Info Ekonomi & Investasi > Para Kampiun Penggerak New Economy di Indonesia               

 

Hasil survei Warta Ekonomi terhadap 100 perusahaan besar menunjukkan bahwa ada sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT yang terbukti sangat meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, harus diakui bahwa peningkatan produktivitas itu tak bisa lepas dari peran sejumlah orang kunci, key person, yang mengintrodusir tools tersebut. Mereka ini patut disebut sebagai kampiun-kampiun penggerak new economy Indonesia. Siapa saja mereka ?

Sebut penemuan-penemuan besar dunia yang sangat bermanfaat bagi dunia bisnis. Tentu saja itu bisa banyak sekali. Misalnya, penemuan alat transportasi yang membuat perpindahan dari satu titik ke titik lainnya menjadi lebih baik dan lebih cepat, mulai dari kapal, mobil, kereta api, hingga pesawat terbang. Atau juga bisa penemuan alat komunikasi yang lebih baik, mulai dari telegram, telepon tetap (fixed telephone), hingga telepon selular (handphone).

 

Namun, pada zaman sekarang ini penemuan alat kerja yang lebih baik, mulai dari mesin, komputer mainframe, hingga komputer PC (personal computer), merupakan penemuan besar yang begitu penting bagi dunia bisnis. Bahkan mungkin lebih dahsyat dampaknya dibanding penemuan-penemuan besar lainnya. Penemuan mesin, misalnya, merupakan awal dari era revolusi industri. Sementara itu, penemuan komputer mainframe merupakan awal dari era revolusi digital.

 

Penemuan mobil, pesawat terbang, dan telepon memang sangat bermanfaat bagi dunia bisnis. Akan tetapi, revolusi yang ditimbulkannya relatif berjalan dalam rentang waktu yang panjang. Jadi, bisa dibilang tidak cukup revolusioner dalam mengubah cara berbisnis. Sebaliknya, kemajuan pesat di bidang teknologi informasi (TI), seperti hadirnya internet, bisa dibilang banyak mengubah cara berbisnis dalam rentang waktu yang relatif pendek. Semenjak dimanfaatkannya internet untuk transaksi perdagangan, TI benar-benar merevolusi cara bisnis yang lama. Hal ini terutama terjadi di tahun 1995, ketika amazon.com mulai membuka penjualan buku lewat internet.

 

Era ini kemudian mencapai puncaknya pada kurun 1998-2000 ketika bertumbuhan perusahaan-perusahaan dotcom, seperti priceline.com, yahoo.com, eBay.com, buy.com, dan eToys.com. Perusahaan-perusahaan baru ini menciptakan kondisi istimewa, di mana perusahaan besar yang sudah mapan harus menemukan dirinya tersaingi oleh mereka yang menggunakan cara atau teknologi baru dan sampai mengancam eksistensi bisnisnya. Pada saat ini pula hadirnya era new economy atau ekonomi baru mulai disebut-sebut.

 

Cara baru berbisnis perusahaan-perusahaan dotcom ini sangat berarti karena benar-benar mengancam eksistensi pelaku bisnis yang bertahan dengan menggunakan cara-cara konvensional dan tak mau merevolusi dirinya. Ini yang membedakan dengan peta bisnis di masa lalu. Penemuan-penemuan penting yang lain justru kebanyakan memperbesar bisnis para pelaku bisnis yang sudah mapan, karena hanya perusahaan-perusahaan besar yang mampu membeli penemuan-penemuan baru pada zamannya.

 

Akan tetapi, pada tahun 2000, banyak perusahaan dotcom yang kemudian berguguran. Ini karena terlalu bernafsunya para pemilik modal mendorong perusahaan-perusahaan dotcom menjadi primadona di bursa saham. Para pemilik modal ini memang bertujuan mencari perusahaan-perusahaan dotcom sebagai tempat penanaman modal dengan tingkat pengembalian sebesar mungkin dan dalam waktu sesingkat mungkin. Namun, kemudian mereka menjadi sangat memuja perusahaan-perusahaan dotcom ini sebagai bisnis masa depan, sehingga akhirnya menjadi tidak realistis lagi.

