Hasil
survei Warta Ekonomi terhadap 100 perusahaan besar menunjukkan bahwa ada
sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT yang terbukti sangat meningkatkan
produktivitas. Akan tetapi, harus diakui bahwa peningkatan produktivitas itu tak
bisa lepas dari peran sejumlah orang kunci, key person, yang mengintrodusir
tools tersebut. Mereka ini patut disebut sebagai kampiun-kampiun penggerak new
economy Indonesia. Siapa saja mereka ?
Sebut
penemuan-penemuan besar dunia yang sangat bermanfaat bagi dunia bisnis. Tentu
saja itu bisa banyak sekali. Misalnya, penemuan alat transportasi yang membuat
perpindahan dari satu titik ke titik lainnya menjadi lebih baik dan lebih cepat,
mulai dari kapal, mobil, kereta api, hingga pesawat terbang. Atau juga bisa
penemuan alat komunikasi yang lebih baik, mulai dari telegram, telepon tetap (fixed
telephone), hingga telepon selular (handphone).
Namun,
pada zaman sekarang ini penemuan alat kerja yang lebih baik, mulai dari mesin,
komputer mainframe, hingga komputer PC (personal computer), merupakan
penemuan besar yang begitu penting bagi dunia bisnis. Bahkan mungkin lebih
dahsyat dampaknya dibanding penemuan-penemuan besar lainnya. Penemuan mesin,
misalnya, merupakan awal dari era revolusi industri. Sementara itu, penemuan
komputer mainframe merupakan awal dari era revolusi digital.
Penemuan
mobil, pesawat terbang, dan telepon memang sangat bermanfaat bagi dunia bisnis.
Akan tetapi, revolusi yang ditimbulkannya relatif berjalan dalam rentang waktu
yang panjang. Jadi, bisa dibilang tidak cukup revolusioner dalam mengubah cara
berbisnis. Sebaliknya, kemajuan pesat di bidang teknologi informasi (TI),
seperti hadirnya internet, bisa dibilang banyak mengubah cara berbisnis dalam
rentang waktu yang relatif pendek. Semenjak dimanfaatkannya internet untuk
transaksi perdagangan, TI benar-benar merevolusi cara bisnis yang lama. Hal ini
terutama terjadi di tahun 1995, ketika amazon.com mulai membuka penjualan buku
lewat internet.
Era
ini kemudian mencapai puncaknya pada kurun 1998-2000 ketika bertumbuhan
perusahaan-perusahaan dotcom, seperti priceline.com, yahoo.com, eBay.com,
buy.com, dan eToys.com. Perusahaan-perusahaan baru ini menciptakan kondisi
istimewa, di mana perusahaan besar yang sudah mapan harus menemukan dirinya
tersaingi oleh mereka yang menggunakan cara atau teknologi baru dan sampai
mengancam eksistensi bisnisnya. Pada saat ini pula hadirnya era new economy atau
ekonomi baru mulai disebut-sebut.
Cara
baru berbisnis perusahaan-perusahaan dotcom ini sangat berarti karena
benar-benar mengancam eksistensi pelaku bisnis yang bertahan dengan menggunakan
cara-cara konvensional dan tak mau merevolusi dirinya. Ini yang membedakan
dengan peta bisnis di masa lalu. Penemuan-penemuan penting yang lain justru
kebanyakan memperbesar bisnis para pelaku bisnis yang sudah mapan, karena hanya
perusahaan-perusahaan besar yang mampu membeli penemuan-penemuan baru pada
zamannya.
Akan
tetapi, pada tahun 2000, banyak perusahaan dotcom yang kemudian berguguran. Ini
karena terlalu bernafsunya para pemilik modal mendorong perusahaan-perusahaan
dotcom menjadi primadona di bursa saham. Para pemilik modal ini memang bertujuan
mencari perusahaan-perusahaan dotcom sebagai tempat penanaman modal dengan
tingkat pengembalian sebesar mungkin dan dalam waktu sesingkat mungkin. Namun,
kemudian mereka menjadi sangat memuja perusahaan-perusahaan dotcom ini sebagai
bisnis masa depan, sehingga akhirnya menjadi tidak realistis lagi.
