untuk melakukan tindakan kekerasan dan perusakan, maka sama dengan
ingin melepaskan imannya yang ada di dalam kalbunya, persis seperti
terlepasnya anak panah dari busurnya. Bahkan, Alquran menyebutnya
sebagai perilaku nifak dan kemunafikan.
Firman Allah SWT: Dan apabila orang itu berpaling, ia berjalan di
muka bumi untuk membuat kerusakan, merusak tanaman dan binatang ternak,
padahal Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan
kepadanya: bertakwalah kepada Allah, maka bangkitlah kesombongannya
dalam berbuat dosa ... (QS 2:205-206).
Kita berdoa kepada Allah SWT, mudah-mudahan perilaku politik para
elite partai politik kita, lebih mengedepankan nilai-nilai
akhlakul-karimah, sehingga bisa memberi contoh kepada masyarakat.
Wallahu a'lam bis-shawab.