 

Usai dotcom crash tahun 2000 itu, bukan berarti minat perusahaan-perusahaan (besar ataupun kecil) untuk menerapkan TI menjadi surut. Ini disebabkan, disadari atau tidak, TI dipandang tetap bisa memberi manfaat besar bagi perusahaan-perusahaan. Apa yang dimaksud dengan manfaat besar di sini?

 

Jika hendak melihat manfaat TI yang memang memiliki dampak langsung terhadap perkembangan perusahaan, barangkali itu bisa difokuskan pada hal-hal yang paling banyak mempengaruhi produktivitas perusahaan. Dalam hal ini adalah pengaruhnya pada penurunan biaya perusahaan, seperti penurunan biaya interaksi dan biaya transaksi. Bukan tak mungkin juga pengaruhnya terjadi pada peningkatan skala bisnis, seperti peningkatan penjualan produk perusahaan. Tegasnya, TI dipandang bisa meningkatkan produktivitas perusahaan.

 

Dengan cara pandang seperti itu, kini pengertian era new economy pun bergeser pada hadirnya praktek baru berbisnis yang lebih efisien dan efektif dengan menggunakan sarana atau tools berbasiskan TI. Menurut Ridwan Prasetyarto, CEO perusahaan pembuat portal perangkat lunak eBdesk, setelah terjadinya dotcom crash, muncul pemikiran bahwa semua penerapan TI itu sebaiknya dikembalikan kepada urutan yang wajar. Artinya, penerapan TI selayaknya dilakukan terlebih dahulu di internal perusahaan, supaya perusahaan lebih efisien dan efektif. 'Itu bisa dimulai dari dilakukannya kolaborasi internal perusahaan seperti mulai menggunakan e-mail,' ujar Ridwan. Kemudian perusahaan dapat menerapkan aplikasi e-business perusahaan seperti ERP (enterprise resources planning) dan membangun dengan benar website resmi perusahaan. Setelah pondasi itu siap, barulah perusahaan dapat melakukan transaksi bisnis dengan perusahaan lain (business to business, B2B) atau dengan customernya (business to consumer, B2C) yang berjalan seamless dan tanpa sekat dengan menggunakan sarana atau tools berbasiskan TI untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas yang lebih besar lagi.

 

Pengertian sarana atau tools berbasiskan TI di sini bukan mengarah pada sekadar penyebutan berbagai produk TI dan berbagai mereknya. Artinya, tidak menyebut merek-merek produk perangkat keras (hardware), seperti komputer server, notebook, tablet PC, maupun merek-merek berbagai produk perangkat lunak (software). Dengan pengertian seperti itu, spektrum sarana atau tools itu bisa sangat beragam. Ia bisa berupa aplikasi e-business, website, e-mail, aplikasi B2B, aplikasi B2C, messenger/chatting, internet banking, e-learning, aplikasi GIS (Geographic Information Systems), dan sebagainya.


Kemudian karena saat ini kemajuan di bidang TI makin sulit dipisahkan dengan kemajuan di bidang telekomunikasi, maka pengertian sarana atau tools bisa diperluas menjadi berbasiskan ICT (information and communication technology). 'Saat ini di dunia memang ada kecenderungan konvergensi antara produk telekomunikasi dan produk TI,' ujar M. Iqbaly Noor, chief of strategic alliances eBdesk. Dengan perluasan pengertian ini, spektrum sarana atau tools itu makin beragam lagi, mulai dari SMS (short message service), VoIP (voice over internet protocol), mobile banking, mobile commerce, call center, aplikasi multimedia, aplikasi GPS (Global Positioning Systems), dan sebagainya.

Bahkan pada prakteknya sekarang ini, tools atau sarana itu cenderung tidak lagi memberikan manfaat ke produktivitas perusahaan secara terpisah-pisah. Dengan kata lain, saat ini ada kecenderungan kolaborasi atau integrasi atau penggabungan penggunaan sederet perangkat TI itu untuk memberikan manfaat yang lebih besar lagi atau memberikan tingkat produktivitas yang lebih tinggi lagi bagi perusahaan. Pemikiran ini sejalan dengan kecenderungan pemikiran para pemasok produk TI sendiri, seperti Microsoft, SAP, Oracle, Computer Associates, dan Baan. Mereka sekarang ini berkonsentrasi pada pembuatan produk TI berbasis internet, terintegrasi antaraplikasi, dan terintegrasi antarperusahaan.