Usai
dotcom crash tahun 2000 itu, bukan berarti minat perusahaan-perusahaan
(besar ataupun kecil) untuk menerapkan TI menjadi surut. Ini disebabkan,
disadari atau tidak, TI dipandang tetap bisa memberi manfaat besar bagi
perusahaan-perusahaan. Apa yang dimaksud dengan manfaat besar di sini?
Jika
hendak melihat manfaat TI yang memang memiliki dampak langsung terhadap
perkembangan perusahaan, barangkali itu bisa difokuskan pada hal-hal yang paling
banyak mempengaruhi produktivitas perusahaan. Dalam hal ini adalah pengaruhnya
pada penurunan biaya perusahaan, seperti penurunan biaya interaksi dan biaya
transaksi. Bukan tak mungkin juga pengaruhnya terjadi pada peningkatan skala
bisnis, seperti peningkatan penjualan produk perusahaan. Tegasnya, TI dipandang
bisa meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dengan
cara pandang seperti itu, kini pengertian era new economy pun bergeser
pada hadirnya praktek baru berbisnis yang lebih efisien dan efektif dengan
menggunakan sarana atau tools berbasiskan TI. Menurut Ridwan Prasetyarto,
CEO perusahaan pembuat portal perangkat lunak eBdesk, setelah
terjadinya dotcom crash, muncul pemikiran bahwa semua penerapan TI itu
sebaiknya dikembalikan kepada urutan yang wajar. Artinya, penerapan TI
selayaknya dilakukan terlebih dahulu di internal perusahaan, supaya perusahaan
lebih efisien dan efektif. 'Itu bisa dimulai dari dilakukannya kolaborasi
internal perusahaan seperti mulai menggunakan e-mail,' ujar Ridwan. Kemudian
perusahaan dapat menerapkan aplikasi e-business perusahaan seperti ERP
(enterprise resources planning) dan membangun dengan benar website
resmi perusahaan. Setelah pondasi itu siap, barulah perusahaan dapat melakukan
transaksi bisnis dengan perusahaan lain (business to business, B2B)
atau dengan customernya (business to consumer, B2C) yang berjalan
seamless dan tanpa sekat dengan menggunakan sarana atau tools berbasiskan TI
untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas yang lebih besar lagi.
Pengertian
sarana atau tools berbasiskan TI di sini bukan mengarah pada sekadar penyebutan
berbagai produk TI dan berbagai mereknya. Artinya, tidak menyebut merek-merek
produk perangkat keras (hardware), seperti komputer server, notebook, tablet PC,
maupun merek-merek berbagai produk perangkat lunak (software). Dengan pengertian
seperti itu, spektrum sarana atau tools itu bisa sangat beragam. Ia bisa berupa
aplikasi e-business, website, e-mail, aplikasi B2B, aplikasi B2C, messenger/chatting,
internet banking, e-learning, aplikasi GIS (Geographic
Information Systems), dan sebagainya.
Kemudian karena saat ini kemajuan di bidang TI makin sulit dipisahkan dengan
kemajuan di bidang telekomunikasi, maka pengertian sarana atau tools bisa
diperluas menjadi berbasiskan ICT (information and communication technology).
'Saat ini di dunia memang ada kecenderungan konvergensi antara produk
telekomunikasi dan produk TI,' ujar M. Iqbaly Noor, chief
of strategic alliances eBdesk. Dengan perluasan pengertian ini, spektrum
sarana atau tools itu makin beragam lagi, mulai dari SMS (short message
service), VoIP (voice over internet protocol), mobile banking,
mobile commerce, call center, aplikasi multimedia, aplikasi GPS (Global
Positioning Systems), dan sebagainya.
Bahkan pada prakteknya sekarang ini, tools atau sarana itu cenderung tidak lagi
memberikan manfaat ke produktivitas perusahaan secara terpisah-pisah. Dengan
kata lain, saat ini ada kecenderungan kolaborasi atau integrasi atau
penggabungan penggunaan sederet perangkat TI itu untuk memberikan manfaat yang
lebih besar lagi atau memberikan tingkat produktivitas yang lebih tinggi lagi
bagi perusahaan. Pemikiran ini sejalan dengan kecenderungan pemikiran para
pemasok produk TI sendiri, seperti Microsoft, SAP, Oracle, Computer Associates,
dan Baan. Mereka sekarang ini berkonsentrasi pada pembuatan produk TI berbasis
internet, terintegrasi antaraplikasi, dan terintegrasi antarperusahaan.
