Komisi Independen Aceh Tolak Intervensi Militer

CONTENTS

BERITA UTAMA WASPADA

RABU, 15 SEPTEMBER 1999
_________________________________________________________________


Komisi Independen Aceh
Tolak Intervensi Militer

BANDA ACEH (Waspada): Sejak dua bulan terbentuk, Komisi Independen Pengusutan Tindak Kekerasan Aceh telah berhasil mendata 7.580 kasus masa dan paska DOM di Aceh, ungkap Ir A.Gani Nurdin khusus kepada Waspada di Banda Aceh Selasa 50 (14/9). Angka pelanggaran HAM tersebut, kata Ketua Tim Testimoni (kesaksian) Komisi Independen, ini jumlahnya bisa bertambah dua kali lipat karena data yang dikumpulkan baru 50 persen.

Direktur Yadesa Aceh yang ditemui saat menjelang dilakukan rapat Intern Komisi Independen di Hotel Sultan menyebutkan, sebanyak 7.580 kasus pelanggaran HAM itu sudah dibawa pulang ke Sidang pleno II, tanggal 22 Agustus lalu di Jakarta.

Dalam pleno tersebut, kata dia, para peserta menyepakati untuk menyeleksi ribuan data dan bukti pelanggaran HAM dan tindak kekerasan dibagi menjadi enam bagian penting, yaitu tiga kasus dalam kategori pelanggaran masa DOM dan tiga kasus paska DOM. Khusus semasa DOM, jelas Gani Nurdin, prioritas utama kasus perkosaan. Sedangkan paska DOM yaitu kasus pembantaian terhadap Tgk Bantaqiah beserta pengikutnya, kasus Simpang KKA dan kasus Idi Cut, Aceh Timur.

Menurut dia, data tersebut akan diserahkan kepada Komisi Verifikasi yang diketuai Prof Dr H.Hakim Nyak Pha, SH, DEA. "Kita besok akan melakukan Pleno III, disini, sekaligus menyerahkan data tersebut," katanya.

Sedangkan untuk melengkapi data hasil pengumpulan TIm Testimoni, kata Gani Nurdin, masih akan dilengkapi dengan terjun ke lapangan oleh Tim Verifikasi.

Rencananya, kata dia, Tim Verifikasi akan terjun ke lapangan 17 September mendatang yaitu ke Beutong Ateuh, Aceh Timur, Aceh Utara dan Pidie.

Kemudian hasil Tim Verifikasi yang diperkirakan berlangsung 2 pekan itu, akan diserahkan kepada Tim Pengusutan. "Data yang diberikan nanti merupakan fakta dan bukti yang otentik." Prof. Hakim Nyak Pha di tempat yang sama kepada Waspada menyatakan, dari bukti dan data yang sudah cukup lengkap itu, tim pengusutan dan menindaklanjuti dan sekaligus membuat berita acara yang kemudian diserahkan kepada instansi terkait, yaitu kepolisian, kejaksaan maupun POM.

Guru Besar dan pakar hukum Unysiah ini menambahkan, kerja tim Independen mempunyai tiga misi besar. Pertama, mengangkat kasus ke permukaan yang berdampak langsung kepada masyarakat, kedua membuat buku putih segar sejarah tidak dikarang tetapi ditulis dan terakhir sebagai informasi bagi dunia internasional.

Tolak intervensi

Sebelumnya A Gani Nurdin yang dikenal sebagai dedengkot HAM Aceh menyatakan, Tim independen menolak dengan tegas intervensi yang dilakukan pihak TNI. "Kita bekerja tetap berpedoman kepada Kepres Nomor 88/1999," tegas Gani Nurdin, yang membantah bahwa tim ini bakal bekerja tindak independen.

Dia juga menyebutkan, Jenderal Wiranto pernah mengusulkan agar Tim Independen hanya melakukan pngusutan terhadap pelanggaran HAM di Aceh paska DOM. "Usul boleh saja, tetapi kita tetap menolak adanya intervensi dan tim sudah sepakat untuk mengusut pelaku pelanggaran HAM semasa dan paska DOM," katanya.

Bagaimana jika hasil tim independen tidak ditindaklanjuti? "Kita akan mempersoalkan kasus pelanggaran HAM di Aceh kepada dunia internasional," demikian A Gani Nurdin.

Dalam rapat intern yang tertutup bagi kalangan wartawan kemarin di Sultan Hotel, langsung dipimpin oleh Ketua Komisi Independen Amran Zamzamy dan diikuti 26 anggota dan Rabu (hari ini) telah diagendakan sidang pleno III. Untuk sidang pleno itu dilakukan setiap 2 minggu sekali. Sedangkan sisa waktu yang tersedia untuk mengungkap kasus Aceh tinggal empat bulan lagi. (B06/B08)
_________________________________________________________________

Kedubes AS Kumpul Data
Aceh Dan Penyelesaiannya

BANDA ACEH (Waspada): Kedubes Amerika Serikat mengumpulkan informasi tentang Aceh, dan penyelesaiannya. Staf bidang politik Kedubes negara adi daya ini mengutus pakarnya Ian McCarry datang ke Banda Aceh, Selasa (14/9) sampai Kamis (16/9).

McCarry, turunan Syria dan muslim, menanyakan keadaan para pengungsi di daerah ini dalam pertemuannya dengan Gubernur Aceh Prof. Syamsuddin Mahmud di Meuligou Selasa (14/9). McCarry pertanyakan pula pada Pak Syam ihwal para pengungsi yang sudah balik ke desa namun kembali lagi ke lokasi, seperti penduduk Tangse yang kembali ke Masjid Abu Daud Beureueh di Beureunen, Pidie.

Demikian pula McCarry minta penjelasan pada Pak Syam tentang bantuan perkapita yang disumbangkan untuk para pengungsi itu. Selain itu dalam percakapan berbahasa Inggeris dengan Pak Syam,Ian bertanya pula tentang tragedi penembakan penduduk yang unjuk rasa ke Mapolres Aceh Selatan.

Dalam temu silaturrahmi tersebut, Gubernur Syamsuddin Aceh dengan peristiwa di Timtim. Menurut Pak Syam penyelesaian masalah Aceh lebih rumit ketimbang Timtim, karena para pelakunya tidak jelas. Dalam temu ramah itu Pak Syam didampingi staf, di antaranya Ka. Humas Setwilda Aceh Drs. T. Pribadi dan Kadis Pariwisata Aceh Drs. H. Ramli Dahlan.

Staf Bidang Politik Kedubes AS ini Rabu (15/9) berkunjung ke Kab. Pidie dan menjenguk para pengungsi di Masjid Abu Daud Beureueh Beureunuen. Mckerry akan kembali ke Jakarta Kamis (16/9) dan berjanji pada Gubernur akan melaporkan temuannya pada atasannya di Ibu Kota, dan acara penyelesaiannya. (b03)