 

Sepuluh Tools Peningkat Produktivitas


Hanya saja, lalu permasalahan utama yang dihadapi oleh para pelaku bisnis sekarang adalah bagaimana menilai besarnya manfaat atas sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT. Mereka ingin mengetahui seberapa besar sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT yang ada sesungguhnya bisa meningkatkan produktivitas perusahaan. Ini penting agar tak sembarangan berinvestasi ICT. 'Para pemimpin perusahaan menginginkan keseimbangan antara pengeluaran di bidang TI dan manfaat yang dipetik tahun 2003 ini,' kata Peter Ong, presiden i2bc (Indonesia Infocosm Business Community).

 

Untuk itulah Warta Ekonomi mencoba berinisiatif memberikan gambaran umum tentang besarnya manfaat dari sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT menurut perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menggunakannya. Manfaat yang diukur terutama adalah besar tidaknya pengaruh pemakaian sarana atau tools itu bagi peningkatan produktivitas perusahaan-perusahaan bersangkutan. Dengan kata lain, kami mencoba menemukan nilai bisnis (business value) yang diperoleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dari sarana atau tools berbasiskan ICT yang mereka pakai.

 

Cara yang kami jalankan adalah dengan melakukan survei kepada 100 perusahaan besar di Indonesia yang menggunakan sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT. Perusahaan besar yang disurvei di sini adalah perusahaan yang mempunyai jumlah karyawan kurang lebih sebanyak 500 orang. Seratus perusahaan ini mewakili sembilan sektor usaha, yaitu sektor perbankan/keuangan, manufaktur, distribusi, ritel, otomotif, jasa, transportasi, pertambangan, dan health care.

 

Diharapkan, hasil survei kami ini bisa menjadi referensi atau acuan bagi perusahaan-perusahaan untuk mengetahui besar kecilnya manfaat sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT, sebagaimana yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar di sini. Di samping itu, hasil survei ini bisa menjadi bahan pertimbangan perusahaan-perusahaan lain dalam melakukan investasi di bidang ICT.

 

Hasil survei kami ini menunjukkan ada sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT yang paling banyak dipakai di 100 perusahaan besar di Indonesia dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Sejumlah sarana atau tools itu adalah platform operating system, e-mail perusahaan, web browsing, website perusahaan, search engine, intranet, solusi e-business (ERP, SCM, dan CRM), call center, online chatting atau messenger, SMS, VoIP, online transaction, e-learning, mobile commerce, atau mobile banking. (Paparan lebih lengkap tentang bagaimana survei dilakukan dan hasil survei Warta Ekonomi itu bisa dibaca di artikel tentang 'Metodologi Riset'.)

 

Beberapa pemimpin perusahaan besar di Indonesia umumnya membenarkan bahwa serangkaian sarana (tools) berbasiskan ICT yang diunggulkan banyak perusahaan itu memang merupakan sarana atau tools yang besar peranannya dalam meningkatkan produktivitas perusahaannya. Misalnya, Yani Rodyat, direktur Grup Medco, mengatakan bahwa perangkat ICT sangat berpengaruh bagi dirinya dalam mengelola perusahaan. 'Pasti ICT sangat membantu saya dalam mempercepat pengambilan keputusan dan penyampaian informasi,' ujarnya kepada Warta Ekonomi.