Sepuluh
Tools
Peningkat Produktivitas
Hanya saja, lalu permasalahan utama yang dihadapi oleh para pelaku bisnis
sekarang adalah bagaimana menilai besarnya manfaat atas sejumlah sarana atau
tools berbasiskan ICT. Mereka ingin mengetahui seberapa besar sejumlah sarana
atau tools berbasiskan ICT yang ada sesungguhnya bisa meningkatkan produktivitas
perusahaan. Ini penting agar tak sembarangan berinvestasi ICT. 'Para pemimpin
perusahaan menginginkan keseimbangan antara pengeluaran di bidang TI dan manfaat
yang dipetik tahun 2003 ini,' kata Peter Ong, presiden i2bc (Indonesia
Infocosm Business Community).
Untuk
itulah Warta Ekonomi mencoba berinisiatif memberikan gambaran umum
tentang besarnya manfaat dari sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT menurut
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menggunakannya. Manfaat yang
diukur terutama adalah besar tidaknya pengaruh pemakaian sarana atau tools itu
bagi peningkatan produktivitas perusahaan-perusahaan bersangkutan. Dengan kata
lain, kami mencoba menemukan nilai bisnis (business value) yang
diperoleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dari sarana atau tools
berbasiskan ICT yang mereka pakai.
Cara
yang kami jalankan adalah dengan melakukan survei kepada 100 perusahaan besar di
Indonesia yang menggunakan sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT.
Perusahaan besar yang disurvei di sini adalah perusahaan yang mempunyai jumlah
karyawan kurang lebih sebanyak 500 orang. Seratus perusahaan ini mewakili
sembilan sektor usaha, yaitu sektor perbankan/keuangan, manufaktur, distribusi,
ritel, otomotif, jasa, transportasi, pertambangan, dan health care.
Diharapkan,
hasil survei kami ini bisa menjadi referensi atau acuan bagi
perusahaan-perusahaan untuk mengetahui besar kecilnya manfaat sejumlah sarana
atau tools berbasiskan ICT, sebagaimana yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan besar di sini. Di samping itu, hasil survei ini bisa
menjadi bahan pertimbangan perusahaan-perusahaan lain dalam melakukan investasi
di bidang ICT.
Hasil
survei kami ini menunjukkan ada sejumlah sarana atau tools berbasiskan ICT yang
paling banyak dipakai di 100 perusahaan besar di Indonesia dalam meningkatkan
produktivitas perusahaan. Sejumlah sarana atau tools itu adalah platform
operating system, e-mail perusahaan, web browsing, website perusahaan,
search engine, intranet, solusi e-business (ERP, SCM, dan CRM),
call center, online chatting atau messenger, SMS, VoIP, online
transaction, e-learning, mobile commerce, atau mobile banking.
(Paparan lebih lengkap tentang bagaimana survei dilakukan dan hasil survei Warta
Ekonomi itu bisa dibaca di artikel tentang 'Metodologi
Riset'.)
Beberapa
pemimpin perusahaan besar di Indonesia umumnya membenarkan bahwa serangkaian
sarana (tools) berbasiskan ICT yang diunggulkan banyak perusahaan itu memang
merupakan sarana atau tools yang besar peranannya dalam meningkatkan
produktivitas perusahaannya. Misalnya, Yani Rodyat, direktur Grup
Medco, mengatakan bahwa perangkat ICT sangat berpengaruh bagi dirinya
dalam mengelola perusahaan. 'Pasti ICT sangat membantu saya dalam mempercepat
pengambilan keputusan dan penyampaian informasi,' ujarnya kepada Warta
Ekonomi.
Menurut
Yani, sarana atau tools seperti aplikasi e-business berupa ERP yang
sudah diterapkan di Grup Medco selama setahun ini terbukti berperan penting
dalam mendukung kelancaran jalannya bisnis mereka. Ini terutama mengingat
beragamnya bisnis Grup Medco, mulai dari pertambangan dan energi, hotel,
makanan, hingga agrobisnis. Apalagi banyak anak perusahaan Grup Medco yang
tersebar mulai dari Sumatra hingga Papua. 'Memang saat ini baru bidang finansial
yang sudah menerapkan ERP secara lengkap, tetapi itu pun sudah mempercepat data
yang diperlukan,' tuturnya. Misalnya, kalau dulu suatu laporan keuangan biasanya
dikerjakan selama enam bulan atau lebih, kini, setelah adanya aplikasi e-business,
pekerjaan itu bisa diselesaikan dalam waktu tiga bulan.
Kemudian
dalam melakukan komunikasi internal perusahaan, terutama dengan anak-anak
perusahaan yang berada di daerah, perangkat e-mail dan messenger atau
chatting juga sudah terbiasa dilakukan di Grup Medco. Menurut
Yani, fasilitas ini tak hanya mempercepat informasi (misalnya, instruksi akan
diadakannya rapat), tetapi juga menghasilkan penghematan karena sifatnya paperless
dan lebih efisien dibanding melakukan komunikasi melalui telepon. 'Selain
itu, juga mengurangi alasan bagi karyawan untuk hadir rapat dengan alasan tidak
ada di tempat ketika rapat diberitahukan,' tuturnya.
Untuk
tahun 2003, Grup Medco sudah berencana menggunakan perangkat ICT lebih banyak
lagi. Menurut Yuyun Priandy, IT corporate Grup Medco, saat ini
pihaknya sedang mencoba menerapkan sistem komunikasi data terintegrasi sendiri.
Pertama, akan menggunakan komunikasi satelit via VSAT untuk anak-anak perusahaan
di daerah yang tidak dilalui jaringan kabel Telkom. Kedua, akan menggunakan
perangkat nirkabel untuk anak perusahaan yang berada di dalam kota tetapi sudah
tidak memungkinkan lagi dipasang jaringan telepon baru.
Yuyun
memperkirakan, jika sistem komunikasi itu telah berjalan secara keseluruhan,
maka akan dihasilkan efisiensi sekitar 40% per tahun dari total biaya yang
selama ini berjalan. 'Kantor pusat kami akan bisa berbagi data secara online
dengan seluruh anak perusahaan,' ujar Yuyun. Di samping itu, tambahnya, Grup
Medco juga akan berinvestasi di sejumlah perangkat ICT yang lain, seperti
membuat mail server khusus untuk seluruh anak perusahaan, membenahi website
perusahaan, sehingga menjadi corporate portal dan mengadakan online
training bagi para karyawan.
Hal
senada juga diungkapkan Erwin Djapa, e-general manager PT
General Motors AutoWorld Indonesia. Menurut dia, sarana atau tools berupa
aplikasi e-business, seperti ERP, merupakan hal yang terpenting bagi
perusahaannya. Pasalnya, perusahaannya merupakan produsen otomotif besar dunia
yang tersebar di 40 negara. 'Untuk itu, kami membutuhkan sistem yang
terintegrasi sehingga mempercepat penyampaian informasi yang dibutuhkan dalam
bisnis,' ujarnya.
Erwin
mengemukakan, sejak 1996, perusahaannya telah menerapkan ERP. Awalnya cuma
diimplementasikan di bidang keuangan, tetapi lalu berkembang ke bidang
manufaktur dan penyediaan suku cadang.
Di
samping aplikasi e-business, lanjut Erwin, sarana (tools) yang
juga terbukti sangat bermanfaat bagi perusahaannya adalah messenger.
Sarana ini berfungsi untuk melakukan komunikasi internal antar-kantor
cabang General Motors di seluruh dunia. 'Bisa dikatakan, sistem ICT kami sudah
terintegrasi di seluruh General Motors di seluruh dunia,' tuturnya.
Sarana
atau tools seperti corporate website sebenarnya juga sudah
dimiliki General Motors. Namun, fungsinya masih lebih banyak untuk penyampaian
informasi, khususnya untuk customer dan publik. 'Masih belum dapat
digunakan untuk melakukan transaksi secara online,' kata Erwin. Adapun
untuk rencana tahun 2003 ini, General Motors ingin menerapkan SCM dan CRM secara
lengkap. Proses implementasinya sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun
2002. 'Namun, baru sebagian yang selesai, misalnya sistem DMS (Dealer Management
System),' ungkap Erwin.