 

Menurut Yani, sarana atau tools seperti aplikasi e-business berupa ERP yang sudah diterapkan di Grup Medco selama setahun ini terbukti berperan penting dalam mendukung kelancaran jalannya bisnis mereka. Ini terutama mengingat beragamnya bisnis Grup Medco, mulai dari pertambangan dan energi, hotel, makanan, hingga agrobisnis. Apalagi banyak anak perusahaan Grup Medco yang tersebar mulai dari Sumatra hingga Papua. 'Memang saat ini baru bidang finansial yang sudah menerapkan ERP secara lengkap, tetapi itu pun sudah mempercepat data yang diperlukan,' tuturnya. Misalnya, kalau dulu suatu laporan keuangan biasanya dikerjakan selama enam bulan atau lebih, kini, setelah adanya aplikasi e-business, pekerjaan itu bisa diselesaikan dalam waktu tiga bulan.

 

Kemudian dalam melakukan komunikasi internal perusahaan, terutama dengan anak-anak perusahaan yang berada di daerah, perangkat e-mail dan messenger atau chatting juga sudah terbiasa dilakukan di Grup Medco. Menurut Yani, fasilitas ini tak hanya mempercepat informasi (misalnya, instruksi akan diadakannya rapat), tetapi juga menghasilkan penghematan karena sifatnya paperless dan lebih efisien dibanding melakukan komunikasi melalui telepon. 'Selain itu, juga mengurangi alasan bagi karyawan untuk hadir rapat dengan alasan tidak ada di tempat ketika rapat diberitahukan,' tuturnya.

 

Untuk tahun 2003, Grup Medco sudah berencana menggunakan perangkat ICT lebih banyak lagi. Menurut Yuyun Priandy, IT corporate Grup Medco, saat ini pihaknya sedang mencoba menerapkan sistem komunikasi data terintegrasi sendiri. Pertama, akan menggunakan komunikasi satelit via VSAT untuk anak-anak perusahaan di daerah yang tidak dilalui jaringan kabel Telkom. Kedua, akan menggunakan perangkat nirkabel untuk anak perusahaan yang berada di dalam kota tetapi sudah tidak memungkinkan lagi dipasang jaringan telepon baru.

 

Yuyun memperkirakan, jika sistem komunikasi itu telah berjalan secara keseluruhan, maka akan dihasilkan efisiensi sekitar 40% per tahun dari total biaya yang selama ini berjalan. 'Kantor pusat kami akan bisa berbagi data secara online dengan seluruh anak perusahaan,' ujar Yuyun. Di samping itu, tambahnya, Grup Medco juga akan berinvestasi di sejumlah perangkat ICT yang lain, seperti membuat mail server khusus untuk seluruh anak perusahaan, membenahi website perusahaan, sehingga menjadi corporate portal dan mengadakan online training bagi para karyawan.

 

Hal senada juga diungkapkan Erwin Djapa, e-general manager PT General Motors AutoWorld Indonesia. Menurut dia, sarana atau tools berupa aplikasi e-business, seperti ERP, merupakan hal yang terpenting bagi perusahaannya. Pasalnya, perusahaannya merupakan produsen otomotif besar dunia yang tersebar di 40 negara. 'Untuk itu, kami membutuhkan sistem yang terintegrasi sehingga mempercepat penyampaian informasi yang dibutuhkan dalam bisnis,' ujarnya.

 

Erwin mengemukakan, sejak 1996, perusahaannya telah menerapkan ERP. Awalnya cuma diimplementasikan di bidang keuangan, tetapi lalu berkembang ke bidang manufaktur dan penyediaan suku cadang.

 

Di samping aplikasi e-business, lanjut Erwin, sarana (tools) yang juga terbukti sangat bermanfaat bagi perusahaannya adalah messenger. Sarana ini berfungsi untuk melakukan komunikasi  internal antar-kantor cabang General Motors di seluruh dunia. 'Bisa dikatakan, sistem ICT kami sudah terintegrasi di seluruh General Motors di seluruh dunia,' tuturnya.

 

Sarana atau tools seperti corporate website sebenarnya juga sudah dimiliki General Motors. Namun, fungsinya masih lebih banyak untuk penyampaian informasi, khususnya untuk customer dan publik. 'Masih belum dapat digunakan untuk melakukan transaksi secara online,' kata Erwin. Adapun untuk rencana tahun 2003 ini, General Motors ingin menerapkan SCM dan CRM secara lengkap. Proses implementasinya sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun 2002. 'Namun, baru sebagian yang selesai, misalnya sistem DMS (Dealer Management System),' ungkap Erwin.

 

Sementara itu, menurut Arman Hazairin, general manager TI Telkomsel, sarana atau tools berbasiskan ICT yang disebut oleh hasil survei Warta Ekonomi itu umumnya juga sudah digunakan di perusahaannya. Rata-rata memang juga meningkatkan produktivitas Telkomsel. Aplikasi e-business, misalnya, sudah diterapkan di sistem finansial dan human resources Telkomsel.

 

Berkomunikasi dan bertransaksi melalui internet, seperti lewat e-mail dan chatting/messenger, VoIP, dan intranet, kata Arman, juga sudah dilakukan. 'Sepertinya itu sudah menjadi standar kami dalam bekerja,' paparnya. Fasilitas call center juga sudah dimiliki. Telkomsel juga sudah mengimplementasikan online training. 'Ini tak hanya untuk pelatihan karyawan atau sumber knowledge, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk pemberian dokumen dan surat-surat perusahaan secara online,' paparnya.

Arman menambahkan, Telkomsel kini juga sudah berani melakukan transaksi, termasuk pembayarannya, secara elektronis, baik melalui mesin ATM maupun melalui telepon selular (mobile commerce). Misalnya, untuk pembelian kartu voucher pulsa telepon selular, termasuk pembayarannya, bagi para pelanggan Telkomsel. Tentu saja ini sangat mereduksi biaya transaksi Telkomsel, dari yang tadinya harus berupa kartu fisik tetapi sekarang tak perlu kartu seperti itu lagi. 'Sekaligus juga membuat dana yang masuk kepada kami menjadi lebih cepat sehingga cost of capital kami juga bisa lebih efisien,' tutur Arman.

 

Selain itu, sebagian jaringan komputer yang dimiliki Telkomsel juga sudah menggunakan software operating system FreeBSD yang bersifat open source. Ini terutama digunakan untuk sistem intranet dan sistem payment gateway yang dimiliki Telkomsel. 'Itu kami pilih karena lebih stabil dan lebih murah dibanding software operating system yang lain,' papar Arman.

 

Kampiun-Kampiun Penggerak New Economy


Satu isu lain yang tak kalah pentingnya dalam penggunaan sarana atau tools berbasiskan ICT di perusahaan-perusahaan adalah dibutuhkannya peran orang-orang kunci atau key person. Mereka ini harus mampu menerjemahkan sarana atau tools berbasis ICT yang digunakan untuk kepentingan bisnis perusahaan. Tentu saja ini bukan pekerjaan gampang.

 

Mereka harus memastikan bahwa sarana atau tools berbasiskan ICT yang digunakan dapat diadopsi oleh jajaran manajemen perusahaan, baik di level bawah maupun atas. Di samping itu, mereka juga harus memastikan bahwa dengan diterapkannya sarana atau tools itu, maka proses bisnis di perusahaan itu dapat berjalan lebih baik dibanding sebelumnya. Jika kesemuanya itu berhasil dilakukan, maka setelah itu barulah nilai bisnis dari diterapkannya sarana atau tools itu dapat diraih.

 

Dalam hal ini, barangkali dapat dilihat peran penting Samudra Sukardi, direktur pelaksana Abacus, anak perusahaan PT Garuda Indonesia, dalam menerapkan sarana atau tools aplikasi e-business ERP di maskapai penerbangan nasional itu. Mantan vicepresident corporate system support & development Garuda Indonesia ini dipercaya menjadi pemimpin proyek pembenahan sistem back-office Garuda, terutama dalam sistem keuangan, logistik, dan sumber daya manusia dengan menggunakan sarana atau tools aplikasi e-business ERP.