Sementara
itu, menurut Arman Hazairin, general manager TI Telkomsel,
sarana atau tools berbasiskan ICT yang disebut oleh hasil survei Warta
Ekonomi itu umumnya juga sudah digunakan di perusahaannya. Rata-rata memang
juga meningkatkan produktivitas Telkomsel. Aplikasi e-business,
misalnya, sudah diterapkan di sistem finansial dan human resources Telkomsel.
Berkomunikasi
dan bertransaksi melalui internet, seperti lewat e-mail dan chatting/messenger,
VoIP, dan intranet, kata Arman, juga sudah dilakukan. 'Sepertinya
itu sudah menjadi standar kami dalam bekerja,' paparnya. Fasilitas call
center juga sudah dimiliki. Telkomsel juga sudah mengimplementasikan online
training. 'Ini tak hanya untuk pelatihan karyawan atau sumber knowledge,
tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk pemberian dokumen dan surat-surat perusahaan
secara online,' paparnya.
Arman menambahkan, Telkomsel kini juga sudah berani melakukan transaksi,
termasuk pembayarannya, secara elektronis, baik melalui mesin ATM maupun melalui
telepon selular (mobile commerce). Misalnya, untuk pembelian kartu
voucher pulsa telepon selular, termasuk pembayarannya, bagi para pelanggan
Telkomsel. Tentu saja ini sangat mereduksi biaya transaksi Telkomsel, dari yang
tadinya harus berupa kartu fisik tetapi sekarang tak perlu kartu seperti itu
lagi. 'Sekaligus juga membuat dana yang masuk kepada kami menjadi lebih cepat
sehingga cost of capital kami juga bisa lebih efisien,' tutur Arman.
Selain
itu, sebagian jaringan komputer yang dimiliki Telkomsel juga sudah menggunakan software
operating system FreeBSD yang bersifat open source. Ini terutama
digunakan untuk sistem intranet dan sistem payment gateway yang
dimiliki Telkomsel. 'Itu kami pilih karena lebih stabil dan lebih murah
dibanding software operating system yang lain,' papar Arman.
Kampiun-Kampiun
Penggerak New
Economy
Satu isu lain yang tak kalah pentingnya dalam penggunaan sarana atau tools
berbasiskan ICT di perusahaan-perusahaan adalah dibutuhkannya peran orang-orang
kunci atau key person. Mereka ini harus mampu menerjemahkan sarana atau
tools berbasis ICT yang digunakan untuk kepentingan bisnis perusahaan. Tentu
saja ini bukan pekerjaan gampang.
Mereka
harus memastikan bahwa sarana atau tools berbasiskan ICT yang digunakan dapat
diadopsi oleh jajaran manajemen perusahaan, baik di level bawah maupun atas. Di
samping itu, mereka juga harus memastikan bahwa dengan diterapkannya sarana atau
tools itu, maka proses bisnis di perusahaan itu dapat berjalan lebih baik
dibanding sebelumnya. Jika kesemuanya itu berhasil dilakukan, maka setelah itu
barulah nilai bisnis dari diterapkannya sarana atau tools itu dapat diraih.
Dalam
hal ini, barangkali dapat dilihat peran penting Samudra Sukardi,
direktur pelaksana Abacus, anak perusahaan PT Garuda
Indonesia, dalam menerapkan sarana atau tools aplikasi e-business ERP
di maskapai penerbangan nasional itu. Mantan vicepresident corporate system
support & development Garuda Indonesia ini dipercaya menjadi pemimpin
proyek pembenahan sistem back-office Garuda, terutama dalam sistem
keuangan, logistik, dan sumber daya manusia dengan menggunakan sarana atau tools
aplikasi e-business ERP.
Akan
tetapi, sejak awal Samudra sudah menyadari bahwa kendala yang paling sulit yang
harus dihadapinya adalah mengubah paradigma seluruh karyawan Garuda Indonesia.