 

Akan tetapi, sejak awal Samudra sudah menyadari bahwa kendala yang paling sulit yang harus dihadapinya adalah mengubah paradigma seluruh karyawan Garuda Indonesia. 'Kalau cuma sekadar memiliki dan membeli teknologi, itu gampang,' ujar Samudra kepada Warta Ekonomi. Namun, lanjutnya, untuk menjelaskan bahwa mulai saat ini ada sarana atau tools berbasis ICT yang harus dipakai dan bagaimana memakainya supaya ada nilai tambah yang bisa diperoleh adalah hal yang sulit. Apalagi Garuda Indonesia adalah badan usaha milik negara yang kental dengan suasana birokrasi dan padat karya.

 

Namun, keteguhan Samudra pun tak sia-sia. Sistem keuangan Garuda berhasil dibuatnya real-time dan online di hampir 60 perwakilan Garuda di luar negeri maupun di dalam negeri. Sistem logistik Garuda juga sudah terkoneksi dengan sistem keuangan, sehingga lalu lintas informasi pengadaan barang di Garuda pun menjadi jauh lebih akurat (baca profil Samudra Sukardi).

 

Kemudian bisa juga dilihat peran Aswin Wirjadi dalam memperkenalkan cara bertransaksi perbankan melalui internet di Bank BCA. Semula mantan eksekutif di IBM dan bankir Chase Manhattan Bank ini hadir di BCA pada 1990 dengan tugas berat. Ia ditugaskan mengembangkan divisi consumer banking dan divisi TI. Kedua divisi ini harus bisa berjalan bersama supaya BCA dapat mengembangkan layanan perbankan berbasis elektronis.

 

Di sini kerja keras Aswin mulai menuai hasil. BCA kemudian berhasil meluncurkan layanan internet banking sebagai salah satu bentuk layanan perbankan berbasis elektronis. Namun, ini pun tak berjalan mulus. Banyak cobaan yang harus dihadapi Aswin di internet banking, seperti kasus dipalsukannya website resmi layanan internet banking BCA. Akan tetapi, ini tak membuat goyah tekad Aswin untuk tetap menggelar internet banking. Nyatanya, layanan internet banking itu kini sudah berhasil membuahkan nilai bisnis bagi BCA hingga mencapai Rp3,871 triliun pada 2002 lalu (baca profil Aswin Wirjadi).

 

Sosok Kostaman Thayib kiranya juga dapat menjadi salah satu contoh key person yang mampu menerjemahkan sarana atau tools berbasis ICT untuk kepentingan bisnis. Utamanya, peran Kostaman dalam menyebarluaskan layanan perbankan melalui telepon selular atau mobile banking. Layanan perbankan seperti ini jelas tergolong baru di Indonesia, sehingga dibutuhkan kerja keras untuk bisa diadopsi masyarakat secara luas.

 

Ketika Bank BCA kemudian meluncurkan layanan mobile banking, di situ pula peran Kostaman yang waktu itu duduk sebagai chief manager BCA menjadi penting. Ia bertugas memastikan kepada nasabah BCA bahwa layanan mobile banking itu memberikan banyak manfaat, mudah digunakan, dan aman. Ia juga harus memastikan bahwa layanan mobile banking itu memberikan nilai bisnis yang cukup besar bagi Bank BCA sendiri.

 

Kemampuan Kostaman pun betul-betul teruji di sini. Layanan mobile banking BCA berhasil berkembang. Hingga akhir 2002 lalu, nilai bisnis mobile banking BCA sudah mencapai Rp2,131 triliun.

 

'Pengembaraan' Kostaman  di layanan mobile banking pun tak lantas berhenti sampai di situ. Terlebih ketika ia memutuskan pindah ke Bank Mandiri dan duduk sebagai group head consumer banking group pada bank dengan aset terbesar di Indonesia itu. Lagi-lagi di sini peran Kostaman pun sulit dibilang kecil ketika akhirnya Bank Mandiri juga meluncurkan layanan mobile banking. 'Prinsip saya, produk mobile banking itu, selain bagus produknya, juga harus mudah didapat dan mudah digunakan,' ujar Kostaman kepada Warta Ekonomi (baca profil Kostaman Thayib).

 

Bahkan kita juga bisa melihat munculnya sejumlah orang yang mampu menjadikan sarana atau tools berbasiskan ICT itu menjadi sangat bermanfaat di banyak perusahaan. Orang-orang ini berhasil mengembangkan sarana atau tools berbasiskan ICT ini menjadi sebuah ceruk bisnis baru. Skala bisnis yang berhasil mereka kembangkan pun terbilang besar.