'Kalau cuma sekadar memiliki dan membeli teknologi, itu gampang,' ujar Samudra
kepada Warta Ekonomi. Namun, lanjutnya, untuk menjelaskan bahwa mulai
saat ini ada sarana atau tools berbasis ICT yang harus dipakai dan bagaimana
memakainya supaya ada nilai tambah yang bisa diperoleh adalah hal yang sulit.
Apalagi Garuda Indonesia adalah badan usaha milik negara yang kental dengan
suasana birokrasi dan padat karya.
Namun,
keteguhan Samudra pun tak sia-sia. Sistem keuangan Garuda berhasil dibuatnya
real-time dan online di hampir 60 perwakilan Garuda di luar negeri
maupun di dalam negeri. Sistem logistik Garuda juga sudah terkoneksi dengan
sistem keuangan, sehingga lalu lintas informasi pengadaan barang di Garuda pun
menjadi jauh lebih akurat (baca profil Samudra Sukardi).
Kemudian
bisa juga dilihat peran Aswin Wirjadi dalam memperkenalkan cara
bertransaksi perbankan melalui internet di Bank BCA. Semula
mantan eksekutif di IBM dan bankir Chase Manhattan Bank ini hadir di BCA pada
1990 dengan tugas berat. Ia ditugaskan mengembangkan divisi consumer banking
dan divisi TI. Kedua divisi ini harus bisa berjalan bersama supaya BCA
dapat mengembangkan layanan perbankan berbasis elektronis.
Di
sini kerja keras Aswin mulai menuai hasil. BCA kemudian berhasil meluncurkan
layanan internet banking sebagai salah satu bentuk layanan perbankan
berbasis elektronis. Namun, ini pun tak berjalan mulus. Banyak cobaan yang harus
dihadapi Aswin di internet banking, seperti kasus dipalsukannya website
resmi layanan internet banking BCA. Akan tetapi, ini tak membuat goyah tekad
Aswin untuk tetap menggelar internet banking. Nyatanya, layanan internet
banking itu kini sudah berhasil membuahkan nilai bisnis bagi BCA hingga mencapai
Rp3,871 triliun pada 2002 lalu (baca profil Aswin Wirjadi).
Sosok
Kostaman Thayib kiranya juga dapat menjadi salah satu contoh key
person yang mampu menerjemahkan sarana atau tools berbasis ICT untuk
kepentingan bisnis. Utamanya, peran Kostaman dalam menyebarluaskan layanan
perbankan melalui telepon selular atau mobile banking. Layanan
perbankan seperti ini jelas tergolong baru di Indonesia, sehingga dibutuhkan
kerja keras untuk bisa diadopsi masyarakat secara luas.
Ketika
Bank BCA kemudian meluncurkan layanan mobile banking, di situ pula
peran Kostaman yang waktu itu duduk sebagai chief manager BCA menjadi penting.
Ia bertugas memastikan kepada nasabah BCA bahwa layanan mobile banking itu
memberikan banyak manfaat, mudah digunakan, dan aman. Ia juga harus memastikan
bahwa layanan mobile banking itu memberikan nilai bisnis yang cukup
besar bagi Bank BCA sendiri.
Kemampuan
Kostaman pun betul-betul teruji di sini. Layanan mobile banking BCA
berhasil berkembang. Hingga akhir 2002 lalu, nilai bisnis mobile banking BCA
sudah mencapai Rp2,131 triliun.
'Pengembaraan'
Kostaman di layanan mobile banking pun tak lantas berhenti sampai
di situ. Terlebih ketika ia memutuskan pindah ke Bank Mandiri dan
duduk sebagai group head consumer banking group pada bank dengan aset
terbesar di Indonesia itu. Lagi-lagi di sini peran Kostaman pun sulit dibilang
kecil ketika akhirnya Bank Mandiri juga meluncurkan layanan mobile banking.
'Prinsip saya, produk mobile banking itu, selain bagus produknya, juga
harus mudah didapat dan mudah digunakan,' ujar Kostaman kepada Warta Ekonomi
(baca profil Kostaman Thayib).
Bahkan
kita juga bisa melihat munculnya sejumlah orang yang mampu menjadikan sarana
atau tools berbasiskan ICT itu menjadi sangat bermanfaat di banyak perusahaan.