 

Kita, misalnya, bisa melihat bagaimana kiprah Rheza Sutedja, direktur pengelola PT Meitraco Bahana Sejahtera (Trabas). Sejak 1997, ia berupaya keras memperkenalkan kepada banyak perusahaan bahwa ada alternatif pilihan platform perangkat lunak operating system (OS) bernama Linux. Menurut dia, platform ini bisa lebih murah dan tak kalah andal dibanding platform OS yang kebanyakan dipakai perusahaan seperti Microsoft. Selain itu, platform Linux juga  memungkinkan perusahaan bebas mengembangkannya sendiri dan benar-benar sesuai kebutuhan perusahaan.


Kerja keras Rheza ternyata tak sia-sia. Ia kini mampu merangkul banyak perusahaan besar menjadi pengguna produk perangkat lunak berplatform Linux. Bahkan di antara sesama pembuat produk perangkat lunak berplatform Linux, Rheza boleh dibilang mampu memiliki skala usaha yang lebih besar (baca profil Rheza Sutedja).

 

Lalu ada juga kiprah Joseph Edi Lumban Gaol, CEO PT Antar Mitra Prakarsa, yang mampu mengubah SMS sebagai  fitur sederhana di dalam telepon selular menjadi sesuatu yang sangat besar nilai bisnisnya. Bahkan awalnya operator selular sendiri tak begitu menganggap SMS sebagai sesuatu yang bernilai tinggi atau powerful. Namun, di tangan Joseph, SMS berhasil dijadikannya sebagai basis layanan transaksi perbankan melalui telepon selular atau mobile banking.

 

Joseph, yang belum berpengalaman dalam bisnis, berhasil meyakinkan operator selular besar seperti PT Excelcomindo Pratama (XL) dan bank besar sekelas Bank BCA untuk bersama-sama mengembangkan layanan mobile banking. Ketiganya lalu sepakat bekerja sama, dan hasilnya sungguh luar biasa. Layanan mobile banking BCA yang digarap bersama Joseph dan XL berhasil berkembang dengan nilai bisnis hingga sebesar Rp2,131 triliun akhir 2002 lalu (baca profil Joseph Edi Lumban Gaol).

 

Yang tak kalah menariknya adalah melihat usaha keras Justiani, CEO IBUTeledukasi, dalam menyebarluaskan sarana atau tools online training atau e-learning sebagai sarana baru sistem pelatihan atau sistem pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Melalui IBUTeledukasi, Justiani berupaya mengembangkan pendidikan jarak jauh melalui internet. Menurut dia, IBUTeledukasi adalah universitas virtual berbasis multimedia dan internet pertama di Indonesia.

 

Untuk membesarkan IBUTeledukasi, Justiani berhasil mengajak Universiti Tun Abdul Razak Malaysia, Perhimpunan Indonesia Bangkit, dan e-Telkom untuk bekerja sama. Dalam kerja sama itu, Universiti Tun Abdul Razak (UNITAR) sebagai penyedia program pendidikan, e-Telkom sebagai penyedia infrastruktur, dan Perhimpunan Indonesia Bangkit sebagai penyedia manajemen dan layanan. Saat ini setidaknya sudah ada sekitar 2.000 mahasiswa yang mengikuti program pendidikan di IBUTeledukasi. Di samping itu, ia juga menyelenggarakan pendidikan kursus singkat di IBUTeledukasi bagi karyawan sejumlah perusahaan, pegawai beberapa pemerintahan daerah, dan badan usaha milik negara (baca profil Justiani).


--FADJAR ADRIANTO, ADE RACHMAWATI DEVI, ACHMAD ADHITO, DAN SALIM SHAHAB--

 

Sumber     : wartaekonomi.com, senin, 10 maret 2003

Editor        : Vis - BP Kapet Mbay 

BerandaKe awal


Hak Cipta © 1999-2003 Badan Pengelola Kapet Mbay - NT