Orang-orang ini berhasil mengembangkan sarana atau tools berbasiskan ICT ini
menjadi sebuah ceruk bisnis baru. Skala bisnis yang berhasil mereka kembangkan
pun terbilang besar.
Kita,
misalnya, bisa melihat bagaimana kiprah Rheza Sutedja, direktur
pengelola PT Meitraco Bahana Sejahtera (Trabas). Sejak 1997, ia
berupaya keras memperkenalkan kepada banyak perusahaan bahwa ada alternatif
pilihan platform perangkat lunak operating system (OS) bernama Linux.
Menurut dia, platform ini bisa lebih murah dan tak kalah andal dibanding
platform OS yang kebanyakan dipakai perusahaan seperti Microsoft. Selain itu,
platform Linux juga memungkinkan perusahaan bebas mengembangkannya sendiri
dan benar-benar sesuai kebutuhan perusahaan.
Kerja keras Rheza ternyata tak sia-sia. Ia kini mampu merangkul banyak
perusahaan besar menjadi pengguna produk perangkat lunak berplatform Linux.
Bahkan di antara sesama pembuat produk perangkat lunak berplatform Linux, Rheza
boleh dibilang mampu memiliki skala usaha yang lebih besar (baca profil
Rheza Sutedja).
Lalu
ada juga kiprah Joseph Edi Lumban Gaol, CEO PT Antar
Mitra Prakarsa, yang mampu mengubah SMS sebagai fitur sederhana
di dalam telepon selular menjadi sesuatu yang sangat besar nilai bisnisnya.
Bahkan awalnya operator selular sendiri tak begitu menganggap SMS sebagai
sesuatu yang bernilai tinggi atau powerful. Namun, di tangan Joseph,
SMS berhasil dijadikannya sebagai basis layanan transaksi perbankan melalui
telepon selular atau mobile banking.
Joseph,
yang belum berpengalaman dalam bisnis, berhasil meyakinkan operator selular
besar seperti PT Excelcomindo Pratama (XL) dan bank besar
sekelas Bank BCA untuk bersama-sama mengembangkan layanan mobile banking.
Ketiganya lalu sepakat bekerja sama, dan hasilnya sungguh luar biasa. Layanan mobile
banking BCA yang digarap bersama Joseph dan XL berhasil berkembang dengan
nilai bisnis hingga sebesar Rp2,131 triliun akhir 2002 lalu (baca profil
Joseph Edi Lumban Gaol).
Yang
tak kalah menariknya adalah melihat usaha keras Justiani, CEO IBUTeledukasi,
dalam menyebarluaskan sarana atau tools online training atau e-learning
sebagai sarana baru sistem pelatihan atau sistem pendidikan yang lebih
efisien dan efektif. Melalui IBUTeledukasi, Justiani berupaya mengembangkan
pendidikan jarak jauh melalui internet. Menurut dia, IBUTeledukasi adalah
universitas virtual berbasis multimedia dan internet pertama di Indonesia.
Untuk
membesarkan IBUTeledukasi, Justiani berhasil mengajak Universiti Tun
Abdul Razak Malaysia, Perhimpunan Indonesia Bangkit, dan e-Telkom untuk
bekerja sama. Dalam kerja sama itu, Universiti Tun Abdul Razak (UNITAR) sebagai
penyedia program pendidikan, e-Telkom sebagai penyedia infrastruktur, dan
Perhimpunan Indonesia Bangkit sebagai penyedia manajemen dan layanan. Saat ini
setidaknya sudah ada sekitar 2.000 mahasiswa yang mengikuti program pendidikan
di IBUTeledukasi. Di samping itu, ia juga menyelenggarakan pendidikan kursus
singkat di IBUTeledukasi bagi karyawan sejumlah perusahaan, pegawai beberapa
pemerintahan daerah, dan badan usaha milik negara (baca profil Justiani).
--FADJAR
ADRIANTO, ADE RACHMAWATI DEVI, ACHMAD ADHITO, DAN SALIM SHAHAB--
Sumber : wartaekonomi.com, senin, 10 maret 2003
Editor : Vis - BP Kapet Mbay
Hak Cipta © 1999-2003 Badan Pengelola Kapet Mbay - NT